NovelToon NovelToon
Terpaksa Kawin Kontrak

Terpaksa Kawin Kontrak

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Biqy fitri S

Elzhar Magika Wiratama adalah seorang dokter bedah kecantikan yang sempurna di mata banyak orang—tampan, disiplin, mapan, dan hidup dengan tenang tanpa drama. Ia terbiasa dengan kehidupan yang rapi dan terkendali.

Hingga suatu hari, ketenangannya porak-poranda oleh hadirnya Azela Kiara Putri—gadis sederhana yang ceria, tangguh, namun selalu saja membawa masalah ke mana pun ia pergi. Jauh dari tipe wanita idaman Elzhar, tapi entah kenapa pesonanya perlahan mengusik hati sang dokter.

Ketika sebuah konflik tak terduga memaksa mereka untuk terjerat dalam pernikahan kontrak, kehidupan Elzhar yang tadinya tenang berubah jadi penuh warna, tawa, sekaligus kekacauan.

Mampukah Elzhar mempertahankan prinsip dan dunianya yang rapi? Atau justru Azela, dengan segala kecerobohan dan ketulusannya, yang akan mengubah pandangan Elzhar tentang cinta?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biqy fitri S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hari keEmpat & KeLima

Hari Keempat – Self Confidence Training

Pagi itu, Azel masih merasa aneh dengan tumpukan baju baru yang kini menggantung rapi di lemarinya. Rasanya seperti mimpi, bagaimana bisa dalam waktu singkat ia berubah dari gadis sederhana yang sering diremehkan, kini mulai tampak berbeda.

Siang hari, Elzhar menjemputnya seperti biasa. Tapi kali ini ia tidak mengajaknya ke klinik atau butik. Mobilnya berhenti di sebuah kafe mewah yang cukup ramai. Azel langsung panik.

“L, kita ngapain di sini? Banyak orang! Gue belum siap diliatin,” ucapnya sambil menunduk.

Elzhar hanya tersenyum tipis. “Justru itu tujuan kita hari ini. Zel, cantik doang nggak cukup kalau lo masih minder. Sekarang waktunya lo belajar cara bawa diri.”

Mereka masuk. Elzhar dengan percaya diri melangkah, sementara Azel berjalan seperti anak ayam kehilangan induk. Ia sibuk menarik bajunya yang menurutnya terlalu mencolok.

“Duduk tegak,” bisik Elzhar ketika mereka sudah di meja. “Jangan bungkuk, itu bikin lo keliatan minder. Liat mata orang pas ngobrol, jangan sibuk main HP.”

Azel manyun. “Ya ampun, ribet banget.”

“Percaya sama gue, Zel. Semua ini soal kebiasaan.”

Pelayan datang membawa menu. Azel panik, ia selalu takut dianggap salah ketika memesan di tempat fancy. Tapi Elzhar mendorong menu ke arahnya.

“Lo yang pesan.”

“Hah? Gue? Nggak bisa, L. Gue takut salah nyebut nama makanannya.”

“Zel…” suara Elzhar agak dalam. “Lo harus mulai berani. Coba aja. Kalau salah? Yaudah, nggak ada yang bakal ngetawain.”

Dengan gugup, Azel akhirnya mencoba memesan. Lidahnya keseleo saat menyebut nama menu dalam bahasa asing, tapi pelayan hanya tersenyum sopan. Elzhar menahan tawa, tapi ia bangga karena Azel berani mencoba.

Setelah pelayan pergi, Elzhar bersandar di kursi. “Tuh kan, nggak ada yang mati gara-gara salah ngomong. Yang penting lo pede.”

Azel menghela napas lega, lalu tertawa kecil. “Gila, jantung gue kayak mau copot.”

“Biasa itu. Nanti lo akan terbiasa.”

Setelah makan, mereka pindah ke taman kecil di belakang kafe. Elzhar meminta Azel berjalan bolak-balik di jalan setapak.

“Kenapa kayak model catwalk gini sih?” protes Azel.

“Bukan, Zel. Ini buat latihan body language lo. Jangan jalan sambil nunduk, jangan sembunyiin diri lo. Lo harus bisa nunjukin ke dunia kalau lo worth it.”

Awalnya Azel kikuk, tapi lama-lama ia bisa berjalan dengan lebih percaya diri. Senyumnya mulai muncul alami, tanpa dipaksa.

Di akhir sesi, Elzhar menatapnya sambil tersenyum kecil. “Zel, lo nggak sadar, tapi tiap hari lo makin berubah. Dan gue suka liat perkembangan lo.”

Azel terdiam. Hatinya berdesir, ada sesuatu yang hangat merayap dalam dadanya. Ia buru-buru mengalihkan pandangan.

