Musim panas sudah di mulai, dua wanita muda, Chai Tea dan Cherry memutuskan untuk pergi berlibur ke pulau, menikmati pantai yang indah.
namun bukannya mendapat liburan yang menyenangkan, keduanya malah dihujani banyak masalah yang membuat mereka berdua terjebak di pulau itu dengan cinta penuh misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceyra Azaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
[Terlihat Baik Belum Tentu Baik]
"Hah? Maksud kamu apa?"
"Siapa orang yang membantu kamu barusan?" Tanya Cherry, menatap serius.
"Orang di sekitar sini." Jawab Chai Tea asal-asalan.
Meski sebagus apapun akting Chai Tea yang berusaha menutupi sesuatu, Cherry pun sadar akan hal itu. Tak ambil pusing karena asalkan temannya baik-baik saja maka tak ada yang perlu dikhawatirkan. Cherry tahu jika Chai Tea akan selalu merengek saat ada masalah.
Cherry melepaskan mantel tebal dari badan, lalu memakaikannya kepada Chai Tea dikarenakan dia hanya mengenakan baju berlengan pendek. Cherry memunggungi dan membungkukkan badan.
"Naiklah! Aku akan menggendong mu sampai kembali ke hotel." Ajak Cherry, Menoleh sekilas.
"Benarkah? Aku ingin naik!" Jawab Chai Tea, kegirangan, lalu melompat ke punggung Cherry, ia mendekap erat bahunya.
Terasa dejavu, mengingatkannya kembali pada saat mereka berusia masih kecil, Cherry akan selalu menggendong Chai Tea sebagai ungkapan rasa bersalah atau merasa tidak enak hati terhadap temannya.
-----
Di kamar.
Chai Tea berbaring di kasur yang empuk dan bersiap untuk tidur. Ia menarik selimut, perlahan memejamkan mata, tapi entah mengapa dirinya malah kembali teringat pada kejadian barusan.
Dalam pikiran terus terbayang-bayang wajah Sky, bahkan Chai Tea masih dapat merasakan ketika rambutnya disentuh oleh pria itu. Ia menatap kedua telapak tangan yang mendadak berkeringat setelah teringat kembali ketika tangannya menyentuh dada Sky.
Tak hanya itu, telinganya juga memanas karena sempat menempelkan daun telinga di atas dada Sky, pada saat mengecek detak jantungnya.
Bahkan kini Chai Tea mencoba mencium bajunya sendiri, terdapat samar-samar aroma parfum Sky yang wangi masih menempel. Seketika ia menjadi salah tingkah, lalu menutup diri dengan selimut.
Chai Tea dapat merasakan panas pada wajahnya dan tanpa ia tahu jika pipinya memerah karena tersipu malu. Tak mampu menahan lagi menahannya ia memekik keras di dalam selimut, tak bisa menggambarkan perasaannya.
Sedetik kemudian, Chai Tea langsung berubah setelah merasa bersalah karena memanfaatkan kesempatan pada seorang pria yang sedang tak sadarkan diri, walaupun sebenarnya ia tak sengaja karena saat itu dirinya benar-benar mengkhawatirkan Sky.
___________
Satu malam telah berlalu.
Di dalam kamarnya, Chai Tea yang masih tertidur pulas tampak terbangun-kan oleh silaunya mentari pagi yang masuk lewat jendela, kemudian ia menggeliat untuk merenggangkan sekujur tubuh. Wanita pemalas itu berniat merebahkan diri seharian penuh tanpa melakukan apa-apa.
Seketika dalam sekejap, Chai Tea langsung membuka mata dan membatalkan niat malasnya itu setelah mengingat jika hari ini sang kakak akan pergi mengurus pekerjaan ke Kota Melbourne yang ada di Australia.
Zee akan berangkat pada jam enam pagi supaya tak ketinggalan pesawat. Jadi Chai Tea bergegas bangun dari tempat tidur lalu segera masuk ke kamar mandi untuk mempersiapkan diri.
Ia ingin mengantarkan kakaknya pergi walaupun hanya di depan hotel saja karena hari ini adalah hari terakhir dirinya akan melihat Zee yang akan pergi lama, entah kapan mereka akan bertemu lagi.
Terkadang sewaktu mendapatkan hari libur Zee menyempatkan pulang ke rumah dalam dua sampai lima hari untuk menghabiskan waktu bersama Chai Tea, lalu ketika mendapatkan panggilan dari atasan Zee akan pergi lagi.
Chai Tea juga dilarang keras agar tak menghubungi kakaknya selama bekerja, dan selama apapun itu ia hanya bisa menunggu.
----
Di lobi hotel, tampak Zee berpenampilan rapi dengan jas hitam sedang check out di meja resepsionis, terlihat dia juga mengobrol santai bersama staf hotel yang masih muda.
