Terpaksa Kawin Kontrak

Terpaksa Kawin Kontrak

Kejutan

Hari ini terasa begitu spesial untuk Azel. Pacarnya, Divo, sedang berulang tahun. Dengan penuh semangat, Azel menyiapkan kejutan kecil—sebuah kue ulang tahun lengkap dengan lilin, dan sebuah kotak hadiah berisi sepatu yang sudah lama diincar Divo.

Malamnya, ia melangkah cepat menuju café milik Divo. Tangannya sibuk menenteng kue dan hadiah, sementara hatinya penuh degup bahagia membayangkan ekspresi pacarnya nanti.

Divo sedang berada di ruangan khusus di lantai atas café. Begitu Azel masuk, mata Divo langsung berbinar. Senyumnya lebar ketika Azel menyodorkan kue dengan lilin menyala.

“Selamat ulang tahun!” ucap Azel riang.

“Ya ampun, kamu serius bawa beginian ke sini? Malu, tau, kalau sampai karyawan lihat.” ucap Divo sembari berdiri .

Azel cemberut pura-pura kesal. “Apanya yang malu? Pacar ulang tahun masa nggak dikasih kejutan. Nih, tiup lilinnya dulu.”

Divo menghela napas pendek, tapi senyum tak bisa ia sembunyikan. Ia menutup mata sebentar sebelum meniup lilin, lalu bertepuk tangan kecil.

“Makasih, sayang Kamu selalu bisa bikin aku kaget..”

Azel langsung menyodorkan sebuah kotak berbungkus rapi. “ Aku sengaja lembur demi bisa beliin kamu ini. Coba buka deh.”

Dengan penuh rasa penasaran, Divo merobek kertas kado lalu membuka kotaknya. Senyum lebarnya langsung merekah.

“Wah, keren banget! Pas banget sama jaket baru aku. Kamu tahu aja seleraku.”

“Tentu saja,” Azel menyahut manis. “Aku kan pacarmu, jadi harus tahu dong.”

Mereka duduk berdampingan, Azel mendorong kue ke arahnya.

“Ayo makan kuenya bareng. Aku sengaja pilih cokelat, rasa favoritmu.”

Divo mengambil garpu, lalu menatapnya sekilas.

“Hm, kamu memang perhatian banget, sayang. Kadang aku mikir… aku beruntung punya kamu.”

Mata Azel melunak mendengarnya. “Kalau gitu jangan cuma mikir, Div. Buktikan.”

Divo mengernyit. “Buktikan gimana maksudmu?”

Azel menarik napas dalam. Jantungnya berdegup kencang, tapi ia sudah mantap.

“Aku ingin hubungan kita jelas, Div. Aku ingin kita segera menikah.”

Sejenak suasana hening. Senyum Divo menguap begitu saja. Ia menatap Azel, seolah baru mendengar sesuatu yang asing.

“Zel…” ia berdeham canggung, mencoba menutupi kegugupannya. “Kita kan masih muda. Nikah tuh nggak kayak beli sepatu. Nggak bisa langsung dipakai kalau cocok.”

“Aku tahu,” balas Azel pelan tapi tegas. “Tapi aku nggak main-main, Div. Aku capek kalau hubungan kita cuma muter-muter gini tanpa arah.”

Divo bersandar, gelisah, lalu mengusap tengkuknya. “Aku… ke toilet dulu, ya. Kepala aku agak pusing.”

Tanpa menunggu jawaban, ia bangkit dan melangkah pergi, meninggalkan Azel sendiri bersama kue ulang tahun dan hadiah yang baru saja ia berikan.

Azel menatap pintu yang baru saja tertutup, menunggu dengan sabar sambil berharap Divo benar-benar hanya butuh waktu sebentar di toilet. Ia menatap layar ponselnya, lalu jam di dinding. Lima menit berlalu. Sepuluh menit. Lima belas menit.

