Nadia Zahira Wijaya (16th) baru saja menyelesaikan MPLS di sekolah barunya di jenjang SMA. Selama MPLS, Nadia mendapat perlakuan istimewa dari kakak kelasnya bernama Reno dan membuat kakak kelasnya cemburu. Di masa itu juga Nadia mendapat banyak teman baru, hingga memiliki teman akrab tiga orang bernama Widya, Dewi dan Riska. Mereka juga berada di kelas yang sama. Awal masuk semua baik-baik saja, dan masalah muncul ketika Riska naksir teman sekelasnya bernama Farhan, sedangkan Farhan naksir Nadia. Masalah itu pula menyebabkan perpecahan di antara mereka berempat. Sementara Nadia memiliki perasaan spesial pada Faizar, seorang mahasiswa yang sedang PPL di sekolahnya. Bagaimana Nadia mengatasi masalahnya di sekolah? Apakah dia memilih salah satu diantara mereka untuk meredam suasana atau tetap menjomblo hingga lulus sekolah? Apakah Faizar memiliki perasaan yang sama dengan Nadia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CumaHalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gara-gara di cuekin
Faizar keluar dari mobil menghampiri ayah Nadia. "Maaf Om, saya hanya ingin mengantar Nadia. Tadi dia di taman sendirian."
"Ya, terimakasih," jawab pak Harun menatap Faizar sekilas dan memalingkan wajahnya.
Nadia menghadap Faizar dan berkata, "Terimakasih ya kak sudah anterin aku," ucap Nadia sambil tersenyum.
"Sama-sama Nadia, aku pergi dulu. Permisi Om, assalamualaikum," ucap Faizar sambil membungkuk sedikit dan tersenyum menatap pak Harun dan Nadia.
Selepas Faizar masuk ke mobilnya lagi dan pergi. Nadia masuk ke mobil ayahnya, "Ayah kenapa jawabnya ketus gitu ke kak Faizar? Dia udah baik nganterin aku pulang loh," ucap Nadia.
"Ayah tidak suka kamu dekat dengan cowok tanpa ijin dulu ke ayah atau bunda. Lain kali jangan mau di antar kaya gitu, seharusnya kamu bilang dulu ke ayah. Lagipula kenapa kamu ga telfon pak Agung yang sudah jelas asal-usulnya."
"Kak Faizar itu mahasiswa yang ngajar Nadia di sekolah ayah."
"Tidak Nadia, kamu masih terlalu kecil untuk pacaran. Jangan terlalu dekat sama cowok. Paham kan maksud ayah?" Pak Harun melirik Nadia yang duduk tertunduk dan mengangguk di sampingnya.
Sampai di rumah, Nadia bergegas keluar dari mobil dan melihat Bela masih saja duduk di ruang tamu. Tanpa menghiraukan Bela, Nadia mencari bundanya ke belakang. "Bunda," sapa Nadia saat melihat bundanya merapikan meja makan yang sudah tersaji banyak makanan di atasnya.
"Nadia, kamu pulangnya naik taksi online ya?"
"Di anter sama cowok, Bun," sahut pak Harun dari belakang Nadia.
"Cowok? Bukannya tadi kamu pamitnya pergi sama Rosa?"
"Kak Rosa berantem sama kak Dani di taman. Trus mereka berdua ninggalin aku disana, kebetulan ada kak Faizar dan aku di anterin. Tapi sama ayah di galakin kak Faizarnya," sungut Nadia.
"Bukan gitu Bun, kita kan punya supir dan Nadia bisa saja memanggilnya untuk menjemput. Buat apa mau dianterin sama cowok asing."
"Lain kali jangan gitu ya sayang, ya sudah sekarang Nadia mandi dan ganti baju."
"Iya, Bunda."
Nadia berlalu dan menuju kamarnya. Di dalam kamar Nadia melampiaskan kekesalan hatinya ke bantal-bantal di atas kasurnya. Di lempar, di tendang dan di injak, setelah puas melampiaskan kemarahannya. Nadia ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah itu Nadia tetap berada di kamar dan tidak mau keluar karena masih jengkel dengan kekolotan kedua orangtuanya.
TOK TOK TOK
"Nadia," panggil Bu Dena dari luar pintu.
Nadia hanya melirik sekilas ke arah pintu dan kembali menatap layar ponselnya. Tidak menyahut sama sekali saat Bu Dena terus berusaha memanggil dirinya.
"Nadia, buka pintunya sayang," panggil Bu Dena lagi.
Nadia masih tidak bergeming, ia semakin kesal dan memanyunkan bibirnya. Jemarinya menggeser-geser layar ponselnya dengan kasar. Terdengar beberapa kali memanggil dan tidak di gubris oleh Nadia, Bu Dena turun dan menemui Alvin yang sedang menonton tv di ruang tengah.
