NovelToon NovelToon
Laras: The Beginning Of Temptation

Laras: The Beginning Of Temptation

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Pihak Ketiga / Keluarga / Konflik etika / Wanita Karir
Popularitas:894
Nilai: 5
Nama Author: Imen Firewood

Apa jadinya, ketika hubungan rumah tangga jauh dari rasa saling memperhatikan?

Apakah Laras akan mampu terus menahan jeritan-jeritan batin-nya yang selama ini ia pendam?

Simak keseruan konflik etika yang terjadi dirumah tangga Laras! Jangan lupa dukung karya baru ini, ya. See you~

Update: setiap hari

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imen Firewood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kenangan Pernikahan

Menjelang sore. Setelah menjalani proses meeting yang memakan waktu cukup banyak, kini karyawan perusahaan Aoin telah berada di jam pulangnya. Termasuk Laras dan Riko yang kini tengah berada di basement parkir perusahaan.

"Kamu benar, tidak ingin aku menemani-mu pulang? Aku khawatir dengan kondisi mobil-mu." -Riko

Laras tersenyum mendengar ucapan Riko. Sebenarnya, Laras juga ingin menerima tawaran dari Riko yang selalu bersikap baik kepadanya. Namun lagi-lagi, benteng pernikahan Laras mengajak Laras untuk menolaknya.

Dan Laras hari ini, sebenarnya juga sudah berjanji untuk bertemu dengan Maya malam ini. Laras betul-betul merasa sangat di perhatikan oleh Riko.

"Tidak apa-apa .. Aku akan pulang sendiri. Terimakasih sudah care dan baik kepadaku .." -Laras

Riko tidak menjawab. Ia tersenyum mengangguk merespon kalimat Laras. Ketika dirinya melihat Laras telah masuk ke dalam mobilnya. Ketika Laras membuka kaca mobilnya, Riko mengucapkan kalimat singkat sebelum pergi juga.

"Hati-hati, yaa .." -Riko

Laras tersenyum manis. Kemudian, Riko juga pergi berjalan menuju ke tempat mobilnya berada. Terlihat Laras pergi meninggalkan area perusahaan Aoin yang luas itu.

Kini, Laras harus menjemput Dina. Mengajaknya untuk bertemu Maya yang sudah membuat janji. Sekalian, Dina makan sore dengan mereka.

Laras menunggu Dina di depan gerbang sekolahnya. Beberapa menit menunggu, akhirnya Dina terlihat di tengah-tengah murid yang baru saja keluar berjalan.

Laras tersenyum. Menyambut pelukan Dina yang berlari senang ke arahnya. Laras sedikit menunduk. Sebelum akhirnya memeluk dan menggendong Dina anaknya.

"Ibu ..!" -Dina

"Sayaang ..!" -Laras

"Gimana hari ini? Apa semuanya berjalan dengan baik?" -Laras

"Menyenangkan .."

"Aku mempunyai teman baru di kelas! Dia sangat baik." -Dina

"Waah~! Ibu senang mendengarnya. Kalau gitu, gimana kalo sekarang kita makan bareng Tante Maya .."

"Pasti kamu laper .." -Laras

Dina meresponnya dengan senyum dan mengangguk. Ia merasa senang jika harus bertemu lagi dengan Tante Maya. Obrolan manis mereka akhirnya berakhir, ketika Laras menggendongnya masuk kedalam mobil.

Beberapa waktu berlalu. Selama di dalam perjalan menuju salah satu cafe. Laras yang berada di dalam mobilnya selalu terpikirkan oleh bayang-bayang Riko. Setiap perhatian kecil darinya, kembali membut Laras tersenyum sendiri.

Hingga, lamunan itu terpecahkan berkat suara notifikasi pesan masuk dari Maya yang mengirim pesan.

"Aku sudah sampai. Di cafe tempat kemarin kita bertemu, yaa .. Aku tunggu." -Maya

Selagi menyetir, Laras melihat ponsel dan isi pesan itu. Ia meletakan ponselnya kembali dan berpikir tentang perkataan Maya yang ingin memberi tahu Laras soal Riko. Laras membalas pesan itu.

"Iyaa .. Sebentar lagi aku tiba." -Laras

Laras melihat Dina di sampingnya. Dan anak itu sudah tertidur pulas. Mungkin Dina mengalami hari yang cukup melelahkan baginya hingga tidak sadar sampai tertidur. Laras membelai rambut anaknya dengan penuh kasih sayang.

