NovelToon NovelToon
Ketika Dunia Kita Berbeda

Ketika Dunia Kita Berbeda

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:700
Nilai: 5
Nama Author: nangka123

Pertemuan Andre dan fanda terjadi tanpa di rencanakan,dia hati yang berbeda dunia perlahan saling mendekat.tapi semakin dekat, semakin banyak hal yang harus mereka hadapi.perbedaan, restu orang tua,dan rasa takut kehilangan.mampukah Andre dan fanda melewati ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nangka123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 8: Dewi

Hari-hari tanpa Fanda berjalan lambat bagi Andre. Kamar kos sederhananya kini benar-benar menjadi saksi sunyi perjuangannya.

Setiap pagi, ia bangun lebih awal, menatap cermin kecil di sudut kamar, lalu berbisik pada dirinya sendiri,

"Aku harus kuat... aku harus bangkit. Sudah saatnya melupakan masa laluku."

Pagi yang cerah itu ia manfaatkan untuk berkeliling mencari pekerjaan. Namun tak semudah yang dibayangkan. Di satu tempat, ia ditolak karena dianggap belum pulih benar. Di tempat lain, ia hanya dijanjikan kabar yang tak pernah datang.

Sampai akhirnya, sebuah bengkel kecil menerima dia. Pemiliknya, Pak Jaya, pria paruh baya berwajah ramah, menepuk bahunya sambil berkata,

“Kerja di bengkel itu keras. Tapi kalau kamu memang niat, aku kasih kamu kesempatan.”

Andre tersenyum lega.

“Terima kasih, Pak. Saya janji nggak akan nyia-nyiain kesempatan ini dengan baik.”

Sejak hari itu, Andre kembali tenggelam dalam dunia mesin dan oli. Meski upahnya kecil dan tubuhnya cepat lelah, ia merasa harga dirinya perlahan kembali.

Sementara itu, Fanda menjalani hari-hari yang jauh lebih berat. Sejak orang tuanya tahu hubungan mereka, tekanan semakin besar. Ayah dan ibunya hampir setiap hari menyinggung soal Zul.

“Fanda,” suara Pak Hendra tegas di ruang makan,

“kamu harus sadar diri. Zul itu pilihan terbaik. Dia mapan, selevel sama kita. Kamu lebih cocok sama dia.”

Fanda hanya menunduk, menahan sesak di dadanya. Ibunya, Bu Ratna, ikut menimpali,

“Nak, kami nggak ingin kamu hancurkan masa depanmu sendiri. Zul itu sayang sama kamu. Kenapa harus buang-buang waktu mikirin Andre yang jelas nggak punya apa-apa?”

Fanda menarik napas panjang, lalu suaranya pecah,

“Ayah, Ibu... kalian nggak tahu apa yang Zul lakukan padaku. Selain selingkuh, dia juga hampir berbuat yang tidak-tidak kepadaku”

“Apa?!” Pak Hendra sontak berdiri. Wajahnya merah padam menahan amarah. “Beraninya dia melakukan itu padamu?”

“Iya, Ayah. Untung waktu itu ada Mas Andre yang nyelamatin aku.”

Fanda menatap ayahnya dengan mata berkaca-kaca.

“Itu kenyataannya, Ayah. Zul bukan pria baik-baik.”

Bu Ratna menutup mulutnya dengan tangan, tubuhnya gemetar,dia tidak percaya apa yang barusan di katakan oleh anaknya.

“Astaga, Nak... kenapa kamu nggak cerita dari dulu?”

“Karena aku tahu kalian nggak akan percaya,” jawab Fanda lirih.

“Dari dulu kalian selalu anggap Zul yang terbaik.” tambah fanda

Pak Hendra terduduk kembali. Kursinya sampai bergeser keras.

“Kurang ajar! Berani-beraninya dia mempermainkan anakku! Dan aku malah sibuk memaksakan kamu dengan orang busuk itu!”

Rasa bersalah menggerogoti dirinya. Ia menatap Fanda penuh penyesalan.

“Maafkan Ayah, Nak…” katanya pelan,kata yang jarang sekali keluar dari mulutnya.

Bu Ratna meraih tangan Fanda,

“Kami salah menilai, Nak. Tapi kenapa kamu lebih memilih diam?”

Fanda menunduk.

“Karena aku sudah capek berdebat. Aku cuma ingin kalian percaya padaku… percaya sama pilihan hatiku.”

Sejak malam pengakuan itu, sikap Pak Hendra berubah drastis. Amarahnya kini berubah menjadi rasa bersalah yang dalam. Untuk pertama kalinya dalam hidup, ia mengakui bahwa ia salah menilai seorang pria.

“Kalau memang Andre yang sudah melindungi kamu, Ayah harus temui dia,dan berterima kasih kepadanya” katanya tegas.

