NovelToon NovelToon
Pria Dengan Rahasia... Dua Wajah!!!

Pria Dengan Rahasia... Dua Wajah!!!

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Permainan Kematian / Misteri / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Action / TKP
Popularitas:374
Nilai: 5
Nama Author: Dev_riel

Sebuah kota dilanda teror pembunuh berantai yang misterius.
Dante Connor, seorang pria tampan dan cerdas, menyembunyikan rahasia gelap: dia adalah salah satu dari pembunuh berantai itu.
Tapi, Dante hanya membunuh para pendosa yang lolos dari hukum.
Sementara itu, adiknya, Nadia Connor, seorang detektif cantik dan pintar, ditugaskan untuk menyelidiki kasus pembunuh berantai ini.
Nadia semakin dekat dengan kebenaran.
Ketika Nadia menemukan petunjuk yang mengarah ke Dante, dia harus memilih: menangkap Dante atau membiarkannya terus membunuh para pendosa...
Tapi, ada satu hal yang tidak diketahui Nadia: pembunuh berantai sebenarnya sedang berusaha menculiknya untuk dijadikan salah satu korbannya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dev_riel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penyelidikan Berlanjut!!!

Sesaat dia menatap tajam, lalu mengangkat bahunya. "Baik, apa lagi?"

"Oh, banyak. Cara dia memotong korban sangat baik. Nyaris seperti hasil bedah. Kecuali kita menemukan bukti lain dari motel... yang aku yakini tidak akan ada, aku rasa korban di bunuh di tempat lain lalu dibuang kemari."

"Tepatnya di bunuh di mana?"

"Pertanyaan bagus. Separuh dari tugas Kepolisian adalah mengajukan pertanyaan yang tepat."

"Separuh lagi dengan mengatakan jawaban yang tepat," sambung Nadia.

Aku mengangguk. "Belum ada jawaban, Nad. Apa lagi aku juga tidak punya data forensik lengkap..."

"Tapi kamu sudah punya firasat, kan?" Nadia menebak.

Kutatap dia. Nadia menatap balik. Aku sering mengembangkan dugaan cerdas di banyak kasus. Bahkan memperoleh reputasi kecil soal itu. Firasatku sering kali lumayan bagus. Tidak heran, kan?

Aku sering tau bagaimana jalan pikiran seorang pembunuh. Karena pikiranku juga begitu. Tentu saja aku tidak selalu benar. Kadang malah salah besar. Toh aku tidak mau polisi menangkap setiap pembunuh berantai di kota ini.

Bakal mengacaukan hobiku. Tapi kali ini... Harus bagaimanakah aku menyikapi petualangan kali ini?

"Bilang dong, Dante. Kamu punya firasat soal ini?"

"Mungkin, tapi seperti yang aku bilang. Masih terlalu cepat menyimpulkan apa pun."

"Nah, Nadia. Aku lihat bajumu kali ini tepat buat tugas Kepolisian." Sofia menyapa dari belakang.  Kami menoleh berbarengan.

Nada suara Sofia bagai tamparan di pipi. Nadia menjawab kaku. "Detektif, sudah menemukan petunjuk?" Balas nya dengan nada seolah sudah bisa menebak jawaban.

Usaha sia-sia. Sofia menampik dengan mengibas tangan. "Hanya segelintir saksi keparat," katanya, lalu menatap tajam belahan dada Nadia yang memang terlalu mencolok. 

"Hanya pelacur. Kamu taulah. Yang terpenting adalah menjaga agar pers tidak histeris. Tapi mengingat keahlian kamu menarik perhatian, mestinya itu soal mudah." Dia lalu mengedipkan sebelah matanya padaku sebelum pergi menghampiri kerumunan Kapten Jackson yang sedang berbicara penuh percaya diri kepada Alex Rivera dari Channel 7.

"Keparat jalang," desis Nadia.

"Maaf Nad. Apa kamu lebih suka aku berkomentar, kita balas dia nanti? Atau Apa aku bilang?"

Nadia mendelik. "Berengsek loe Bang. Aku serius. Aku mau menemukan pembunuh sialan itu."

Jadi teringat lagi pada fakta tidak ada darah sama sekali...

Begitu juga aku. Aku juga benar-benar ingin menangkapnya.

* * *

Aku pergi dengan kapal boat-Ku malam itu, sepulang kerja. Mencoba mengelak dari berondongan pertanyaan Nadia.

Aku setir kapal lambat-lambat keluar kanal, mengosongkan pikiran dalam posisi sempurna, bergerak dengan kecepatan tetap, melewati rumah-rumah besar yang terpisah satu sama lain oleh pagar tanaman dan kawat berduri.

Ku tambah kecepatan begitu melewati kanal. Angin menerpa wajahku, ditambah dengan cipratan air terasa asin, membantu menjernihkan kepala.

Membuatku merasa bersih dan sedikit segar. Jadi lebih mudah berpikir. Aku merasa rileks. Serasa di rumah.

Setelah seharian bekerja, aku dapat sedikit tambahan data forensik. Sekitar jam makan siang, beritanya meluas ke tingkat nasional. Tajuk utamanya bergulir dari sekedar pembunuhan pelacur setelah "penemuan mengerikan" di Motel Moonlight Lodge.