Gue nggak boleh salah paham. Ini semua cuma proyek glow up, bukan lebih.

Namun, untuk pertama kalinya, Azel merasa bukan hanya penampilannya yang berubah—tapi juga rasa percaya dirinya.

Hari Kelima – First Public Test

Hari itu, Azel sudah siap lebih awal. Ia mengenakan dress simpel berwarna pastel yang sebelumnya dibelikan Elzhar. Make-up tipis dari hasil latihannya di rumah membuat wajahnya tampak segar, tidak menor tapi cukup manis. Saat Elzhar menjemput, ia sempat melongo.

“Lo… udah siap?” tanyanya agak kikuk.

Azel menggigit bibir, menahan gugup. “Iya… kenapa? Ada yang aneh?”

Elzhar buru-buru menggeleng, padahal matanya masih terpaku. “Nggak, cuma… lo keliatan beda aja. Bagus.”

Pipi Azel merona. Astaga, kenapa gue malah salah tingkah gini…

---

Tujuan mereka adalah sebuah gathering kecil sesama dokter dan rekan bisnis Elzhar di sebuah lounge modern. Bukan pesta besar, tapi cukup ramai dengan puluhan orang berpakaian elegan.

Begitu masuk, Azel otomatis ingin bersembunyi di belakang Elzhar. Tangannya refleks menggenggam lengan pria itu erat-erat.

“Eh, jangan nempel terus. Gue bukan bodyguard lo,” bisik Elzhar sambil menahan tawa.

“Gue… gue takut salah ngomong, L.”

Elzhar meliriknya sekilas, lalu tersenyum tipis. “Tenang, kalau lo grogi, cukup liat gue. Gue ada di sini.”

Azel makin salah tingkah. Kata-kata itu terdengar… terlalu manis. Jantungnya berdetak cepat.

---

Acara berjalan cukup lancar. Azel berhasil memperkenalkan diri ke beberapa orang, meski masih kaku. Tapi setiap kali matanya bertemu dengan Elzhar, ia merasa sedikit lebih tenang.

Saat sesi makan malam dimulai, Elzhar menarik kursi untuknya.

“Duduk.”

Azel terdiam sebentar, lalu duduk dengan wajah memerah. “Lo… gentleman juga ternyata.”

Elzhar mengangkat alis sambil tersenyum miring. “Baru tau? Berarti selama ini lo ngeliat gue apaan?”

Azel menunduk cepat-cepat, sibuk merapikan serbet di pangkuannya. Ya ampun, kenapa gue jadi salting sendiri?

---

Puncaknya, ketika salah satu rekan Elzhar bercanda, “Zel, lo beruntung dapet cowok kayak Elzhar. Semua orang mikir dia susah ditaklukkin, ternyata sama lo nurut.”

Azel langsung tersedak minumannya. Elzhar spontan menepuk punggungnya pelan. “Pelan-pelan minumnya, Zel. Nanti malah bikin malu.”

Dekapan tangannya di punggung Azel membuat gadis itu makin salah tingkah. Wajahnya panas, jantungnya tak karuan. Ia melirik ke arah Elzhar, dan entah kenapa pria itu juga terlihat menahan senyum, seolah menikmati melihat Azel kebingungan.

---

Malam itu berakhir cukup sukses. Dalam perjalanan pulang, mobil hening untuk beberapa menit sebelum Azel akhirnya berbisik pelan.

“L… makasih udah nemenin gue. Kalau nggak ada lo, mungkin gue udah kabur dari tadi.”

Elzhar meliriknya sekilas, lalu tersenyum hangat. “Gue kan udah janji. Selama lo butuh, gue ada.”

Kata-kata itu sekali lagi membuat hati Azel berdesir. Ia buru-buru menoleh ke luar jendela, menyembunyikan wajah yang memerah.

Bahaya. Kalau terus kayak gini… gue bisa beneran jatuh hati.

1
a
waduhh pantesan pas azel datang kerumahnya matanya jelalatan .. ehhhh emang tukang selingkuh ternyataaa 🤣🤣
a
awwww.... elzhar sudah tidak bisa menahannya 🤗🤗
Bie_Fitris: tapi sayang mereka hanya saling menyimpan moment itu 🤭🤭🤭
total 1 replies
atik
bagus
Bie_Fitris: terimaksih 😍
total 1 replies
mhmmdrzcky
cepet update kak aku udah nunggu/Drool/
Bie_Fitris: asiappp selalu update Setiap hari 😊
total 1 replies
Isma Fitri
bagus banget ceritanya 😍🤩
Bie_Fitris: terimakasih ☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!