Keesokan harinya mereka mencoba mencari Andre, namun pencarian itu tidak mudah. Saat mereka datang ke kos tempat Andre tinggal, kamar itu sudah kosong. Pemilik kos hanya menggeleng,dan menjelaskan.

“Dia pindah beberapa hari lalu, Pak. Nggak bilang mau ke mana.”

Fanda yang mendengar penjelasan itu langsung pucat. Hatinya seperti diremas.

“Mas Andre… kenapa pergi tanpa bilang?” bisiknya lirih.

Sejak itu, Fanda terus mencoba menghubungi Andre namun hasilnya nihil.

Kini Malam-malamnya dihabiskan menatap layar ponsel, menunggu nada sambung yang tak pernah tersambung.

Hari-hari berikutnya, Fanda nekat mencari. Ia bahkan meninggalkan pekerjaannya sementara dan menyuruh sekretarisnya, Indah, untuk mengurus semua pekerjaan kantor.

Bersama sopir ayahnya, ia berkeliling ke bengkel-bengkel, berharap menemukan Andre. Namun hasilnya nihil, Andre seolah ditelan bumi.

Pak Hendra yang melihat kegigihan putrinya hanya bisa terdiam. Dalam diam, ia kagum sekaligus semakin merasa bersalah. Andai saja sejak awal ia tidak keras kepala, mungkin semuanya takkan berakhir seperti ini.

Di sisi lain, Andre memang sengaja menghilang. Ia mengganti nomor ponselnya dan pindah dari kos lama ke kontrakan kecil di pinggiran kota. Ia bahkan meminta keluarganya di kampung mengganti nomor mereka agar Fanda tak bisa menghubungi.

Bagi Andre, ini satu-satunya cara agar Fanda bisa melanjutkan hidup tanpa terus-terusan terluka karena dirinya.

Sore itu, setelah seharian bekerja di bengkel, Andre memutuskan berjalan kaki pulang. Namun tiba-tiba, ia melihat sebuah mobil mewah berhenti di pinggir jalan dengan kap mesin terbuka.

Seorang pria paruh baya tampak kebingungan, mencoba menyalakan mesin berkali-kali.

Tanpa pikir panjang, Andre mendekat.

“Permisi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya sopan.

Pria itu menoleh, wajahnya tampak kesal.

“Ah, mesin mobil ini mati mendadak.”

Andre tersenyum kecil, lalu menaruh tas kerjanya di trotoar. Dengan cekatan, ia memeriksa mesin, melepas beberapa kabel, mengetuk pelan bagian tertentu. Tangannya masih terlatih, meski tubuhnya lelah.

Tak sampai lima belas menit, suara mesin kembali hidup.

“Wah, hebat sekali kamu!” seru pria itu kagum.

“Saya kerja di bengkel juga, Pak. Jadi tahu masalahnya di mana,” jawab Andre merendah.

Pria itu menepuk bahunya.

“Nama saya Surya, direktur perusahaan otomotif. Kalau kamu mau, datanglah besok ke kantor saya. Saya sedang cari orang terampil sepertimu.”

Andre sempat terdiam, tak percaya dengan tawaran itu. ia menunduk sopan.

“Terima kasih banyak, Pak. Saya akan datang.”

Keesokan harinya, Andre benar-benar datang ke kantor besar milik Pak Surya. Bangunan megah itu membuatnya sempat minder, tapi ia berusaha tenang. Pak Surya yang melihatnya di luar kantor langsung menyambutnya dengan hangat.

“Ayo dre masuk ke ruangan saya.Oh iya, Dre. Sebelum kita bicara lebih jauh, saya ingin kenalkan kamu pada anak saya.”

Pintu terbuka. Seorang gadis anggun masuk, rambut hitam panjang, dengan senyum lembut di wajahnya.

“Ini Dewi, putri saya. Dia juga ikut mengurus perusahaan ini.”

Dewi menatap Andre dengan tatapan ramah.

“Jadi ini orangnya, Yah? Yang bantu Ayah kemarin?”

Pak Surya mengangguk kecil.

“Iya, Nak. Kalau bukan dia, Ayah mungkin masih terjebak di pinggir jalan.”

Andre tersenyum dan menjabat tangan Dewi.

“Saya Andre.”

“Saya Dewi,” balasnya lembut.

“Andre, nanti kamu ditemani Dewi untuk berkeliling dan melihat tempat kerja barumu,” kata Pak Surya.

“Baik, Pak,” jawab Andre singkat, dengan senyuman di wajahnya

1
Nurqaireen Zayani
Menarik perhatian.
nangka123: trimakasih 🙏
total 1 replies
pine
Jangan berhenti menulis, thor! Suka banget sama style kamu!
nangka123: siap kak🙏
total 1 replies
Rena Ryuuguu
Ceritanya sangat menghibur, thor. Ayo terus berkarya!
nangka123: siap kakk,,🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!