NovelToon NovelToon
Tunangan Kesayangan Nadilla

Tunangan Kesayangan Nadilla

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:808
Nilai: 5
Nama Author: QUEENS RIA

Paksaan sang ibu sukses merubah 'Status Hidup' Nadilla menjadi bertunangan.

Awalnya Nadilla punya rencana untuk membatalkan pertunangan karena si pria sudah mempunyai kekasih.

Semua situasi itu berubah saat mengetahui sisi baik pria yang ingin membahagiakan kedua orang tua melalui prestasi yang akan pria itu lakukan sendiri di sekolah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 09.

Pada akhirnya... Nadilla masih terbayang saat ia lelah menunggu jemputan dari Disky, si laki-laki itu malah jemput Maurel.

Walau tadi Nadilla baru teringat kalau tidak lagi diantar jemput oleh Disky, justru si laki-laki malah ingin mengantarkannya lagi.

Pria itu rupanya tidak ingin melihat Nadilla marah jika sampai rumah. Niatnya cuma satu, kalau orang tua nya sampai tahu keadaan Nadilla, aset berharga nya pasti akan di tarik.

Disky berusaha untuk izin kepada Maurel, Kali aja gadis itu mengizinkannya. "Maurel, hari ini saya mau antar pulang Nadilla, ini yang terakhir saya janji" Kata Disky.

Maurel mengerut kening "Anter Nadilla pulang lagi?"

"Iya"

"Kemarin kamu antar dia pulang, sekarang kamu mau antar juga, janji aja terus"

"Iya maaf ya, Nadilla kan bagian dari keluarga saya juga" Kata Disky. Ia memanfaatkan status Nadilla sebagai sepupu yang sudah di jelaskan oleh Rahma kemarin.

"Gak taulah mau sampai kapan saya ngertiin kamu terus, sedangkan kamu gak pernah ngertiin saya"

"Maaf tapi ini urgent, ibu nya tadi bilang suruh bawa Nadilla ke tempat kerjanya" 

"IYA IYA IYA!!" Muak rasanya jika Maurel mendengar ribuan alasan dari Disky.

"Mau saya panggil Rahma gak?"

Maurel mengerut kening "Untuk apa?"

"Biar dia yang antar kamu ke rumah"

"Simpan aja, saya bisa naik maxim!" Kata Maurel dengan nada ketus. Disky langsung mengeluarkan dompet sekaligus memberikan uang dua puluh ribu untuk Maurell. 

"Ini saya yang bayarin ongkosnya" Kata Disky

'Astaghfirullah' Dalam hati Maurel yang masih bisa kendalikan kesabaran, mau marah tapi status Nadilla itu saudara Disky. jika ia tau hubungan Nadilla dengan disky yang sesungguhnya. Mungkin Maurel tidak akan menerima uang itu dari tangan disky.

"Sudah jangan cemberut" Kata Disky.

"Iya, tapi nanti malam janji kan mau ke kafe?"

"Iya, saya janji kok"

Membuat Maurel kembali tersenyum. "Yaudah kalau gitu saya mau pesan ojol dulu" Katanya seraya mengambil ponsel untuk memesan ojol secepatnya.

Tak lama dari itu, driver maxim datang ke gerbang sekolah. 

Namun anehnya adalah si driver menanyakan murid yang bernama Nadilla.

Disky mengerut kening seraya berkata dalam hati 'Nadilla?'

Begitupun Maurel, gadis itu langsung bertanya kepada Disky . "Kok sepupu kamu mau naik ojol ya?"

Yang dipanggil, orang nya muncul juga dari arah kantin. Saat itu Disky ingin menjawab perkataan Maurel, tetapi pria itu memilih menghampiri Nadilla disana 

"Tolong orderannya cancel" Pinta Disky.

"..." Dilla hanya menatap wajah Disky dengan singkat, sisanya mengalihkan pandangan lurus ke depan seraya berjalan menghampiri driver tersebut.

"Dilla!" Disky pun menahan tangan Dilla karena sudah muak dicuekin seharian ini.

"Lepasin" Jawab Dilla. Kini gadis itu sedang terdiam sambil menarik nafasnya panjang.

"Enggak!" Kata Disky tetap kekeh mempertahankan keinginannya.

"Saya bilang lepasin" 

"Kamu sekarang pulang bareng saya"

"Gausah, saya ngertiin apa mau kamu"

"Tapi, kamu gausah marah kan bisa?" 

"Ya itu tergantung mood, udah si lepasin" Kata Nadilla, kini berusaha melepaskan diri dari genggaman Disky. Sayangnya genggaman itu semakin Disky eratkan.

