Kim Sena, gadis manis berambut pendek yang kini duduk di tahun kedua SMA, tampak seperti remaja biasa. Namun di balik senyum lembutnya, ia menyembunyikan rahasia besar — dirinya adalah seorang Hunter, pemburu makhluk halus dengan peringkat atas kelima.
Mengikuti jejak sang ibu yang legendaris dan menduduki peringkat kedua, Sena bertekad melampauinya. Ia ingin menjadi Hunter terkuat, mencapai peringkat pertama yang selama ini hanya jadi impian.
Tapi jalan menuju puncak kekuatan bukanlah perjalanan mudah. Di balik setiap langkahnya, bahaya, rintangan, dan rahasia gelap dunia bawah menantinya.
Dalam perjalanan itu, Sena bertemu seekor kucing hitam di tengah hutan. tapi siapa yang akan mengira bahwa kucing itu adalah seorang dewa rubah penjaga Gunung Halla yang terkenal
Bersama dengan kucing hitamnya, perjalanan Sena menuju takdirnya pun dimulai!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda Sari W., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 MENCARI KEBERADAAN ANAK LAKI LAKI ITU
Sensen kemudian segera naik ke pundak Sena, dengan badan yang masuk ke kupluk jaket serta kedua tangan yang memegangi pundak Sena.
Sena langsung merasakan beban berat yang dipikulnya dibelakang.
"Lalu untuk apa sensen pemanasan tadi?jika akhirnya sensen malah naik ke pundakku seperti ini?" Keluh Sena seraya menahan berat badan sensen.
"Jangan banyak bicara! Dan ayo kita berangkat sekarang! Nyaa~!" Balas sensen dengan semangat seraya mengangkat satu tangannya.
Kemudian didalam perjalanan menuju sekolah, Sena dan sensen berdiskusi dan memutuskan untuk mencari anak laki laki itu karena keberadaanya dapat menimbulkan ancaman bagi para murid dan sekitarnya.
Namun Sena tidak tau dengan jelas anak laki laki itu ada dikelas mana, karena saat itu Sena hanya melihat seragam sekolah yang mirip dengannya saja tanpa bisa melihat wajahnya.
"Tapi sensen, seperti yang aku katakan sebelumnya, aku tidak tau wajahnya jadi bagaimana kita mencarinya?" Tanya Sena seraya menaburkan garam garam diudara.
"Apa kau bodoh? Kau sendiri yang bilang bahwa anak itu memiliki aura gelap setinggi pohon digunungku, jika sudah setinggi itu bukankah akan mudah menemukannya?" Jawab sensen sembari menggelengkan kepalanya.
"Oh! Benar juga! Sensen ternyata pintar ya?!" Sahut Sena dengan senyuman.
"Jangan meremehkan seorang dewa, dasar bocah!" Sambung sensen dengan sombong.
Beberapa menit kemudian, Sena sampai didepan gerbang sekolah. Hari itu Sena memutuskan untuk berangkat lebih awal karena membawa sensen dipundaknya.
Setelah meletakan tasnya dimeja, sensen mengajak Sena untuk menyelidiki setiap ruang kelas yang ada.
Untuk memastikan diruangan mana anak laki laki itu berada, mereka pun mulai menyusuri ruangan ruangan yang ada sebelum para murid berdatangan.
Ruangan demi ruangan mereka masuki dan periksa, namun tidak ada aura yang tertinggal dikursi kursi tersebut.
Sena dan sensen lalu memutuskan untuk istirahat sejenak, disebuah tangga yang menghubungkan ke atap sekolah.
"Haaa....membutuhkan banyak tenaga juga rupanya ya? Padahal hanya melihat aura dari beberapa kelas saja aku sudah sangat lelah dan mataku sakit." Sena menghela nafas sambil mengucek matanya.
"Itulah dirimu, sangat lemah dan rapuh." Sensen duduk dipangkuan Sena.
"Apa?! Lemah?! Ini karena sensen naik diatas pundakku selama mencari aura itu. Aku sangat beruntung hanya kelelahan kalau dibiarkan terus, bisa bisa aku mati karena berat badan sensen." Ucap Sena dengan kesal sambil menurunkan sensen yang ada di pangkuannya.
"Jaga ucapanmu itu! Kau kelelahan karena memang kau lemah! Dan kau hanya manusia biasa yang tidak bisa apa apa tanpa aku! kau bahkan nyaris gagal jadi seorang Hunter karena mahluk lemah yang menempel pada temanmu itu! Kau juga hampir mati karena mahluk lemah yang menempel pada kakimu dan hampir masuk jurang saat itu! Beruntung aku menjemputmu jika tidak kau tidak akan hidup saat ini!" Omel sensen dengan kesal.
"kenapa jadi membahas hal itu?! Aku kan sedang membahas tentang berat badan sensen yang luar biasa itu! " Balas Sena seraya menggerutu.
"Apa katamu?! Wujud inikan kau yang memilihnya sendiri!, aku dari awal pun tidak ingin mempunyai wujud menjadi kucing gemuk seperti ini...." Sambung sensen dengan kesal pada Sena.
Sena bersikap acuh dan menutup kedua telinganya dengan tangan.