"Alvin, tolong kamu bujuk adikmu buat makan malam. Tadi dia pulang sama ayah, dan ayah menasehatinya untuk tidak nebeng lagi sama cowok asing, eh ... Dia malah marah dan sampai sekarang ngunci pintu," ulas Bu Dena.
"Emangnya cowoknya itu nurunin Nadia dimana bunda?"
"Tadi sih ayah bilang ketemu di depan pintu masuk perumahan."
"Iya, coba Alvin bicara sama Nadia," ujar Alvin sambil beranjak dari tempat duduknya. Ia segera ke atas menuju kamar adiknya.
TOK TOK TOK
"Nadia, ini kak Alvin. Bukain dong!"
"Ga mau!" teriak Nadia.
"Bentar aja, dek."
Nadia beranjak dari kasurnya dan melangkahkan kakinya menuju pintu. Saat memegang gagang pintu, Nadia berhenti sejenak. "Kakak sama siapa?" teriak Nadia.
"Sendirian dek, ayo bukain pintunya," bujuk Alvin.
Ceklek
"Ada apa? Mau ceramah? Aku ga mau denger ceramah lagi," sindir Nadia.
"Bukan, kakak boleh masuk? Ada yang ingin kakak obrolin sama Nadia." Alvin masih membujuk dan akhirnya Nadia mulai luluh setelah menatap kakaknya.
Nadia mundur dan memberikan jalan untuk kakak keduanya. Setelah Alvin masuk ke kamar, Nadia menutup pintunya. Keduanya duduk di sofa dan berhadapan. Alvin meletakkan ponselnya dan Nadia masih tetap memegang ponselnya dan memainkannya tanpa menatap kakaknya.
"Nadia jangan marah gitu dong, kakak tau Nadia lagi kesel kan sama ayah dan bunda. Mereka hanya ingin melindungimu dari kemungkinan bertemu orang jahat. Mungkin cowok yang anterin Nadia tadi baik, tapi kalau Nadia kebiasaan nebeng dengan sembarang cowok, dan kebetulan cowok lain itu jahat gimana?" jelas Alvin dengan suara pelan supaya Nadia tidak tersulut emosinya.
"Iya, tapi seharusnya kak Faizar ga diketusin gitu sama ayah. Dia kan udah baik mau anterin aku pulang," jawab Nadia tanpa menatap kakaknya dan masih fokus dengan layar ponselnya.
"Nadia suka sama kak Faizar?" Alvin memicingkan matanya dan menebak dari raut wajah Nadia yang terlihat sangat marah saat di nasehati.
"Kog kakak ngomongnya gitu?" ujar Nadia terkejut dan mengangkat wajahnya.
"Yah, habisnya cuma dicuekin aja kamu semarah ini. Kalau ga ada perasaan apapun, jangan marah-marah terus. Sampai jam segini ga turun buat makan malam." Alvin menatap dalam tanpa melakukan apapun.
"Emang Nadia ga laper," sambung Alvin sambil mengusap bahu adiknya.
"Nadia mau jajan?" tanya Alvin mendekatkan wajahnya ke wajah Nadia yang semakin menunduk.
"Nggak," jawab Nadia ketus.
"Mau belanja ke Mall?"
"Emang kakak punya duit? Kan kakak belum kerja dan masih kuliah," ucap Nadia yang kini menatap Alvin.
"Ya, duitnya dari uang saku kakak, Nad." Alvin tersenyum lebar.
"Jangan kak, itu kan uang sakumu," jawab Nadia mulai melunak.
"Gapapa Nadia, masa kak Dani aja yang bisa jajanin kamu. Aku sebagai kakakmu juga pengen jajanin kamu Nadia," ucap Alvin terus berusaha membujuk Nadia.
"Kan kak Dani udah kerja, kakak masih minta uang saku ke ayah. Sama seperti Nadia. Oh iya, kak Bela sama kak Dani udah pulang kak?" tanya Nadia mulai luluh di ajak bicara oleh Alvin.
"Kalau Bela udah pergi sih, tadi disuruh pulang sama ayah. Kalau kak Dani kayanya baru saja sampe rumah."
Nadia ber-Oh panjang dan menatap ponselnya yang menerima beberapa pesan dari temannya. Setelah itu ia meletakkan ponselnya di atas meja dan beranjak dari tempat duduknya.
"Kamu mau makan malam Nadia?" tanya Alvin saat melihat adiknya melangkah akan keluar dari kamar.
"Nggak kak, aku mau tanya kak Dani. Tadi dia bilang sama Sintia, tapi waktu kepergok di taman kog sama Tasya."
"Jangan Nadia, biarkan itu urusan kak Dani. Sebaiknya sekarang kamu makan malam atau kita keluar beli jajan apa aja yang kamu mau," bujuk Alvin sambil memegangi tangan Nadia.
cieeee disapa duluan lagi/Joyful/
haiiiii.....✋
nanti tak tungguin dipinggir gang trus aku tumbuk KLO Lwat