Dilla mulai mengambil aba-aba dengan berhitung "Satu"

"Dil, saya minta maaf kalau pagi tadi gak antar kamu ke sekolah"

"Dua"

"Dila, dengerin dulu"

"Tii.. "

Disky yang panik itu langsung menarik tangan Dilla hingga membuatnya membalik badan lalu menabrak tubuh nya dari depan. "Dengerin dulu apa yang saya bicarakan, saya minta maaf kalau tadi pagi enggak antar kamu ke sekolah" Kata Disky.

"Gausah sok dramatis, jijik!" Kata Nadilla.

"Apa-apaan kamu Disky!" Sewot Maurel dari belakang sana.

Disky melepas balutan tangan yang melingkar di kepala Nadilla, Ia berjalan menghampiri sang driver hanya untuk memberi ongkos nya Nadilla.

"Pak saya minta maaf, ini uangnya. Untuk penumpangnya biar saya yang anter"

"Loh mas?" Driver maxim itu bingung.

Tepat di sampingnya juga, Maurel ikut bingung dengan apa yang terjadi.

'Padahal kan hanya sepupu aja, kok sampai dipeluk segala ya?' Batin Maurel kemudian bertanya. "Sebenarnya Nadilla itu siapa kamu Disky?" Katanya dengan nada rendah namun tajam.

"Kan kamu sudah tau kalau dia sepupu saya?"

Kali ini Maurel sangat tidak percaya. "Kalau kalian sepupu, kelakukan kalian tidak over kaya gini"

"Terserah mau percaya apa enggak." Kata Disky, kemudian pria beralih pandangan ke driver maxim yang akan mengantar dilla pulang. "Jalanin aja orderannya pak, gak apa-apa"

"Saya mau kamu itu jujur Disky, padahal saya itu selalu ngertiin kamu, kok kamu tega banget sih"

"Jangan cengeng Maurel, beneran Nadilla itu sepupu saya" Disky tetap mengaku seperti itu.

"Enggak percaya saya, seengaknya jangan meluk-meluk lah kalau sepupu" Kata Maurel dengan wajahnya yang sendu.

Dibelakang sana, Nadilla masih tegak berdiri menatap ke arah gerbang sekolah, 'entahlah jadi nya akan seperti apa jika sudah begini'

"Kita di besarkan di tempat yang sama, wajar kan dari kecil kita saling sayang sebagai saudara?"

Membuat Nadilla menggeleng kepala dan berjalan menuju ke musholla dekat gerbang sekolah. 'Seriusan deh, saya itu berasa jadi pelakor jahat' Kata Nadilla dalam hati.

Sedangkan Maurel masih belum percaya begitu aja dengan Disky. 

Gadis itu masih tertahan di hadapan Disky, dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Sakit hati jika yang Maurel pikirkan itu akan terjadi.

"Kamu enggak bisa bohong lagi Disky, saya tau kalau kamu itu bukan sekedar bohong. Tapi apa yang saya lihat itu mencerminkan kalau Nadilla pacar baru kamu!" 

Sedangkan disana, Nadilla sudah duduk di teras mushola dengan tenang. Sembari melihat perdebatan dua sejoli yang tak kunjung mereda. 

Ingin ikut campur tapi takut tersakiti. Selain menyakiti diri, Dilla juga takut kalau Maurel ikut tersakiti.

'Kenapa gak dari kemarin dia mutusin Maurel, inilah akibatnya mengulur keputusan' Nadilla sedikit menghela nafas kemudian melanjutkan bicara dalam hati. 'Mengulur keputusan, apa tujuan nya?' tatapan Nadilla pun mulai serius, melihat bagamaina cara Disky meredam emosi Maurel.

Hingga suatu keadaan yang membuat Nadilla frustasi itu terjadi. "Dil maaf, sekarang saya pulang sama Maurel ya" Kata Disky.

Nadilla tersenyum, yang bisa ia lakukan hanya berdiri dan pergi menjauh dari mushola tanpa menjawab perkataan Disky. 

"Iya saya sudah tau kok, kalau mengharapkan sesuatu yang tidak pasti itu sakit" 

"Maaf Dilla" Bisik Disky seraya ingin memegang puncak kepalanya, namun ditepis langsung oleh Nadilla.

"Sayang, ayoo cepat!" Maurel berteriak. Gadis itu tidak mau sampai Disky direbut, sebisa mungkin untuk bertindak egois.

"Sebentar Rel" Tahan Disky.

"Ih ayolah, tadi barusan kamu bilangnya bakal prioritaskan saya, tapi mana?"

"Iya udah iya!" Disky balik badan menghampiri Maurel ke sepeda motornya. 

"Saya duluan ya Dill" Pamit Disky, sebelum akhirnya dia beneran pergi.

Sesekali Nadilla menoleh, melihat Disky pergi membawa Maurel. Ia pun mempercepat langkah kaki menuju ke halte depan sekolah untuk menunggu angkutan umum.