Beberapa menit kemudian, sampailah Laras di sebuah parkir tempat temu janjinya bersama Maya di salah satu cafe. Karena Laras melihat Dina yang masih tertidur pulas, ia tidak enak jika harus membangunkannya.

Laras memutuskan untuk tidak terlalu lama ketika mengobrol dengan Maya di cafe nanti jika bertemu. Laras mulai memasuki area cafe itu dan mencari Maya yang sudah dulu menunggu. Setibanya Laras bertemu dengan Maya.

"Dina nggak ikut, La?" -Maya

"Ada. Dia tertidur pulas di dalam mobil. Aku merasa tidak enak membangunkannya .."

Kemudian, mereka berdua duduk dan memesan minuman untuk menemani obrolan mereka. Selagi Laras menunggu minuman tiba, ia langsung melontarkan satu pertanyaan ke Maya.

"Oh, iya .. May. Gimana lu bisa kenal sama Riko?" -Laras

Maya langsung menjelaskan semaksimal mungkin agar sahabat satu-satunya ini bisa mengerti ucapannya.

"Gini La .. Gua emang nggak terlalu kenal dia. Atau mungkin bahkan emang kita tuh bisa di bilang nggak saling kenal .."

"Tapi yang pengen gua kasih tau ke lu sekarang .. Adalah temen gua pernah deket sama Riko. Dan dia cuma jadi korban wanita yang di manfaatin doang!" -Maya

Laras menaikan satu alisnya. Dan sedikit tertawa kecil karena merasa tidak yakin dengan pernyataan Maya tentang Riko.

"Masa sih? .." -Laras

Melihat respon Laras yang tidak serius ketika sedang menjawab seraya sedikit tertawa, membuat Maya sedikit kesal. Maya segera menatap Laras dengan penuh keseriusan, membuat Laras ikut memperhatikannya.

"Kita temenan udah berapa tahun si La? Lu percayakan .. Kalo gua tuh, nggak mungkin bohong sama lu?" -Maya

Maya malah membuat Laras semakin tertawa karena melihat ekspresi serius yang lucu dari wajah Maya secara tiba-tiba.

Hahah~

"Ish .. Kok lu malah ketawa, sih?" -Maya

"Sorry-sorry .. Bukan gitu maksud gua. Gua ngerasa lucu aja liat ekspresi lu yang tiba-tiba berubah .." -Laras

"Hmm .. Udah gua duga emang! Dasar .." -Maya

"Lagian .. Lu tuh salah paham May. Gua tuh bukan lagi deket ama Riko. Dia cuma rekan kerja doang .." -Laras

Maya merasa ada sedikit perasaan curiga dengan kejadian yang dia lihat di cafe ketika Laras sedang bersama Riko, itu terlihat sangat akrab di matanya. Namun Maya tidak ingin membahasnya lebih jauh dan hanya ingin mengingatkan Laras sahabatnya.

"Yaa .. Tetep aja La. Gua tuh khawatir aja ama lu .." -Maya

Laras tersenyum mengetahui sahabatnya yang begitu perduli dengan kondisinya. Laras memegang tangan Maya untuk mengucapkan rasa terimakasihnya seraya tersenyum.

"Thank's yaa May .. Udah care ama gua." -Laras

Maya merespon itu juga dengan senyum, seraya mengangguk. Namun di dalam hati kecilnya masih tersimpan perasaan was-was untuk tetap menjaga Laras sahabatnya dari orang-orang seperti Riko menurut pandangan Maya. Beberapa menit kemudian, datang seorang pelayan yang tengah berjalan kearah meja mereka untuk mengantar pesanan minumannya.

Beberapa jam kemudian. Setelah mereka membahas perihal tentang Riko, kini Laras pulang bersama Dina untuk kembali kerumahnya. Laras sudah membeli makanan di cafe itu untuk Dina makan setelah bangun. Selama di dalam perjalanan mereka pulang, lagi-lagi pikiran Laras tentang perkataan Maya sering terbesit. Tentang sosok Riko yang menurut Maya tidak baik. Lamunan itu selalu berakhir ketika Laras kembali menatap wajah Dina yang masih tertidur pulas di sampingnya. Beberapa kali juga terlihat Laras menghembuskan nafas pendeknya.