Perasaannya mulai tak enak. Azel meraih ponselnya, mencoba menghubungi Divo. Nada sambung berulang, tapi tak ada jawaban. Ia menghela napas, mencoba menenangkan diri, lalu mengirim pesan singkat: “Div, kamu di mana? Aku tunggu di atas.”

Namun, tak ada balasan.

Waktu terus berjalan, dan Azel masih duduk di sana, menunggu dengan harapan yang makin lama makin menipis. Café mulai sepi, satu per satu karyawan keluar setelah selesai bekerja, meninggalkan suasana hening yang menyesakkan.

Sudah lebih dari dua jam. Kue di meja kini terlihat menyedihkan, lilin bekas tiupan masih menempel di permukaannya. Kotak sepatu hadiah yang tadi begitu berarti kini terasa hambar.

Azel kembali menekan nomor Divo, berkali-kali, tapi tetap nihil. Tidak ada jawaban.

Akhirnya, dengan perasaan kecewa yang menekan dadanya, ia memutuskan untuk pulang. Langkahnya pelan, berat, seolah setiap langkah membawa beban. Malam yang semestinya menjadi hari spesial justru berubah menjadi luka kecil yang tak ia duga.

\=\=\=\=

Setelah meninggalkan Azel di lantai atas, Divo bukannya benar-benar pergi ke toilet. Lelaki itu justru melangkah cepat ke luar café, menyebrang menuju sebuah bangunan tepat di sampingnya—sebuah klinik kecantikan modern.

Tangannya mengetuk pintu salah satu ruangan dengan tergesa, hampir seperti menggedor. Matanya sempat melirik ke belakang, memastikan tak ada yang memperhatikan gerak-geriknya.

Pintu terbuka, menampakkan sosok pria muda dengan wajah tampan, rapi dengan jas dokternya. Ekspresinya langsung berubah kesal.

“Ada apa sih, Vo? Lo datang-datang gedor pintu sembarangan aja,” ujar dokter itu dengan nada tak sabar. Dialah Elzhar Magika Wiratama—sahabat lama Divo, sekaligus seorang dokter bedah kecantikan yang cukup terkenal.

Divo tanpa basa-basi menerobos masuk, wajahnya panik.

“Tolong gue, EL! Ada cewek gila tiba-tiba ngajak gue nikah. Gue takut.”

Elzhar menghela napas panjang, menutup pintu dengan malas. “Cewek yang mana lagi, Vo?” suaranya dingin, nyaris muak. Ia sudah terlalu sering mendengar drama semacam ini dari mulut sahabatnya.

Divo mengusap wajahnya, lalu menjatuhkan diri ke sofa. “Adalah! Lo tau lah, gue nggak mau tiba-tiba diikat sama janji kayak gitu. Baru setahun pacaran, udah ngajak nikah aja. Gue belum siap.”

Elzhar memandanginya tajam. Ia tahu benar tabiat Divo—hubungan satu tahun dengan seorang perempuan bukan berarti apa-apa baginya, karena di balik itu Divo masih punya banyak nama lain. Dan kali ini, yang dimaksud Divo jelas: Azel.

Elzhar bersandar di meja kerjanya, menyilangkan tangan di dada. Sorot matanya dingin, menusuk ke arah Divo yang masih sibuk mengeluh.

“Lo tuh ya, Vo… jangan kebanyakan drama,” ucapnya datar. “Kalau ada cewek ngajak nikah, itu wajar. Namanya juga serius sama lo. Bukan salah dia kalau lo sendiri yang nggak pernah jelas.”

Divo langsung mengangkat kepala, wajahnya setengah protes. “Lah, tapi gue belum siap, EL! Hidup gue masih panjang. Nikah tuh ribet, banyak aturan. Gue bukan tipe yang bisa langsung kejebak di situasi kayak gitu.”