Kedua mata Nadilla kini agak berkaca-kaca. di beri harapan namun di hempaskan. Bukan karena melihat kepergian disky, tetapi ia sangat dongkol karena sudah pesan ojol untuk pulang di cancel begitu saja sama Disky.

"Dasar manusia enggak jelas, Engga bisa apa ya ngambil keputusan" Gerutu Nadilla sambil menarik nafas. Keputusan yang dilla maksud adalah keputusan yang sebelum nya Dilla inginkan ke Disky.

"Dilla" Panggil seseorang yang secara tiba-tiba menghampiri.

Dilla menoleh ke sumber suara "Iya Rahma"

"Kamu belum pulang?" Tanya Rahma dengan senyum, sebenarnya gadis itu dari tadi memperhatikan dari jauh perdebatan Disky dengan Maurel.

"Belum, ini lagi nunggu angkot" Jawan Nadilla.

"Rumah kamu dimana sih?"

"Eum" Dilla berpikir sejenak karena lupa nama jalan dan perumahan, saat itu juga salah satu teman Rahma yang berbeda kelas dengan nya pun ikut menghampiri.

Dia adalah Farel, teman kecil Rahma sekaligus seseorang yang Rahma sukai diam-diam.

"Rel, kenalin ini teman baru saya yang saya ceritain ke kamu, namanya Nadilla." Kata Rahma ke Farel.

Nadilla mengerut kening sembari menatap Rahma. 

Rasanya aneh jika Rahma mengenalkan teman cowok nya pada Nadilla.

"Oh iya saya Farel" Farel mengulurkan tangan di hadapan Nadilla. Nadilla terdiam, Rahma memberi kode senggolan pinggang untuk Nadilla membalas uluran tangan Farel.

"Iya, saya Nadilla" Jawab Nadilla seraya melihat detail wajah pria tersebut.

"Kenapa?" Tanya Farel yang sadar akan di perhatikan.

"Enggak apa-apa sih" Nadilla mengalihkan pandangan nya ke arah Rahma.

"Dia Farel Dill. Teman saya dari TK, SD, SMP, sampai SMA kita bareng terus, tapi kelas tiga ini kita pisah kelas" Kata Rahma.

"Oh gitu? Semoga kalian berjodoh ya" Kata Nadilla sembari tersenyum. 

Perkataan itu membuat wajah Rahma langsung memerah sekaligus memeluk Nadilla untuk menyembunyikan wajahnya agar tak terlihat di mata Farel. "Makasih ya doa nya Dilla sayang" 

"..." 

Disana, Farel yang sukanya dengan Maurel jelas terlihat biasa saja kalau di doakan seperti itu oleh Nadilla.

'Wait ma' Nadilla langsung melepas pelukan Rahma untuk berbisik sesuatu yang sedikit membuat nya penasaran "Apa kamu sama Farel tunangan?"

Setelah dibisik, Rahma langsung membelalak kedua mata ya. "E-enggak, saya gak seperti kamu dengan Disky Dil"

"Eum... Kalau kamu sedang nutupin rahasia soal pertunangan di sekolah, tolong ajarin saya gimana caranya buat di prioritaskan tunangan kamu ya" Dilla meminta saran, agak lain emang ini gadis.

"Ya ampun Nadilla, saya gak seperti kamu sama Disky yang..."

"Yang apa?" Nadilla mengerut kening.

"Gak jadi" Kata Rahma

"Terus juga saya enggak punya hubungan spesial dengan Disky, tolong buang jauh-jauh pikiran kamu tentang kita" Pinta Nadilla, saat kata itu dilontarkan, sukses membuat pandangan Rahma ke Nadilla berubah.

"Kamu mau pulang bareng saya enggak?" Tawar Rahma.

"Duluan saja, saya masih nunggu angkot"

"Tapi aneh ya tadi kamu pesan ojol, bisa jadi mau naik angkot"

"Gak jadi, hawa nya lagi panas"

"Oh, gimana kalau saya anter kamu pulang aja Dil" Ajak Rahma.

"Naik ojol pun panas, apa lagi bareng kamu? sama aja dong panasnya?"

"Tapi angkot disini jarang ada yang ngetem"

"Jangan dipikirin" Nadilla melihat wajah Farel yang bete karena dicuekin "Farel bete tu kamu cuekin, saya mau disini dulu. Gak apa-apa kok kalian duluan aja"

"..." Farel menatap Nadilla sinis.

"Tapi ini udah mulai sepi loh?" Kata Rahma.

"Nanti saya juga pesan maxim lagi Rahma"

"Kamu ini gimana sih plin plan?! Saya ajak pulang bareng gak mau, tadi mau naik angkot sekarang mau pesan ojol" Rahma pun sewot.

"Iya sorry Rahma, saya gak mau ganggu waktu kencan kalian itu saja" Kata Nadilla.

Rahma menggelengkan kepala singkat, yang kemudian memilih pamit meninggalkan Nadilla di halte depan sekolah.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!