Chai Tea baru saja keluar dari lift kemudian berjalan menghampiri kakaknya sambil membawa seekor hamster putih milik Macha, salah satu anak gadis yang ia ajak berlibur.
"Kak, mengapa masih belum berangkat, apa yang sedang kamu tunggu?" Tanya Chai Tea ketika melihat kakaknya sedikit gelisah.
"Aku sedang menunggu sopir pribadi. Sepertinya tidak lama lagi dia akan segera datang menjemput."
"Entah apa yang dia alami hingga terlambat, ponselnya juga tidak bisa dihubungi." Ucap Zee dengan cemas.
Ia berusaha tenang lalu memasukkan kembali ponsel ke dalam saku, kemudian mata Zee tak sengaja memperhatikan seekor binatang berbulu putih yang dibawa oleh adiknya. Hamster kecil yang imut terlihat sangat menggemaskan, Zee pun tak bisa menahan diri untuk mengelusnya.
"Sejak kapan kamu memelihara hamster ini?"
"Bukan milikku, aku hanya meminjamnya dari Macha."
Terlihat senyum seneng dari mimik wajah Chai Tea yang tampak bahagia hari ini. Manik matanya berbinar cerah, melebar dengan indah.
Tapi meskipun begitu, Zee malah merasakan adanya suatu keganjilan pada diri sang adik karena dia tiba-tiba berperilaku sopan, layaknya wanita dewasa, entah ke mana perginya sifat manja yang menyebalkan itu.
Padahal Chai Tea selalu bertingkah dan merengek ketika Zee akan segera pergi.
"Chai, apakah kamu sedang demam? Aku mendengar kabar dari Cherry yang mengatakan bahwa kemarin malam kamu terjatuh dari tangga."
Zee menempelkan telapak tangannya ke dahi dan leher Chai Tea untuk mengecek kondisi, tetapi tak ada keanehan apapun dikarenakan suhu tubuhnya terasa normal. Tindakan itu malahan membuat Chai Tea tertawa cekikikan karena disangka sedang sakit.
"Aku sehat, tidak ada sakit apapun. Memangnya kalau aku sakit kakak akan membatalkan penerbangan?"
"Tidak, Chai! Aku akan tetap pergi."
"Memang begitulah kamu." Sahut Chai Tea, tersenyum tipis.
Kendati begitu, Zee masih saja merasa aneh dengan tingkah adiknya yang sangat tenang. Rasa penasaran mulai mengganggu dalam benaknya tapi Zee merasa gengsi untuk bertanya. Lagipula bagus jika Chai Tea telah berubah.
----
Selintas mengingat kembali masa lalu sewaktu Chai Tea masih kecil. Setiap kali kakaknya akan pergi bekerja, Chai Tea selalu membuat rusuh seluruh isi rumah dengan tangisan histeris karena tidak ingin ditinggalkan.
Bahkan pengasuh pribadi bersama pembantu lainnya terus-terusan mencoba membujuk bocah itu agar melepaskan cengkeramannya dari baju Zee. Yang bisa dilakukan Zee hanyalah berbohong bila ia tak pergi agar Chai Tea kembali tenang.
Ketika lengah, Zee akan pergi secara diam-diam tanpa sepengetahuannya. Walaupun ia merasa tak tega meninggalkan adiknya itu, kalau pun bisa ia ingin membawa Chai Tea pergi bersamanya tapi atasannya melarang keras agar jangan membawa urusan pribadi saat bekerja.
-----
Zee yang sedang melamun tiba-tiba saja menyadari jika gerak-gerik adiknya tampak aneh, dia celingak-celinguk menatap sekitar yang saat ini sedang sepi pengunjung. Chai Tea mendekati meja resepsionis dan bertanya sesuatu pada staff hotel yang sedang bertugas sendirian.
"Permisi, aku melihat sebuah motor ATV besar yang terparkir di belakang hotel. Aku ingin tahu, apakah motor itu disewakan?" Tanya Chai Tea, memandang dengan mata lebar.
"Mohon maaf, motor ATV itu milik pribadi dan tidak disewakan. Jikalau anda ingin berkendara menikmati pemandangan di pantai, kami memiliki motor ATV mini yang disewakan untuk para wisatawan."
Secara ramah, resepsionis itu merekomendasikan motor ATV yang dikembangkan oleh keluarga Lenard, atasannya sendiri.
Seketika Chai Tea pun kehilangan senyumannya saat tahu bahwa motor yang dirinya inginkan ternyata tak disewakan. Sementara itu, Zee yang telah mengetahui niat adiknya hanya bisa mengerutkan kening.
"Pantas saja dia bertingkah baik, ternyata menginginkan sesuatu."
kadang pembaca bisa nggak jadi baca kalau paragraf nya sesak begini.
maaf yah kak, aku cuma ngasih sran