Pyuuh~

Setibanya mereka berdua di rumahnya, Laras tidak melihat adanya mobil Mas Andi. Dan firasat yang Laras sudah tahu jawabannya lagi-lagi memenuhi isi pikirannya. Laras membuka mobilnya untuk menggendong Dina menuju masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat. Dan benar saja. Ketika mereka telah berada di dalam rumahnya, tidak ada tanda-tanda kehidupan dari seorang suami. Baju yang di letakan secara sembarang di sofa, koper yang selalu terletak di depan pintu kamarnya, kini semuanya terasa kosong dan hampa. Ketika suara pertama Laras yang mengisi kekosongan itu berbunyi.

"Aku pulang .." -Laras

Lagi-lagi, Laras harus kembali menghembuskan nafas pendeknya. Setelah ia berada di dalam kamar Dina, Laras mengecek beberapa kali layar ponselnya untuk sekedar mengetahui apakah Mas Andi telah memberi kabar atau tidak. Dan persis apa yang Laras pikir, hingga pada jam segini, Mas Andi belum juga kunjung memberi kabar kepada dirinya. Apakah dia lembur kembali, apakah masih ada pekerjaan yang belum selesai, atau masih sibuk dengan beberapa klien perusahaan. Laras sama sekali tidak mengetahui apa-apa soal suaminya. Pikirnya, mungkin Mas Andi hanya lupa memberikan kabar untuknya. Walau hal kecil seperti ini sebenarnya penting menurut Laras.

Sampai, tiba dimana waktu Laras sudah bersiap untuk tidur beristirahat di samping Dina. Memakai lingerie favorit miliknya, ia merebahkan tubuh lelahnya di samping anak kesayangannya. Di samping kasur tempat tidur mereka, terdapat sebuah meja kecil. Yang dimana, diatasnya terdapat satu bingkai foto keluarga sederhana mereka. Mas Andi, Laras, dan Dina yang tersenyum di foto itu.

Malam ini, Laras merasa sepi untuk yang kesekian kalinya. Rumah yang seharusnya menjadi tempat rasa nyaman dan hangat berada disana, namun beberapa tahun kebelakang ini Laras tidak menemukannya. Dan Laras, jadi lebih sering membandingkan kenangan manis semasa awal pernikahannya dengan kehidupanya sekarang.

Flashback~

Sebuah tangan tiba-tiba menutup mata Laras yang tengah sibuk mencuci piring di wastafel. Laras sedikit kaget. Lalu tersenyum. Karena ia tahu, wangi aroma khas tubuh Mas Andi dan parfum miliknya, ini sudah pasti Mas Andi. Ia memegang tangan Andi yang terus menutup matanya. Di depan tempat cuci piring itu, Andi mendekatkan wajahnya ketelinga Laras. Berbisik dengan mesra dan penuh kasih sayang.

"Aku punya sesuatu untukmu. Tapi jangan dulu mengintip .." -Andi

Di tengah malam yang dingin ini, ruangan di sekitar mereka terasa hangat. Karena setiap sentuhan dan kalimat yang Andi ucapkan, berhasil membuat hati Laras merasakan apa yang disebut dengan kebahagiaan. Laras kemudian menjadi sedikit penasaran. Ketika Andi membimbing, membawanya berjalan ke arah yang Laras tidak tahu tujuannya. Karena tangan lembut Andi terus menutup kedua mata Laras agar tidak dapat mengintip.

"Ayolah, Mas .. Kamu mau membawaku kemana? .."

"Aku jadi penasaran sekarang .." -Laras

Andi tidak menjawab pertanyaan Laras. Ia hanya tersenyum di belakang Laras yang sedang berjalan ke arah meja makan. Dan diatas meja makan, sudah Andi siapkan kue ulang tahun untuk merayakan bertambahnya usia Laras saat ini. Di tengah lampu pijar berwarna kuning yang redup. Suara ac yang terus berbunyi. Membuas jantung Laras berdetak merasa semakin penasaran. Andi perlahan melepaskan tangannya yang menutup mata Laras, dan menyuruhnya untuk melihat apa yang ada di hadapannya.

Ketika membuka mata, Laras merasa kaget. Senang. Sedih. Sekaligus terharu dengan apa yang baru saja ia lihat. Sebuah kue ulang tahun yang berukuran tidak terlalu besar, dan sebuah foto lucu ketika mereka masih berpacaran. Beberapa strip foto itu kembali membuat Laras menunjukan senyumnya yang manis untuk Andi.

"Maaf, yaa .. Aku hanya bisa memberi ini .." -Andi

Mendengar itu, membuat Laras tersentuh hatinya. Air mata Laras menetes keluar dengan sendirinya. Merasakan kebahagiaan yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya. Walau itu sederhana, niat yang Andi usahakan dengan suasana seromantis ini juga membuat Laras tersipu malu saat menatapnya.