"Woi! Kau mendengarku tidak?!" Sensen memukul mukul kaki Sena dengan tangan lembutnya.
Saat sensen sedang mengomel Sena tidak sengaja melihat ke arah sebuah jendela yang ada disekitarnya, ia baru ingat bahwa masih ada 3 kelas yang masih belum mereka periksa.
Ruangan itu ada digedung sebelah dekat dengan gedung ruangan kelas Sena.
Gedung itu adalah ruangan untuk para senior Sena disekolah itu.
"Sensen! Kelas para senior! Kita belum memeriksanya!" Sena berdiri dengan tiba tiba.
"Heum! Baiklah kita kesana, omelanku tadi akan aku lanjutkan di rumah!" Sensen lalu naik kembali ke pundak Sena.
KLING...KLING...KLING
Bunyi alarm dari ponsel Sena.
Sena lalu mengeluarkan ponselnya dari sakunya.
Waktu menunjukkan bahwa 5 menit lagi, jam pelajaran akan segera dimulai.
Lalu Sena melihat keluar jendela yang ada didepannya dan para murid sudah banyak yang tiba disekolah.
"Waktunya sudah habis, aku harus kembali ke kelasku." Ucap Sena memasukan kembali ponselnya.
"Ini karena kau banyak istirahat dan mengeluh, sudahlah biar aku saja yang mencarinya kau kembali ke kelasmu saja. Nyaa!" Pinta sensen pada Sena untuk kembali.
"Tapi jika sensen nanti ketahuan bagaimana?" Jawab Sena sedikit cemas.
"Apa yang perlu kau khawatirkan pada seorang dewa sepertiku?! Aku tau apa yang harus aku lakukan jika aku tidak sengaja terlihat." Balas sensen dengan tenang.
"Tapi....." Sena masih khawatir jika sensen sampai terlihat nantinya.
"Sudahlah pergilah! Kau kira aku tidak punya kekuatan hah?! Aku bisa melakukannya seorang diri, sudahlah!"
"Sensen!"
Setelah mengatakannya sensen berlari, menuju gedung sebelah untuk mencari aura yang tertinggal itu.
Sena kemudian berlari kecil dan kembali ke kelasnya.
Saat sampai dikelas, kelas sudah ramai dan pelajaran pun dimulai tepat saat sena tiba.
Sementara itu sensen telah sampai digedung para senior Sena.
Sensen berubah menjadi seekor anak rubah seperti saat pertama kali bertemu Sena, ia berubah karena dalam wujud itu sensen tidak akan terlihat oleh mata biasa dan bisa bergerak leluasa.
"Dasar! bocah itu selalu menyusahkan aku saja." Gerutu sensen seraya memasuki kelas yang telah ramai.
Sensen telah memeriksa ruangan satu dan dua, tanda tanda dari aura yang tertinggal tidak sensen temukan.
Sensen beralih ke ruangan ketiga dan ia menemukan sebuah, kursi dan meja yang mempunyai aura gelap yang samar.
Namun orang yang menduduki kursi tersebut tidak ada.
Setelah berhasil menemukan kursi tersebut, sensen kembali ketempat Sena berada.
Saat itu Sena sedang bersama dengan Yerin dikelasnya, karena saat itu pelajaran pertama sudah selesai.
Setelah dekat dengan ruangan Sena, sensen kembali berubah menjadi kucing gemuk lagi.
Sensen lalu melompat ke atas meja saat sena dan Yerin sedang mengobrol.
"Nyaa!"
"Sensen?!"
"Waa! Benda apa itu?!"
Sena dan Yerin terkejut karena sensen yang melompat ke atas meja ditengah tengah mereka yang sedang mengobrol.
Sensen hanya diam karena didepannya ada Yerin yang melihatnya, sensen diminta oleh Sena untuk tetap diam didepan orang lain.
Akan aneh jika seekor kucing berbicara seperti manusia.
Jadi, sensen diam dan hanya melototi Sena dengan tatapan tajam.
Gawat! Aku sampai lupa dengan sensen karena asik mengobrol. Pikir Sena yang mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Gumpalan bulu apa ini?!" Kata Yerin dengan penasaran menyentuh tubuh sensen.
"Dasar bocah bodoh! Aku seekor kucing! Bukan gumpalan bulu!" Teriak sensen dengan kesal.
Yerin terdiam sejenak, mencerna apa yang baru ia dengar.
"Sensen! Kenapa kau malah bicara?! Seharusnya kau tetap diam saja!"
"Apakah aku salah dengar?! Atau memang gumpalan bulu itu baru saja berteriak dan mengumpat padaku?!" Yerin memastikan apa yang dia dengar.
"Dasar bodoh!-euhm!" Sena menutup mulut sensen dengan tangannya.
Sensen meronta ronta.
"Jadi yang aku dengar tidak salah?! b,bagaimana bisa seekor kucing bisa berbicara?!" Tanya Yerin seraya tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
"A,hahaha" Sena tersenyum canggung karena ulah sensen.
Beruntung saat itu keadaan kelas sedang sepi karena jam makan siang.
Sena,Yerin dan sensen akhirnya memutuskan untuk ke atap gedung ruangan mereka untuk membicarakan sensen.