Tak pernah terbayangkan dengan apa yang saat ini di jalani, bergerak tanpa arah, dan melangkah tanpa tujuan.
Terasa sesak di dalam dada mengingat semua kisah yang sulit untuk di lupakan, Namun terasa sakit saat mencoba untuk menerima semua yang terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selvi Noviyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 9
...Ternyata begini rasanya, menjadi dewasa dan terlalu lama sendiiri......
...Yang datang mendekat seringnya pergi, yang ingin ku genggam malah menepi......
...Aku belajar mengeja rindu tanpa nama, menyimpan mimpi berdua di kepala. Akan tetapi ketika ada yang mengetuk pintu hati, entah kenapa aku gemetar sendiri....
...Di beberapa malam, sunyi terasa menekan di dada. kesepian menyapa dengan seiringnya hembusan angin....
...Membuat diri ini seakan meminta untuk bertanya, harus kah diri ini membuka luka lama kembali.?...
...Terkadang diri ini merasa aneh, terkadang yang datang justru ku campakkan akan tetapi yang ku harapkan dan selalu ku panggil justru menolak tuk datang....
...Aku ingin cinta tapi aku pun takut luka... Aku rindu genggaman tangan tapi aku takut terlepas lagi di tengah jalan....
...Maka akan lebih baik seperti ini, menjadi dewasa setengah berani, takut tuk jatuh hati dan ingin sepenuhnya untuk tetap sendiri......
...•.:°❀×═════════×❀°:.•...
Beberapa tahun yang lalu...
Emily terlihat tertawa lepas saat menatap air yang pasang surut seakan menyapa dirinya. Di bawah pohon dengan di temani secangkir kopi dan juga laptop yang ada di hadapannya. Angin berhembus sepoi-sepoi mengibaskan rambutnya yang tergerai indah di pandang. Di pantai juga Aidan meluluhkan hatinya sehingga ia memutuskan tuk membina mahligai rumah tangga, di bawah pohon yang rindang di saksikan beberapa orang Aidan menyatakan Cintanya mengucapkan janji tuk mencintai dan mengikat Emily dengan status pernikahan. Akan tetapi nyatanya harapan tak sesuai dengan harapan, kini janji itu hanyalah sebuah ilusi belaka yang tak akan pernah nyata. Janji setia bersama, membina rumah tangga sehidup semati namun nyatanya janji itu hanya lah terucap di bibir manisnya tanpa ada pembuktian.
Melamar dirinya di hadapan orang, memberikan bunga dan juga cincin. Emily yang mendapatkan kejutan seperti saat itu membuat dirinya luluh dan menerima Aidan.
Flashback Off...
Emily yang masih di dalam mobil terlihat termenung memikirkan semua janji yang di katakan oleh Aidan, senyuman di sudut bibirnya nyatanya tak bisa di bohongi.
"Aku pernah berpikir bahwa aku adalah wanita yang benar-benar beruntung dalam membina rumah tangga, mempunyai anak dan suami yang pengertian dan setia. Akan tetapi pemikiran itu hilang saat menerima kenyataan bahwa bayangan dan juga pemikiran itu nyatanya benar-benar salah. Nyatanya mereka hanya bahagia dengan orang yang baru di temui dan bukan aku yang telah lama bersama dengan mereka, melayani bahkan mengurus semua keperluan mereka. " batin Emily yang terlihat mengusap air mata yang menetes di pipinya.
sedangkan orang yang ada di samping Emily terlihat memperhatikan wajah Emily yang terlihat basah yang ia yakini adalah tetesan air mata.
"Emily... " panggilnya dengan memberikan kotak tisue.
Emily yang melihat kotak tisue yang di berikan mengulurkan tangannya dan mengambil.
"Menangis lah jika menangis itu bisa membuat kamu merasakan lega. "ucapnya dengan menatap Emily sekilas lalu kembali fokus pada jalanan.
mendengarkan ucapan yang di katakan oleh dirinya membuat Emily seketika meneteskan air mata, ia menangis tergugu saat memikirkan semua yang terjadi pada dirinya, penghianatan yang ia Terima dan juga perasaan yang tak rela meninggalkan, akan tetapi dirinya pun tersiksa.
"Emily, seharusnya aku tak pernah menyerah dengan apa yang terjadi. seharusnya aku lebih berani menyatakan perasaan ini lebih dulu agar kamu tidak merasakan sakit yang seperti ini. Sungguh setelah ini aku akan memberanikan diri untuk merebut kamu, meraih perasaan yang lama terpendam tanpa memikirkan bagaimana nantinya. " batinnya dengan menatap Emily yang terlihat rapuh.