Laras menatap wajah Andi. Melingkarkan tangannya ke lehernya. Laras menangis seraya menggelengkan kepalanya. Sebelum akhirnya adegan mesra itu terjadi. Laras mulai lebih dulu menc*um Mas Andi. Memberikan apresiasi atas semua usaha yang telah ia berikan. Kini tidak ada jarak diantara mereka. Ketika wajah mereka saling berhadapan, Laras berkata dengan bisik nan lembut.

"Terimakasih telah berusaha membuatku bahagia .." -Laras

Ketika mereka sudah terbawa suasana, kini keduanya menjadi lebih proaktif melakukan adegan mesra itu. Hingga Andi tidak sadar, ia tidak melepaskan pelukan dan memberikan ciu*an itu seraya menggendong Laras masuk kedalam kamar mereka.

Selama beberapa tahun di masa awal-awal pernikahan Andi dan Laras, keharmonisan, keromantisan, dan kehangatan itu tidak pernah terputus. Bahkan di masa-masa sulit mereka, Andi tidak ingin Laras bekerja. Untuk tetap menjaga kesehatannya selama menjalani pernikahan dengannya. Laras benar-benar merasa bersyukur ketika menjadi seorang istri dari Andi. Disaat diruang makan ketika Andi ingin berangkat bekerja pagi hari.

"Apa aku harus kerja aja, yaa, sayang? Biar .. Bisa bantu-bantu kamu?" -Laras

Setiap Laras yang bertanya seperti itu seraya bersandar di suaminya yang sedang makan, Andi selalu menolaknya. Dengan alasan ia tidak ingin Laras bekerja dan memikirkan soal perekonomian yang tengah Andi usahakan untuk hidup mereka berdua agar lebih baik.

"Nggak usah sayang .. Biar aku aja yang kerja. Kamu fokus jaga kesehatan kamu aja. Semoga, semuanya baik-baik aja .. Aku minta do'a dari kamu aja." -Andi

Setiap mereka membicarakan hal ini juga, adegan romantis mereka selalu terjadi. Dan Laras menyukai hal itu. Ketika berada di samping Andi semuanya terasa ringan. Begitu pun sebaliknya. Mereka saling menguatkan satu sama lain tanpa pernah menimbulkan masalah di dalam rumah tangga mereka. Sampai, beberapa tahun kemudian apa yang mereka inginkan terwujud. Mereka baru saja membeli rumah dan sekaligus di kasih keturunan untuk pertama kalinya.

Ketima di dalam ruang persalinan, seorang bayi perempuan tengah berada di dalam pangkuan Laras. Juga Andi yang terus merasakan kebahagiaan yang tiada henti di hidupnya. Mereka bertiga, saling memberikan kehangatan ketika semuanya berada di satu pelukan sang Ayah baru.

"Kita kasih nama apa Mas?" -Laras

Andi berpikir sejenak. Untuk memberi nama apa yang pantas utuk anak pertama perempuannya yang cantik ini. Andi meoleh ke Laras yang terus menunggunya menjawab pertanyaannya.

"Bagaimana kalo Dina?" -Andi

Laras terdiam sejenak. Sebelum akhirnya memutuskan untuk memberi nama 'Dina' seperti yang Mas Andi ucap. Laras tersenyum lalu memeluk bayi yang berada di pangkuannya. Begitu pun Andi yang ikut memeluk mereka. Laras tiba-tiba memberi ledekan untuk seorang Andi yang akan menjadi Ayah baru untuk pertama kalinya. Begitu pun Andi. Mereka berdua saling bercanda di depan bayi yang baru saja lahir itu.

"Ciee .. Ayah Andi .." -Laras

"Hmm .. Ibu Dina .." -Andi

Kehangatan dan kebahagiaan mereka saat itu benar-benar tidak bisa terukur oleh apapun. Dan mereka mensyukuri atas setiap kebahagiaan yang selalu berada di dekat kehidupan mereka selama menjalani rumah tangga.

Lamunan kebahagiaan Laras tentang masa-masa awal pernikahannya pecah ketika mendengar Dina yang sedang tertidur pulang di sampingnya. Menyebut-nyebut memanggil Ayahnya.

Ayaah ..

Ayaah ..

Ayaah ..

Laras memeluk Dina. Mencoba menenangkan dan memberitahunya kalau ia ada di sisinya.

