Anjani, seorang aktris multitalenta yang terpaksa menerima pinangan kakak angkatnya atas perjodohan yang diatur orang tua. Sekian tahun menikah, tak ada sentuhan apapun yang terjadi. Pria bernama Mahaka Wiratama itu sibuk dengan wanita yang ia cintai.
Di tahun ke 5 pernikahan, Anjani nekat kabur dan hidup sendiri. Semua itu berkat bantuan Devan, sahabat Mahaka, tetapi masalah baru justru hadir dalam hidupnya.
Hampir setiap malam ia merasakan kehangatan seorang pria dalam tidurnya. Ia bahkan harus kehilangan mahkotanya, tapi Anjani tak pernah tahu siapa yang melakukannya.
Semuanya semakin rumit saat dirinya dinyatakan hamil dan vidio asusilanya dengan seorang pria misterius tersebar di jagad maya. Hidup Anjani hancur dalam sekejap, lalu apa yang akan ia lakukan demi bisa memperoleh harga dirinya kembali.
Follow Instagram El khiyori
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El khiyori, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Anjani menatap dalam-dalam wajah Mahaka. Pria itu sungguh semakin menyiksanya. Setiap makananan yang masuk melewati tenggorokannya, tak bisa ia rasakan dengan benar. Tatapan Mahaka yang lembut justru berhasil membuatnya semakin tertekan. Rasa penyesalan kini singgah di hatinya.
Harusnya dulu ia tak perlu membantu perusahaan milik pria itu, karena sekarang kekayaan yang Mahaka miliki justru berbalik menyerangnya. Hidup Anjani berhasil dikendalikan dengan hebat karena Mahaka memiliki segalanya dan berkuasa.
Satu kecupan lembut kembali menempel di kening Anjani. Ia akui, sekarang Mahaka lebih agresif dan lebih sering menyentuhnya. Ada perubahan yang terjadi pada sosok Mahaka, namun sikapnya sungguh berhasil memporak-porandakan mentalnya.
Setiap detik yang Anjani lewati hari ini seolah tak bisa lepas dari sosok pria yang berstatus sebagai suaminya itu. Hingga di suapan terakhir Anjani berkata lirih.
"Mahaka, bisakah kau berhenti? Lepaskan aku jika memang kau mencintai wanita itu."
Mendengar itu sikap Mahaka tetap santai. Ia sudah sering mendengar kalimat barusan dari bibir istrinya, tapi kali ini ia ingin menegaskan bahwa hal seperti itu tak akan pernah terjadi.
"Kembalilah ke rumah dan semuanya akan kembali seperti dulu. Apa sesuatu terjadi padamu hingga membuatmu tampak gelisah seperti ini hmm?"
Mahaka kembali bertanya, namun tangannya membelai lembut pipi Anjani. Seolah-olah mereka saling berbicara mesra.
"Tidak, aku gelisah karena kau tak mau melepaskanku tapi kau tetap bersama dengan wanita itu."
Kali ini Mahaka tersenyum sinis sebelum akhirnya kembali mengatakan sesuatu.
"Bukankah itu salahmu? ingat Anjani, kaulah yang hadir di antara kita. Sekarang, turuti permintaanku atau hidupmu semakin hancur jika tetap melawan. Awas saja jika mama sampai tahu kau pergi dari rumah bersama Devan."
Setelah berkata demikian dengan beraninya Mahaka mencium sekilas bibir Anjani lalu berpamitan dengan mesra. Devan yang melihat itu sungguh marah, tapi di sana banyak orang, membuatnya tak mungkin untuk menghajar sahabatnya itu.
Malam ini Anjani kembali ke apartemennya. Ia tetap memilih untuk tinggal sendiri di sana walau banyak keanehan yang terjadi termasuk apa yang terjadi pada Ariel.
Harusnya Anjani bisa pindah jika tak nyaman. Kehilangan satu apartemen bukan masalah besar baginya. Tapi nyatanya ia memilih tetap tinggal. Entah apa alasannya. Meski sedikit takut, sesuatu seperti menahannya untuk tetap berada di sana.
Sentuhan yang hampir ia rasakan setiap malam, justru membuat sesuatu dalam dirinya bangkit. Lebih dari sekedar penasaran. Ada candu yang sengaja Anjani tepis. Tapi faktanya ia tak ingin lari apalagi lapor polisi.
Sebenarnya ia sempat memikirkan hal itu, tapi jika benar-benar melapor pada polisi, Anjani juga bingung mau mengatakannya seperti apa. Kini ia justru menaruh rasa curiga pada sang asisten yang tiba-tiba menghilang.
Bisa saja Ariel memang berubah menjadi lelaki tulen lalu menyentuhnya setiap malam. Sayangnya Anjani tak memiliki bukti kuat atas tuduhan yang ada dalam pikirannya.
Malam itu usai pulang dari lokasi syuting, ia tak langsung ke kamar mandi. Otaknya berpikir keras dengan tubuh bersandar ke sofa. Ia sungguh ingin tahu apa yang terjadi pada dirinya setiap malam.
Tubuhnya bisa merasakan kenikmatan bertubi-tubi oleh sentuhan itu. Tubuh kekar, aroma maskulin yang khas dan tak pernah ia cium dimanapun ternyata berhasil membangkitkan sisi liarnya sebagai seorang wanita.
