NovelToon NovelToon
WHO¿

WHO¿

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Anak Genius / Identitas Tersembunyi / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:433
Nilai: 5
Nama Author: jewu nuna

Misteri kematian Revano yang tidak pernah meninggalkan jejak, membuat gadis penderita ASPD tertantang menguak kebenaran yang selama bertahun-tahun ditutupi sebagai kasus bunuh diri.

Samudra High School dan pertemuannya bersama Khalil, menyeret pria itu pada isi pikiran yang rumit. Perjalanan melawan ego, pergolakan batin, pertaruhan nyawa. Pada ruang gelap kebenaran, apakah penyamarannya akan terungkap sebelum misinya selesai?

Siapa dalang dibalik kematian Revano, pantaskah seseorang mencurigai satu sama lain atas tuduhan tidak berdasar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jewu nuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sepuluh

Aletha memiringkan wajahnya sambil mengusap cengkuk kanannya dengan sengaja. Menatap majalah dinding yang sudah diganti pagi ini dengan berita yang cukup menyedihkan. Seperti tidak ada pembahasan yang lebih berfaedah untuk dikonsumsi publik sepagi ini. Seperti kelompok jurnal sekolah tidak punya topik yang jauh lebih menarik dari pada fitnah tentang kedekatan bintang sekolah dengan dirinya. Seperti waktu mereka terlalu tidak berharga untuk memotret kedekatannya disekolah bersama Khalil Gibran.

“Gue pikir selera Khalil yang kaya Selena Gomez, kok dia mau sih sama cewek horror begitu”

Gadis itu meninggalkan mading beserta gunjingan-gunjingan yang terus dia dengar disepanjang lorong. Sarapan kenyataan yang cukup membuatnya ingin muntah.

“Aletha!”

Tubuhnya terhenti saat pergelangan tangannya digenggam dengan seorang pria yang tak lain dan tak bukan adalah Khalil Gibran. Pria yang sedang digosipkan dengannya pagi ini. Pria satu-satunya yang berani berhadapan dengan gadis horror ini.

Aletha menunduk, menatap pergelangan tangannya yang masih terkait dengan benda aneh bernama tangan kiri milik Khalil. Padahal Avram saja tidak pernah berani menggengam tangannya, kenapa dia punya cukup nyali untuk ini?

Khalil tersenyum disela deru napas yang sedang dia usahakan untuk stabil. Sambil melepaskan genggamannya, lantas sesekali melirik pada sekeliling yang menatap ke arah mereka.

“Pada iri tuh, pada mau jadi gue”

Khalil kali ini tertawa, membuat sang lawan bicara justru kebingungan dengan ekspresi yang ditunjukkan pria itu. Aletha lantas terdiam saat seorang pria dengan tatapan penuh senyum merangkul akrab pada pundak Khalil.

“Halo, Aletha”

“Dia nggak akan suka sama sapaan pagi, jangan sok akrab”

Aletha menatap ke arah Eden dan Niko yang menyusul dibalik mereka. Meninggalkan jejak kekaguman pada siswi yang mengintip dibalik jendela kelas.

“Ada yang mau mewakili olimpiade fisika nih”

Khalil menaik turunkan alis saat menatap Aletha, membuatnya dua kali lebih bingung dari tatapan awalnya. Sebenarnya Angkasa tidak mungkin menyinggung masalah perwakilan perlombaan kepintaran ini dengan Khalil. Karena Khalil memang akan selalu jadi perwakilan setiap tahunnya.

Selain memang berbicara dengan keempat pria itu membuang-buang waktu, Aletha juga tidak suka jadi yang paling tersorot. Melihat semua orang menintimidasinya adalah hal yang paling dia sukai, tapi tidak jika harus dengan berhadapan dengan orang lain. Menurutnya ini hanyalah topik klise yang direka ulang pada suatu adegan drama romansa. Menjijikkan.

Khalil tersenyum saat ketiga, bukan, maksudnya kedua sahabatnya menggeturu akibat sikap Aletha. Sementara Niko hanya menatap dingin pada punggung yang kian menjauh. Baginya, sikap ini jarang sekali dia temui. Sebelas dua belas dengannya tapi bagi Aletha, perbandingan ini akan jauh sekali dengan sikap dingin yang dibicarakan orang-orang tentangnya.

Keempat pria itu meneruskan langkahnya menyusuri lorong untuk menuju kantin. Memilih menikmati sarapan nyata dari sekedar harapan yang sudah sempat mereka taruh pada Aletha beberapa menit lalu. Angkasa bersama semangkuk bakso yang dituang sambal lima sendok dan Niko dengan sepiring somay tanpa kol. Sementara Eden dan Khalil memilih beberapa potong tempe goreng dan segelas teh panas untuk berdua. Bukan karena mereka tidak punya uang untuk membayar, hanya saja sering tidak mereka minum.

