Di atas kertas, mereka sekelas.
Di dunia nyata, mereka tak pernah benar-benar berada di tempat yang sama.
Di sekolah, nama Elvareon dikenal hampir semua orang. Ketua OSIS yang pintar, rapi, dan selalu terlihat tenang. Tak banyak yang tahu, hidupnya berjalan di antara angka-angka nilai dan tekanan realitas yang jarang ia tunjukkan.
Achazia, murid pindahan dengan reputasi tenang dan jarak yang otomatis tercipta di sekelilingnya. Semua serba cukup, semua terlihat rapi. Tetapi tidak semua hal bisa dibeli, termasuk perasaan bahwa ia benar-benar diterima.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reenie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bah 9. Chat Setiap Malam
Malam hari menjadi waktu yang paling dinanti oleh keempat sahabat itu. Meski berada di kota yang berbeda, mereka selalu menyempatkan untuk berkabar lewat satu grup yang mereka anggap sakral: Group: Masa SMA Paling Chaos 🌀.
Grup itu bukan sekadar tempat bercanda, tapi tempat mereka melepas rindu, membahas tugas, atau sekadar saling mengeluh tentang hari yang melelahkan.
Achazia membuka WA nya, lalu menulis:
Achazia: Hari ini aku baru belajar shading alis, dan dosennya bilang hasilku terlalu ‘soft’. Ya ampun aku kira itu pujian 😭
Kaivan: Wahaha! Mungkin dosennya biasa lihat kamu lembut, bukan alismu yang soft.
Brianna: Tapi soft itu bisa jadi pujian kok! Kalau gak tebal kayak sinetron itu ya kan.
Elvareon: Kalau aku ingin melihat Achazia saja memakai make up buatannya. 😄
Achazia berhenti sejenak membaca kalimat Elvareon. Hatinya terasa hangat. Ia menuliskan balasan sambil tersenyum kecil.
Achazia: Kalau aku pakai, nanti kamu terkejut. Kan aku gak pernah make up hahaha. ✨
Kaivan: Waduh, drama mulai nih 😏
Brianna: Tuh kan! Pengen nonton versi live-nya nih. Kalian cocok banget, jujurly.
Elvareon: Fokus kuliah dulu dong. Aku baru aja pulang dari ruang lab anatomi. Hari ini diajarin langsung sama dosen kepala.
Achazia: Capek gak, Elvareon?
Elvareon: Capek sih… Tapi aku suka. Rasanya seperti langkah pertama buat jadi dokter beneran.
Achazia menatap layar sambil membayangkan Elvareon di kampus barunya. St. Aurelius University terdengar begitu megah dan menantang. Ia membayangkan Elvareon mengenakan jas lab putih, mencatat serius, mengangkat tangannya saat menjawab pertanyaan dosen. Ia tahu, Elvareon tidak hanya pintar, tapi juga sangat bekerja keras.
Kaivan: Hari ini aku dan Brianna belajar bikin obat herbal. Disuruh mengolah dari tanaman asli, serius seru banget! 😁
Brianna: Tapi tanaman yang Kaivan pilih tuh bikin aku bersin-bersin, ya ampun. Masa dia bawa jahe merah satu tas?
Kaivan: Aku riset dong. Katanya bisa jadi bahan dasar untuk salep penghangat.
Elvareon: Mantap kalian berdua. Nanti kalau aku buka klinik, siap-siap ya bantu racik obat.
Brianna: Langsung direkrut dong? Wih promosi instan!
Achazia: Aku bisa jadi MUA khusus Brianna loh. Merias sebelum bekerja. Hehe.
Kaivan: Klinik atau salon nih? 😂
Mereka semua tertawa lewat emoji, tapi hati mereka merasa dekat. Meskipun terpisah kota, walau kesibukan mulai menyita waktu, keempatnya tetap menjaga ikatan mereka.
Achazia kembali mengetik.
Achazia: Kalian pernah gak sih, merasa sedih tapi tidak tahu kenapa? Hari-hariku menyenangkan, tapi malam datang dan… tiba-tiba ada ruang kosong di hati.
Elvareon: Aku juga ngerasa gitu. Mungkin karena kita sedang benar-benar tumbuh.
Kaivan: Tumbuh… dan pelan-pelan menjauh dari masa SMA ya.
Brianna: Tapi kalau kita tetap ngobrol kayak gini, kita gak akan pernah benar-benar jauh.
Sunyi sejenak. Tak ada pesan masuk. Hanya titik-titik mengetik yang bergantian muncul. Lalu Elvareon mengirim foto selfie. Ia mengenakan jas lab, rambut sedikit berantakan, tapi ekspresinya bangga.
Elvareon: Ini wajah mahasiswa kedokteran baru pulang lab. Tolong jangan bilang kayak zombie ya.
Achazia: Gantengnya gak sopan, Elvareon.
Kaivan: Fix kamu bakal jadi dokter favorit pasien.
Brianna: Kalo buka klinik, daftar duluan ya, dr.Elvareon.
Elvareon: Amin dulu dong. Jalan masih panjang.
Achazia mengetuk-ngetuk layar ponselnya. Ia ingin bilang bahwa dia bangga pada Elvareon. Tapi ia juga tahu, perasaan seperti itu lebih baik ia simpan dul untuk saat yang tepat.
Achazia: Udah malam ya. Yuk tidur, besok kita berjuang lagi.
Brianna: Goodnight! 😴💤
Kaivan: Sampai jumpa di mimpi (jangan serem-serem ya).
Elvareon: Selamat malam semuanya. Makasih udah jadi rumah, meski kita gak serumah.
Elvareon lalu mematikan ponselnya. Dia naik ke kasurnya lalu mengistirahatkan badannya.
"Hari yang panjang," ucapnya lalu menutup matanya dan tidur.