"Tenang sayang .. Ibu ada disini .." -Laras

Setelah mendengar kalimat itu, Dina kembali tertidur pulas. Ia merasa lebih tenang ketika Laras memeluk tubuhnya.

Laras kembali menatap layar ponselnya. Berharap Mas Andi mengabarinya walau hanya berupa satu kalimat lembur. Waktu di jam dinding yang besar menunjukan pukul 12 malam. Lagi-lagi Laras kembali menghembuskan nafas pendeknya.

Pyuh~

Saat ini, Laras jadi lebih sering membandingkan kenangan indah selama masa-masa awal pernikahannya dengan kehidupannya yang sekarang. Semuanya terasa berbeda.

Hingga sosok itu kembali muncul. Sosok Riko yang beberapa hari belakangan ini sering menghiasi di sela-sela setiap Laras sedang melamun. Perhatian-perhatian kecil darinya tidak bisa dengan mudah Laras lupakan begitu saja. Walau sebenarnya Laras sudah mempunyai suami.

Awalnya setelah melalui pemikiran yang memakan waktu cukup lama, Laras akhirnya mulai memberanikan diri untuk mengirim pesan kepada Mas Andi. Sekedar bertanya, apakah hari ini ia akan pulang atau tidak.

"Mas .. Kamu lembur lagi?" -Laras

Laras beranjak dari tempat tidurnya. Karena merasa gelisah kalau-kalau pesan Laras sama sekali tidak mendapatkan respon bagaimana.

Terlihat ia bolak-balik di depan cermin tepat di depan pintu kamar mandinya.

"Astaga .. Kenapa aku malah gelisah seperti ini. Seperti bukan aku saja."

Beberapa menit kemudian, ketika Laras masih berada di depan wastafel. Notifikasi pesan masuk berbunyi. Terlihat Laras dengan segera mengecek dari siapa pesan itu muncul.

Akhirnya, Laras mendapat pesan respon jawaban dari sang suami. Berbarengan dengan pesan dari Andi, muncul satu nama lagi yang mengirim pesan chat kepada Laras. Ia adalah Riko.

Pesan dari Andi berbunyi bahwa ia tidak bisa pulang hari ini, dan kemungkinan menginap di kantor karena pekerjaannya yang menumpuk.

"Ya. Aku lembur. Sepertinya, aku akan menginap di kantor. Kamu tidak perlu menunggu ku." -Andi

Sedangkan, pesan dari Riko berbunyi kalimat perhatian seraya mencari tahu apakah Laras sudah tidur atau belum. Riko belakangan ini sering mengirim pesan-pesan singkat sebelum Laras memejamkan mata. Namun pesan itu, tidak pernah di balas oleh Laras dan hanya sekedar di baca. Pesan itu berbunyi.

"Jangan terlalu tidur larut malam. Tidak baik untuk kesehatan mu." -Riko

Laras memunculkan senyum di wajah manisnya. Namun yang membuat bingung. Senyum itu tidak tahu tertuju untuk siapa. Untuk respon dari Mas Andi suaminya, atau mendapat pesan singkat dari Riko. Cukup lama Laras tersenyum seraya menatap layar ponselnya. Sebelum, ia kembali masuk ke dalam kamarnya untuk segera tidur di samping Dina anaknya.

Bersambung ...

1
Nii
semangat Thor
Imenfirewood: Aaaa~ terims!
total 1 replies
𝙈𝙤𝙟𝙖_𝙠𝙤(⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠)
wah ide bagus, aku si yes👍
𝙈𝙤𝙟𝙖_𝙠𝙤(⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠): Sama-sama semangat kak
total 2 replies
Wida_Ast Jcy
keren Thor... saling dukung yuuk. baca 1bab tiap hari. dan like perbab yukk
HNP_FansSNSD/Army
Ceritanya bagus Kaka 💐💐💐. Jangan lupa mampir di novel aku, Professor & student Love through, & novel baru berjudul Tahta Dari Dosa.
HNP_FansSNSD/Army
terus ini nantinya gimana???
Imenfirewood: Nggak seru dong .. kalo di ceritain! hihi .. pokoknya bikin penasaran dah. Terimakasih yaa, sudah baca sampai sini ..
total 1 replies
HNP_FansSNSD/Army
aku usahain tekunin ya Thor.
Imenfirewood: Waah! ... Siapapun dan dimana 'pun kamu, terimakasih, yaa ... Senang dengarnya!
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!