Hidup melarat dengan kebutuhan rumah tangga yang serba mahal serta kebutuhan anak juga sangat lah besar, mau bagai mana pun Hani mengatur uang maka tetap saja tidak akan cukup bila satu Minggu hanya tiga ratus ribuan saja.
Namun tak lama hidup nya berubah menjadi lebih baik, rumah pondok juga berganti dengan rumah megah yang luar biasa bagus nya.
apa yang sudah Hani lakukan?
Mungkin Hani melakukan pesugihan agar dia bisa kaya raya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Indri mulai merasakan
Indri memasuki kamar, kamar yang sebelum nya menjadi tempat tidur dia dan juga Tono sang suami. selama satu bulan saja sudah banyak kenangan bersama Tono di kamar ini, namun entah kenapa hati Indri tidak sepenuh nya merasa kehilangan akan kematian Tono, mungkin karena sejak awal memang dia tidak mencintai pemuda itu.
Terkesan jahat apa yang telah Indri lakukan sekarang karena dia dengan begitu mudah lupa pada Tono, apa lagi setelah melihat tumpukan uang yang d miliki oleh Hani maka Indri semakin menjadi saja ingin lupa pada pria yang ia nikahi hanya untuk menjadi tumbal, ada rasa bersalah walau pun itu tidak banyak di dalam hati.
Sebab mungkin saja Tono memang mencintai dia secara tulus, karena dulu pertama kali melamar sudah ditolak namun ketika Indri mendatanginya lagi untuk meminta dinikahi maka Tono malah menikahi nya tanpa berpikir dua kali. ini lah kadang balasan yang di terima oleh orang tulus akan cinta nya, andai saja Tono tidak buta akan cinta maka sudah pasti dia tidak akan jadi tumbal.
Menikahi wanita yang dia cintai tapi justru itu ada maksud yang lain, walau di awal Indri pun tidak tahu bahwa Tono akan di jadikan tumbal oleh Ibu nya, tapi sekarang justru dia harus jatuh lagi tenggelam dalam duka yang membingungkan antara memilih suami atau tetap mendukung pesugihan sang Ibu.
Wuussssh.
Wuuusssh.
"Dingin sekali suasana kamar ini." batin Indri ketika angin menerobos masuk ke dalam kamar.
"Tidak mungkin pula Mas Tono secepat itu menjadi hantu." Indri curiga bahwa Tono malah akan menghantui diri nya nanti.
Sebab angin yang masuk ke dalam kamar serasa tidak biasa, kain gorden melambai lambai dan tidak ada satu orang pun di bagian sini. mereka sedang sibuk di belakang untuk memasak acara tahlilan nanti malam, bayangan seseorang menerobos masuk namun Indri sama sekali tidak melihat sosok itu lagi ketika melihat dengan jelas.
"Siapa sih, perasaan seperti ada orang masuk barusan?" Indri bingung karena sekarang dia tidak tahu harus bagaimana.
"Indriiii...sakit sekali rasa nya."
"Siapa itu, tampak kan wujud mu!" Indri tersentak karena barusan mendengar ada suara orang memanggil nama nya.
"Huhuhuuu.....
"Siapa itu?!" Indri mengintip keluar dari kamar karena mengira siapa tahu ada orang yang sedang mengerjai dia.
Tapi tapi memang sama sekali tidak ada siapa pun di bagian sini, daripada terus di hantui oleh rasa takut yang semakin besar. maka Indri pun memutuskan untuk menuju dapur saja mendengarkan apa yang akan Nur katakan setelah dia membeli emas yang sangat besar di tangan.
"Kenapa kau pucat begitu?" Bu Rabu menatap menantunya.
"Hanya lelah saja aku, Bu." dusta Indri karena tidak mungkin bercerita apa yang sudah ia rasakan barusan.
"Istirahat aja dulu dari pada nanti malah pingsan, Ibu tahu kalau semua ini memang berat untuk mu." Bu Rabu mengira bahwa Indri begitu sedih akan kematian Tono.