Elzhar menghela napas, menatapnya seolah malas berdebat. “Kejebak?” ia mengulang kata itu, nadanya penuh sindiran. “Lo sadar nggak, Vo? Yang kejebak itu justru cewek-cewek yang lo mainin. Mereka mikir lo serius, padahal lo sendiri yang nggak pernah niat dari awal.”

Divo terdiam, wajahnya kaku. Tapi hanya sebentar, karena kemudian ia nyengir kecut, berusaha mengalihkan.

“Ya ampun, lo ini kenapa sih jadi ceramah? Gue kan cuma curhat. Lagian, EL, lo tahu sendiri lah gue sayang sama cewe itu… tapi ya nggak sampai harus ke pelaminan juga.”

Elzhar mendengus kecil. “Sayang model apaan? Lo udah jalan sama dia setahun, masih aja lo anggap main-main. Kalau lo bener-bener nggak mau nikah, dari awal jangan kasih harapan. Simple, kan?”

Ruangan itu seketika sunyi, hanya terdengar dengusan napas Divo yang mulai tak nyaman. Elzhar menatap sahabatnya lama, lalu menambahkan, “Saran gue, sebelum lo nyakitin dia lebih parah, mending lo putusin. Jangan bikin dia keburu jatuh terlalu dalam.”