"Oh God, apa yang harus kulakukan. Bagaimana caranya aku bisa mengetahui siapa orang itu."
Ditengah-tengah kemelut di hatinya tiba-tiba Anjani teringat pada sesuatu. Tubuhnya selalu terasa aneh setelah ia mengonsumsi makanan yang ada di rumah.
Malam ini juga, Anjani sengaja tak mengonsumsi apapun termasuk air putih. Anjani mulai curiga jika orang tersebut sengaja membuatnya berhalusinasi dengan memberikan sesuatu pada makanannya. Karena setiap kali selesai makan atau minum, kesadarannya perlahan menghilang. Dirinya tak bisa membedakan apakah yang terjadi padanya benar kenyataan atau hanya halusinasinya sendiri.
Hanya saja benda sensitifnya selalu benar-benar basah. Tapi bagaimana jika faktanya ia sendiri yang melakukan itu karena ketagihan oleh sentuhan pria yang telah mengambil kesuciannya.
Diantara kebingungan yang ia rasakan tiba-tiba terlintas ide di benak Anjani. Ia pun mengambil ponsel lalu menyalakan kamera dan menyembunyikannya di suatu tempat yang mengarah ke ranjang.
Tak hanya satu, tapi dua ponsel yang ia gunakan. Usai membersihkan diri ia pun langsung naik ke atas ranjang. Ia sengaja mengenakan lingerie yang super seksi.
Malam semakin larut. Anjani masih terjaga. Masih tak ada apapun yang terjadi, namun saat ia mulai mengantuk sesuatu yang ia tunggu-tunggu akhirnya terjadi.
Lampu kamarnya tiba-tiba padam. Disaat itulah Anjani bergerak cepat mengambil ponselnya yang lain, bermaksud untuk menyalakan Flashlight. Sayangnya saat baru saja benda pipih itu berhasil ia dapatkan, seseorang sudah menariknya kembali.
Kali ini Anjani dalam keadaan sadar, karena itu ia berusaha melawan.
"Kau siapaa!!" teriak Anjani saat merasakan tubuh kekar seseorang mengukungnya dengan kuat, namun bukan jawaban yang ia dapatkan melainkan ciuman basah di telinganya.
Kedua tangan Anjani tak bisa melakukan apa-apa. Jangankan melawan, bergerak saja ia tidak bisa. Ia terus memberontak saat gaun miliknya disingkap ke atas dan sesuatu dioleskan di area sensitifnya.
Tak perlu menunggu lama, lagi-lagi Anjani berhasil dibuat menjadi wanita murahan hingga bibirnya terus memohon agar dirinya dipuaskan.
Ditengah kegelapan yang melingkupi, senyum miring terulas di bibir pria yang tengah menatap liar ke arah Anjani. Ia tahu ada ponsel yang wanita itu sembunyikan, karena dirinya sudah lebih dulu memasang kamera di sana.
Diambilnya benda itu sebelum akhirnya ia menutup kedua mata Anjani dengan kain hitam pekat. Disaat Anjani hendak melepasnya, sentuhan demi sentuhan langsung ia berikan, membuat fokus Anjani hilang dalam sekejap.
Ia hanya bisa pasrah dan mengubur dalam-dalam rasa penasarannya. Meski saat ini lampu menyala terang, tak ada yang bisa ia lakukan. Hanya saja semenjak kejadian malam itu Anjani benar-benar sadar jika apa yang ia alami setiap malam adalah kenyataan.
Untuk itu ia memutuskan pergi dari apartemennya. Dalam keadaan kacau Anjani kembali mencoba menata hidupnya dengan pindah ke apartemen lain.
Harinya semakin buruk, apalagi saat Mahaka marah besar setelah memergoki Devan menjemput Anjani di lokasi syuting. Dengan emosi menggebu-gebu Mahaka pun mencegat laju mobil Devan dan memaksa Anjani keluar dari sana.
"Masuk ke mobilku Anjani!!" teriak Mahaka dengan rahang mengeras.
"Tidak mau!!" jerit Anjani yang sebenarnya sangat ketakutan melihat kemarahan Mahaka.
"Jangan menguji kesabaranku. Cepat masuk atau kuhancurkan karirmu dengan membuat berita skandal antara dirimu dan Devan. Ingat Anjani ... itu mudah bagiku."
"Diam kau Mahaka!!" sela Devan, namun hal itu justru membuat amarah Mahaka semakin tersulut.
"Masuuukkk!!" bentaknya lagi pada Anjani. Tak ingin terjadi keributan dan menimbulkan berita buruk di media Anjani terpaksa menurut.
"Kalau begitu ayo kita ke mobil sama-sama."
"Kenapa? kau takut aku menyakiti Devan? masuklah dulu, aku hanya akan memberikan peringatan pada pria ini."
Tak ingin kembali dibentak, Anjani pun menurut, sementara Mahaka benar-benar memperingatkan Devan.
"Ini adalah peringatan terakhirku Dev, ingatlah ibumu yang sedang sakit. Jangan banyak ulah jika tak ingin menjadi gembel di jalanan," geram Mahaka dengan suara penuh penekanan.
agak lama Shok terapi Thor biar dia merasakan apa yg di rasakan Anjani 👍👍👍👍