"Enggak enak sama yang lain, Bu! biarlah aku ke dapur saja membantu yang lain walau pun tidak banyak yang bisa ku bantu."Indri berusaha tersenyum manis.
"Ya udah kalau begitu, tapi tidak usah kerja yang berat karena keadaan kamu belum sepenuh nya baik-baik saja." Bu Rabu memang tipe mertua yang lumayan baik dari pada Mak Tini.
"Iya, nanti aku goreng kerupuk saja atau kerjaan yang bisa sambil duduk." ganggu Indri.
Bu Rabu pun ikut mengganggu lalu mengambil beberapa alat untuk memasak juga, sungguh wanita ini tidak tahu bahwa kematian anak semata wayang nya itu adalah campur tangannya Hani. andai saja dia tahu maka sudah pasti tidak akan sebaik ini pada Indri, Ibu mana yang rela apa bila anak nya di jadikan tumbal.
Kalau melihat betapa baik nya Bu Rabu ini pada dia maka ada juga rasa bersalah di hati Indri, tapi jelaslah rasa bersalah itu tidak sebesar rasa bahagia nya mendapatkan uang yang begitu banyak, masih kalah karena setiap manusia pasti menyukai uang dan akan diam saja apa bila di sumpal dengan uang begitu banyak.
...****************...
"Huaaaaaa.... ada setan yang membelit aku tadi malam!" Leni menjerit keras setelah terbangun di pagi hari.
"Ngomong apa sih kamu ini, masih pagi sudah membuat kehebohan saja." bentak Arul.
"Demi Allah aku tidak berbohong bahwa tadi malam ada yang membelit aku sampai pingsan, Mas!" pekik Leni berusaha meyakinkan sang suami.
"Ah sudah lah aku malas mendengar bualan mu itu lagi." Arul mengabaikan saja karena dia pun lelah memikirkan tingkah Leni.
Tinggal ini yang melongo sendirian karena suami nya malah tidak percaya kalau dia habis di belit oleh ular atau benda apapun itu tadi malam, memang siapa yang akan percaya apa bila belum pernah mengalami hal gaib itu sendiri, kebanyakan mereka akan berusaha bersikap abai dan seolah bisa menangkal hal gaib tersebut.
Arul pun demikian karena dia dari kota sehingga jelas tidak akan percaya dengan harga gaib di kampung ini, terserah dan bodo amat orang mau bilang apa kalau kampung tersebut adalah kampung kematian. dia tetap tidak peduli dan mengatakan itu hanya mitos belaka, tidak ada bukti atau pun saksi.
"Mau sampai kapan kamu cuma melongo di situ saja?!" Arul bertanya dengan nada yang sangat kasar.
"Mas, demi Tuhan aku begitu lemah karena masih terbayang soal iblis itu tadi malam." Leni tetap berusaha untuk menjelaskan.
"Sekali lagi kau berbicara soal setan ataupun hantu maka akan ku robek mulut mu!" ancam Arul tidak main-main dengan ucapan nya.
Leni pun tidak bisa lagi mau berkata apa-apa karena dia sudah tidak punya nyali untuk cerita pada, kalau sudah begini maka nanti nya akan cerita pada Ambar atau juga Nur. walau nanti paling mereka akan tertawa namun setidak nya mereka tidak memarahi dia seperti Arul, memang suami Leni adalah tipe yang agak keras.
"Bagai bisa ada sesuatu yang mau membunuhku tadi malam?" batin Leni penuh tanda tanya.
"Maka nya mulut itu jangan dipakai untuk mengghibah orang saja, dipakai untuk hal yang penting dan juga baik." Arul masih merutuk ketika masuk kamar mandi.
Tidak di jawab lagi oleh Leni Karena dia sudah malas mau debat soal hal iblis, mau di jawab bagaimanapun juga Arul pasti nya tidak akan percaya dengan apa yang ia katakan, jadi dia lebih baik diam saja menerima kenyataan ini walau hati dia sendiri masih bertanya-tanya apakah iblis itu tadi malam nyata atau hanya mimpi nya saja.
SELAMAT SORE BESTI JANGAN LUPA LIKE DAN KOMENNYA.