Channel 7 begitu lihai menyajikan seluruh gambaran horor histeria mayat korban termutilasi tanpa komentar apa pun.

Sebagaimana observasi gemilang Detektif Sofia Ramirez, korban sejauh ini hanya pelacur, tapi begitu tekanan publik kelak meningkat akibat ulah media.

Nadia memutuskan untuk tetap di TKP sampai di usir Kapten gara-gara kelamaan lembur, lalu di kawal pulang. Dia mulai meneror aku lewat telepon jam dua siang untuk mencari tau perkembangan apa yang aku dapat.

Sejujurnya aku akui tidak banyak informasi yang aku dapat. Tidak ada jejak apa pun di motel. Begitu banyak jejak ban di parkiran dan tidak satu pun yang mencolok. Tidak ada sidik jari atau serat di tong sampah, di kantong plastik maupun di mayat itu sendiri.

Satu-satunya petunjuk besar hari ini adalah potongan kaki kiri korban. Sebagaimana rujukan Alejandro, kaki sebelah kanan di potong rapi menjadi tiga bagian. Dari pinggul, lutut dan pergelangan kaki. Tapi kaki kiri hanya dua bagian, dibungkus rapat.

Seseorang pasti telah mengganggu pekerjaan si pembunuh, mengejutkan sedemikian rupa sampai lupa menyelesaikan potongan. Begitu panik terlihat orang.

Ada satu masalah kecil dari teori Sofia perihal interupsi ini. Satu detail kecil---mungkin seremeh belahan rambut---bahwa seluruh tubuh korban telah di bersihkan dan di bungkus dengan cermat---kemungkinan setelah di motivasi.

Lalu di pindahkan dengan hati-hati ke tong sampah---kiranya dengan cukup waktu dan fokus untuk tidak sampai membuat kesalahan dan tidak meninggalkan jejak.

Entah apakah tidak ada yang sudi menunjukkan fakta ini pada Sofia atau---sungguh tidak ada yang menyadari demikian? Boleh jadi begitu.

Sebagian besar kegiatan polisi berkutat dalam rutinitas, mengepaskan detail menjadi pola. Dan kalau polanya benar-benar baru, proses penyelidikan bisa seibarat tiga orang buta mengkaji seekor gajah lewat mikroskop.

Namun karena aku tidak buta atau terpengaruh oleh rutinitas, tampak lebih jelas bagiku bahwa si pembunuh hanya sekedar tidak puas. Punya begitu banyak waktu untuk melakukan pembunuhan, tapi---apalagi ini kelima kalinya dia membunuh dengan pola yang sama.

Apakah dia mulai bosan hanya memotong tubuh korban? Apakah pembunuh kita ini sedang mencari hal lain, sesuatu yang berbeda? Semacam arah baru atau kegilaan yang belum di coba?

Aku hampir mampu merasakan frustasinya. Setelah begitu jauh beraktivitas, hanya berakhir dengan pengulangan memotongi dan membungkus bangkai korban dengan kertas kado. Lalu datang kesadaran itu, "bukan ini yang aku cari. Ada yang tidak beres."

Cara ini sudah tidak lagi memuaskan baginya. Dia butuh pendekatan baru. Mencoba mengekspresikan sesuatu tapi belum menemukan cara yang tepat.

Pendapat aku sendiri---maksudku, kalau aku jadi dia---ini pasti sangat membuat frustasi. Mendorong pencarian jawaban lebih jauh.

Segera.

Tapi Sofia Ramirez malah memburu saksi. Percuma. Tidak akan ada. Penjahat kali ini adalah monster berdarah dingin dan sangat berhati-hati.

Sungguh menakjubkan. Aku harus berbuat apa menyikapi perasaan ini? Tidak bisa yakin. Jadi, aku menyepi di kapal.

Apa yang harus aku lakukan? Aku harus memutuskan sekarang kalau ingin membantu Nadine. Aku mampu membantunya mengungkap kasus ini. Yakin seratus persen. Tidak ada yang lebih mampu dariku. Toh faktanya, tidak ada yang berpikir sampai sejauh aku.

Masalahnya, apakah aku ingin membantu? Apakah aku ingin si pembunuh tertangkap? Apakah aku ingin menemukan dan menghentikannya sendiri? Terlebih lagi, ini yang paling mengganggu, apakah aku ingin pembunuh itu berhenti?

Aku harus bagaimana?

Di sebelah kanan tampak area perkemahan Elliot Key di keremangan mentari senja. Seperti biasa, aku teringat pengalaman berkemah di sana bersama Victor Connor---ayah angkatku. Sang Polisi Baik.

Kamu beda, Dante. 

Ya, Victor. Benar sekali.

Tapi kamu bisa belajar mengendalikan perbedaan itu dan mengarahkan ke jalan yang lebih konstruktif. 

Baiklah Victor. Kalau kamu pikir seharusnya demikian. Bagaimana caranya?

Lalu dia memberitahukannya padaku.

* * *

1
Yue Sid
Thor, jangan bikin kami tidak bisa tidur karena ingin tahu kelanjutannya 😂
Dev_riel: Besok kelanjutannya ya😄🙏
total 1 replies
🔥_Akane_Uchiha-_🔥
Cerita seru banget, gak bisa dijelasin!
Dev_riel: Makasih🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!