“Lo deket sama cewek horror itu?”

Khalil menatap Angkasa yang baru saja menyuap sebuah bakso kemulutnya. Membuat kedua temannya menatap pada Khalil serius. Sebenarnya ini bukan topik yang sepele kalau ditanyakan pada seorang Khalil Gibran. Pasalnya, pria ini adalah salah satu pria yang anti sekali gosip kedekatan dengan seorang gadis.

Bisa dibilang, selama hidupnya di Samudra High School, Khalil tidak pernah dekat dengan gadis manapun diluar hanya untuk ekstrakulikuler, organisasi, atau kegiatan sekolah lainnya. Bagi semua orang, Khalil adalah pria yang di kagumi karena segala prestasi dan ketampanannya. Tidak pernah membuat skandal apapun dan selalu memberikan citra positif. Jadi, sangat mengejutkan untuk semua orang termasuk para sahabatnya. Jika Khalil tiba-tiba dekat dengan Aletha.

“Dianggep temen aja nggak mau, apa lagi dideketin”

Eden dan Angkasa tertawa paling kencang, sementara Niko hanya tersenyum miring akibat pernyataan yang cukup menyayat hati. Seorang Khalil Gibran tidak dianggap oleh perempuan? Sekali lagi. Khalil itu primadona dan sudah tidak diragukan lagi kepintaran sekaligus populariotasnya disekolah. Jadi untuk ditolak, sepertinya hanya sepersekian persen saja dan sepersekian persen itu adalah Aletha Waniwongso.

“Maksudnya gimana?”

Khalil mendengus, ini kali pertama dia menunjukkan sisinya yang lain. Sakan melecehkan dirinya didepan publik.

“Dia bilang bukan temen gue ke kepsek”

“Seorang Khalil Gibran?”

Pria itu hanya diam, membiarkan kedua sahabatnya itu lelah dengan ejekan yang mereka buat. Menurutnya ini bukan sebuah hal yang memalukan, justu menyenangkan. Saat ada pada situasi menegangkan bersama seorang yang baru saja dikenal, adalah keadaan luar biasa yang tidak pernah terjadi dalam hidupnya.

“Tapi gue nggak tahu ya kenapa kok kaya aneh gitu setiap ngelihatin dia”

Niko menoleh saat Angkasa kembali bersuara. Pasalnya dia yakin pertanyaan sejenis ini tidak hanya ada pada pikirannya. Bahkan bisa jadi satu sekolah juga sedang mempertanyaan hal sejenis ini. Tentang kedatangan Aletha yang bisa dibilang membekukan sekolah. Menjadikan sekolah ini sebagai ketakutan-ketakutan yang nyata saat dia menyusuri lorong.

“Pas dia ngelihatin balik tuh rasanya kaya disihir aja”

Niko terkekeh, “Sama kaya pas lo ngelihatin gue juga nggak?”

Eden terdiam, maniknya mengintai tatapan tajam sahabatnya. Jauh berbeda ketika dia melihat Aletha, bahkan cara gerak yang gadis itu ciptakan seperti sebuah media yang diciptakan AI.

“Enggak, Nik”

“Emang agak creepy sih, tapi unik”

Khalil hanya diam disela tebakan mereka, membiarkan asumsi liar berkeliaran di lingkup pertemanan mereka. Tanpa komen atau ajakan untuk membuat mereka menyukai Aletha. Karena dia yakin, hanya beberapa, beberapa yang mampu memahami keberadaan Aletha berguna untuk dunia ini.

“Menurut lo gimana, Lil?”

“Gimana cara gue mandang dia bukan jawaban yang lo harapin, begitu juga sama apa yang lo lihat tentang dia, belum tentu Niko setuju, Den”

Angkasa dan Eden menatap Niko yang menyesap teh panas pertama kali. Keempat pria itu selalu punya cara yang berbeda untuk mengekspresikan perasaan, terutama Niko. Salah satu jawaban paling abstrak di geng ini.

“Gue nggak terlalu suka bahas karakter orang, tapi ada jiwa yang hilang”

Khalil menatap manik kosong Niko, lantas mengalihkannya kesembarang arah. Seperti tebakannya saat pertama kali pertemuan awal mereka. Aletha adalah seseorang yang semua orang anggap aneh, yang semua kira gila adalah gadis yang sedang atau tidak ingin menemukan jiwa yang hilang itu.

To Be Continue...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!