Sebuah rumah kosong di pinggiran kota menyimpan sebuah misteri akan adanya arwah gentayangan dan memberikan teror kepada para penghuni baru melalui kejadian-kejadian yang mengerikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Richy211, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Bu Guru yang mengajar di kelas Nana pun selalu siap siaga mengawasi semua murid agar tidak ada yang mencontek.
Lain halnya dengan Nana karena semalam ia sudah belajar, tentu bisa mengerjakan soal itu dengan mudah. Bahkan waktu masih banyak tersisa, Nana sudah lebih dahulu menyelesaikan soal ulangan itu.
Tiba-tiba guru mata pelajaran itu meminta kepada seluruh siswa di kelas untuk segera mengumpulkan soal ulangan yang sudah dikerjakan.
"Anak-anak bagaimana apakah sudah selesai atau belum mengerjakan soal ulangannya?" Tanya Guru itu.
"Belum Bu?" Jawab mereka kompak kecuali Nana yang sudah menyelesaikan soal ulangan paling awal.
"Saya beri waktu 10 menit lagi!" Kata Guru wanita itu kembali.
Murid yang ada di kelas itu pun langsung bersorak gara-gara Guru di kelas itu menyuruh mereka untuk segera mengumpulkan soal ulangan tepat waktu.
Jam dinding di ruangan kelas itu sudah menunjukkan pukul 08.30 WIB dan semua murid harus berhenti mengerjakan soal ulangan itu.
"Ya waktunya sudah habis dan kalian harus mengumpulkan soal ulangan di depan meja ibu," kata Guru itu.
Semua murid tak terkecuali Nana, ikut meletakkan soal ulangan beserta jawaban yang diberikan oleh guru itu ke depan kelas.
Setelahnya, mereka pun lalu duduk kembali untuk mengikuti mata pelajaran selanjutnya.
Waktu terasa begitu cepat, hingga jam istirahat pun tiba. Nana memilih untuk pergi ke kantin milik Ibu Susi yang menjual banyak aneka makanan dengan harga yang terjangkau. Ia pun keluar bersama dengan teman sebangkunya bernama Tita.
"Eh, kita jajan di kantin Bu Susi saja yuk!" Ajak Tita.
"Ayuk, aku juga lapar nih" sahut Nana.
Namun saat hendak menuju ke kantin milik Bu Susi, tetiba Nana melihat kembali bayangan putih yang ada di rumahnya. Dalam hati ia pun berpikir "Ah, kenapa bayangan putih itu bisa ada di sekolahku,"
Bayangan itu terlihat jelas ada di balik pohon besar yang areanya tidak jauh dari kantin sekolah. Padahal hari masih siang dan kenapa ada bayangan putih yang melintas begitu saja.
Rasa takut dalam diri Nana tentu saja menyeruak, namun apa daya ia sedang ada di sekolah bersama dengan sahabatnya.
Nana pun tetap melanjutkan untuk pergi menuju ke kantin bersama Tita dan seolah menghiraukan bayangan putih yang tidak lain adalah penampakan hantu pocong di rumahnya.
Usai membeli makanan dan minuman, Nana dan Tita lalu kembali ke kelas. Mereka berdua makan di kelas dengan perasaan gembira sambil sesekali saling mengobrol.
"Kamu bawa uang saku banyak ya Ta?" Tanya Nana penasaran.
"Ah, enggak kok cuma dikit saja," jawabnya.
Orangtua Tita sebenarnya adalah seorang PNS, namun ia tetap bersikap rendah hati kepada siapa saja termasuk Nana teman sebangkunya.
Kembali lagi ketika Nana sedang asyik menikmati makanan dan minuman yang ia beli, bayangan putih itu muncul berjalan cepat dari balik jendela sekolahnya yang tertutup itu.
Nana pun kembali merasa terkejut, saat ia melihat penampakan hantu itu secara jelas tidak lain adalah hantu pocong dengan bola mata hitam. Ia pun lantas menutup mukanya dengan telapak tangan dan membuat Tita bertanya.
"Kamu kenapa Na? Kok mukanya ditutupin begitu?" Tanyanya seraya memegang tangan sahabatnya itu.
"Hehehe, aku nggak apa-apa kok. Cuma tadi kaya lihat apaan di jendela itu," ucapnya seraya berbohong.
"Lihat apaan? Kok aku nggak lihat apa-apa?" Kata Tita seraya ikut merasa penasaran.
"Ah, mungkin aku salah lihat deh Ta," ucap Nana kembali.