Episodes
1 Kejutan
2 Putus
3 Salah Alamat
4 Pacar Pura Pura
5 Makan Malam Bersama Keluarga Wiratama
6 Misi Pertama Berhasil
7 7 Hari Menjadi Cantik Bersama Elzhar
8 Hari Kedua dan ketiga
9 Hari keEmpat & KeLima
10 Balas Dendam
11 Rasa Yang Tak Biasa
12 Reuni SMA
13 Bermalam
14 Ketahuan Ibu
15 Menikahlah
16 Perjanjian Kontrak Nikah
17 Divo Mendekati Sisil
18 Hari Yang buruk
19 Meminta Restu
20 Hari Yang Cukup Berat
21 Pernikahan Azel & ELzhar
22 Ketegangan Malam
23 Pagi yang Cerah
24 Hari Pertama Menjadi Suami Istri
25 Ciuman Rahasia
26 Elzhar Yang Manja
27 Mengejutkan
28 Sisil Hamil
29 Sponge Cake
30 Pelukan, Masakan dan Kehangatan
31 Kue Yang Sangat Lezat
32 Sisil & Divo
33 Luka
34 Batas yang Kian Memudar
35 Aluna
36 Healing Dadakan
37 Obsesi Aluna
38 Malam yang mengubah segalanya
39 Do'a dan Harapan
40 Rencana Licik
41 Sebuah Pengakuan
42 Akhirnya Malam Pertama
43 Pagi yang indah
44 ELzhar yang penuh senyuman
45 Pengakuan Divo
46 Obrolan Hangat
47 Divo di usir
48 Hasil USG
49 Hati yang mulai terbuka
50 Melepas Rindu
51 Bermalam di rumah Ayah dan bunda
52 Sarapan Pagi penuh kehangatan
53 Divo Direstui
54 Pindah rumah
55 Sisil
56 Kejutan Untuk Elzhar
57 Persiapan Ulang tahun Oma
58 Kue ulang tahun untuk oma
59 Bahagia di hari ulang tahun oma
60 Kejutan Kecil dari Elzhar
61 Aaaaaa..... Sayaangg
62 Pernikahan Divo dan Sisil
63 Malam Divo dan Sisil
64 Sahabat Lama
65 Sisi Lain Arga
66 Gombalan di pagi hari
67 Aluna Yang sudah gila
68 Cerita Aluna
69 Aluna membongkar Rahasia
70 Terbongkar
71 Kenapa harus seperti ini
72 Pertengkaran
73 Ayah Arman Pergi dari rumah
74 Dilema
75 Ketegangan
76 Aku cuma mau Azel
77 Oma menemui Azel sedangkan Divo dan Sisil menemui elzhar
78 Elzhar menemui Azel
79 Elzhar kecelakaan
80 Azel bertemu Elzhar di RS
81 Elzhar Sadar
82 Akhirnya bisa tidur dengan aman
83 Saling Memaafkan
84 Elzhar Pulang
85 Elzhar kembali ke klinik
86 Mengantarkan makan siang
87 Kafe Divo
88 Awal sebuah mimpi
89 Langkah Mandiri
90 Semangat pagi
91 Survei Tempat
92 Luka Yang membaik
93 Persiapan pembukaan Kafe
94 Do'a & Restu
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Kejutan
2
Putus
3
Salah Alamat
4
Pacar Pura Pura
5
Makan Malam Bersama Keluarga Wiratama
6
Misi Pertama Berhasil
7
7 Hari Menjadi Cantik Bersama Elzhar
8
Hari Kedua dan ketiga
9
Hari keEmpat & KeLima
10
Balas Dendam
11
Rasa Yang Tak Biasa
12
Reuni SMA
13
Bermalam
14
Ketahuan Ibu
15
Menikahlah
16
Perjanjian Kontrak Nikah
17
Divo Mendekati Sisil
18
Hari Yang buruk
19
Meminta Restu
20
Hari Yang Cukup Berat
21
Pernikahan Azel & ELzhar
22
Ketegangan Malam
23
Pagi yang Cerah
24
Hari Pertama Menjadi Suami Istri
25
Ciuman Rahasia
26
Elzhar Yang Manja
27
Mengejutkan
28
Sisil Hamil
29
Sponge Cake
30
Pelukan, Masakan dan Kehangatan
31
Kue Yang Sangat Lezat
32
Sisil & Divo
33
Luka
34
Batas yang Kian Memudar
35
Aluna
36
Healing Dadakan
37
Obsesi Aluna
38
Malam yang mengubah segalanya
39
Do'a dan Harapan
40
Rencana Licik
41
Sebuah Pengakuan
42
Akhirnya Malam Pertama
43
Pagi yang indah
44
ELzhar yang penuh senyuman
45
Pengakuan Divo
46
Obrolan Hangat
47
Divo di usir
48
Hasil USG
49
Hati yang mulai terbuka
50
Melepas Rindu
51
Bermalam di rumah Ayah dan bunda
52
Sarapan Pagi penuh kehangatan
53
Divo Direstui
54
Pindah rumah
55
Sisil
56
Kejutan Untuk Elzhar
57
Persiapan Ulang tahun Oma
58
Kue ulang tahun untuk oma
59
Bahagia di hari ulang tahun oma
60
Kejutan Kecil dari Elzhar
61
Aaaaaa..... Sayaangg
62
Pernikahan Divo dan Sisil
63
Malam Divo dan Sisil
64
Sahabat Lama
65
Sisi Lain Arga
66
Gombalan di pagi hari
67
Aluna Yang sudah gila
68
Cerita Aluna
69
Aluna membongkar Rahasia
70
Terbongkar
71
Kenapa harus seperti ini
72
Pertengkaran
73
Ayah Arman Pergi dari rumah
74
Dilema
75
Ketegangan
76
Aku cuma mau Azel
77
Oma menemui Azel sedangkan Divo dan Sisil menemui elzhar
78
Elzhar menemui Azel
79
Elzhar kecelakaan
80
Azel bertemu Elzhar di RS
81
Elzhar Sadar
82
Akhirnya bisa tidur dengan aman
83
Saling Memaafkan
84
Elzhar Pulang
85
Elzhar kembali ke klinik
86
Mengantarkan makan siang
87
Kafe Divo
88
Awal sebuah mimpi
89
Langkah Mandiri
90
Semangat pagi
91
Survei Tempat
92
Luka Yang membaik
93
Persiapan pembukaan Kafe
94
Do'a & Restu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!