"Bisa jadi sih Na. Mungkin kita habis kecapean karena mengerjakan soal ulangan Matematika tadi. Kepalaku juga pusing banget lho," kata Tita sambil memegangi kepalanya.
Saat tengah asyik mengobrol, tiba-tiba bel masuk dan tanda jam istirahat telah selesai pun berbunyi.
Tet....Tet....Tet....
Nana dan Tita lantas duduk manis kembali sambil menunggu jam pelajaran berikutnya alias guru masuk. Jam mata pelajaran ketiga kali ini adalah Bahasa Indonesia dan itu menjadi mata pelajaran yang menyenangkan bagi semua murid. Terlebih lagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia ini sangat menyenangkan dia adalah Pak Burhan yang orangnya santai dan jarang marah, lalu mempunyai sisi humoris tinggi.
"Selamat siang semua. Bagaimana kabarnya hari ini? Sehat semua kan?" Tanya beliau sambil tersenyum lebar.
Semua murid di kelas itu pun membalas dengan paduan suara penuh sukacita.
"Baik dan sehat Pak," jawab mereka kompak.
"Alhamdulillah syukurlah kalo begitu. Sudah siap belajar Bahasa Indonesia untuk siang hari ini?" Kata Pak Burhan dengan nada bersemangat.
"Siap dong Pak!" Teriak mereka.
"Wah, tumben anak bapak semangat sekali hari ini," senyum cerah pun terlontar dari wajah Pak Burhan..
Kedatangan Pak Burhan di kelas Nana perlahan membuyarkan rasa ketakutan akan hantu pocong yang rupanya berani mengikutinya hingga ke sekolah.
Ia pun tentu tidak akan pernah mengira jika arwah yang selama ini gentayangan di rumahnya berani ada di sekolah dan seolah ingin mengusik ketenangan jiwa Nana.
Namun syukurlah, keadaan kelas yang ramai, teman-teman yang banyak dan guru yang menyenangkan bisa menjadi pelipur rasa ketakutannya terhadap hal-hal mistis.
"Untung saja, di kelas selalu ada gelak tawa yang terjadi oleh ulah teman-teman dan juga guru yang mengajar, sehingga rasa takut dalam diriku bisa menghilang begitu saja," ucap Nana dalam hati yang paling dalam.
Pelajaran Bahasa Indonesia pun segera dimulai dan semua murid di kelas Nana menyimak dengan seksama saat Pak Burhan mengajar serta mulai menulis materi di papan tulis.
Begitupula dengan Nana dan Tita yang keduanya kembali fokus untuk mendengarkan pemaparan materi pelajaran di balik rasa takut yang dirasakan oleh Nana terhadap hantu pocong yang mana berani datang ke sekolah.
Waktu pun kian berlalu, tanpa terasa hari semakin siang dan sudah waktunya Nana pulang sekolah. Bel tanda pulang sekolah berbunyi hingga ke seluruh penjuru ruangan.
"Tet..Tet...Tet....!
Sorak sorai seluruh teriakan murid di sekolah itu menggema rasa bahagia tercipta dalam diri mereka karena tanda pulang sekolah sudah mulai.
Semua murid di sekolah itu pun berhamburan keluar dari kelas, begitu pula dengan Nana dan Tita.
"Yuk pulang bareng Na!" Ajak Tita sambil menggendong tas di punggungnya.
"Iya Tita, kita naik sepeda bareng saja. Kamu nggak dijemput sama orangtua mu?" Tanya Nana.
"Nggak nih. Kebetulan orangtuaku lagi ada perjalanan dinas ke Semarang, jadi aku disuruh pulang sendiri. Aku juga bawa sepeda kok," ucap Tita sambil tersenyum.
Kedua gadis remaja itu pun lantas menuju ke parkiran sekolah dan mengambil sepeda mini milik masing-masing. Untung saja warna sepeda mereka tidak sama jadi tidak tertukar tapi sama-sama persis.
Kini Nana dan Tita lantas menaiki sepeda dan berjalan beriringan menuju ke arah rumah mereka masing-masing. Kebetulan jalan menuju ke rumah Nana dan Tita ini masih searah hanya saja nanti mereka harus terpisah di pertigaan jalan karena sudah beda tempat.
"Na, aku duluan dulu ya," kata Tita sementara berhenti di pertigaan jalan itu sebagai lokasi perpisahan antara keduanya.
"Iya Tita, hati-hati ya? Besok kita jumpa lagi di sekolah," ucap Nana sambil melambaikan tangannya.