Sejak bersama dengan Kenneth hidup Bulan semakin dipenuhi dengan warna.
Sejak bersama dengan Bulan hidup Kenneth kembali dihiasi dengan kebahagiaan.
Kenneth selalu berhasil mengukir senyum di wajah Bulan bahkan hanya dengan melihatnya.
Bulan berhasil membuat Kenneth ingin hidup lebih lama.
Seperti tawa yang berdampingan dengan air mata, juga hal baik yang berdampingan dengan hal buruk. Kisah cinta pertama mereka juga begitu.
Bulan berharap mereka selamanya.
Kenneth juga berharap yang sama dalam ketakutannya.
Semua ingin akhir yang bahagia, tapi tidak ada yang benar-benar tau pada akhirnya akan seperti apa.
Kenneth yang selalu membuat Bulan tersenyum kini juga berhasil membuat Bulan sering menangis dalam keheningan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Keirina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RUMAH SARI
Kenneth yang sedang mengobrol dengan Hana serta Jono teralihkan perhatiaannya. Bingung melihat orang-orang yang ada di lapangan itu mendadak diam menghentikan kegiatan mereka.
"Pada kenapa nih orang-orang?" Tanya Jono heran,
"Woi Andri" Jono sedikit berteriak memanggil Andri temannya yang berdiri tidak jauh darinya.
Andri menoleh melihat Jono dengan tatapan bertanya.
"Ada apaan kok pada berhenti?" Tanya Jono.
"Itu Bastian mau nembak si Bulan" Ujar Andri.
Jono ber "O" ria merespon ucapan Andri.
"Anjir serius lo?" Ujarnya sepersekian detik kemudian setelah mencerna perkataan Andri. Andri hanya mengangguk pada Jono.
"Si Bulan yang anak XII-1 itu?" Tanya Hana pada Jono. Jono mengiyakannya.
"Itu beneran si Bastian nembak Bulan?berani banget dia gak takut ditolak apa?" Ujar Jono sendiri sambil memperhatikan ke arah Bulan dan Bastian.
Kenneth menatap Jono bingung, "Ditolak?" Tanyanya.
"Iya, Bulan itu terkenal suka nolak cowok, berani dah pokoknya semua cowok sama dia ditolakin," Jelas Jono
"Gak semua sih, tapi rata-rata pada ditolak, gue juga bingung kenapa padahal cowok yang demen sama dia tuh pada cowok-cowok yang populer, ganteng, keren. Gue juga heran kenapa ditolak sama dia." Jono mengedikkan bahunya,
"Pacaran yuk Lan?" Kenneth, Jono dan Hana memperhatikan Bulan yang masih saja diam begitu Bastian menyatakan perasaannya dan beberapa menit setelahnya mereka bisa melihat Bulan menganggukkan kepala mengiyakan ajakan Bastian dan semua orang yang ada di sana tiba-tiba langsung menggoda mereka.
"Anjir diterima!" Heboh Jono tidak percaya melihat Bulan yang menganggukan kepalanya.
"Kenapa sih lo?" Hana melihat Jono sinis. Kenneth ikut menoleh. Jono melihat Hana dan Kenneth bergantian, "Baru kali ini gue lihat Bulan nerima cowok secara langsung" Ujar Jono sedikit lebay.
Kenneth menarik nafas. menggelengkan kepala melihat temannya itu. "Udah balik kelas ayo!" Kenneth menarik Jono meninggalkan lapangan, di belakangnya Hana juga ikut membuntuti Kenneth dan Jono meninggalkan lapangan dan tidak lupa juga Hana mengajak kedua temannya pergi dari sana.
***
"AAA...." Rengek Bulan frustasi sambil menghentak-hentakan kakinya. Beberapa kali Bulan menghela nafasnya. Menatap langit-langit kamar Sari. Berganti melihat temannya bergantian dengan wajah frustasinya. Kemudian merengek lagi. Menghela nafas lagi begitu saja diulang-ulang terus.
Bulan, Sari, Fahri, Gino, Yuda dan Niko sedang berkempul di kamar Sari. Tadi sepulang sekolah mereka memutuskan bermain di rumah Sari karena Bulan yang terus mengajak mereka berkumpul sejak kejadian di lapangan sekolah tadi pagi.
Mereka berlima manatap Bulan jengah yang sedari tadi terlihat seperti orang stress. Tapi ini bukan pertama kalinya untuk mereka berlima karena kejadian seperti ini terus terjadi ketika Bulan pacaran dengan seseorang. Mereka berlima juga bingung kenapa temannya seperti itu sangat tidak normal menurut mereka. Karena dimana-mana orang pacaran atau ditembak sama orang yang dekat sama kita pasti senangkan, tapi Bulan berbeda dia selalu terlihat uring-uringan dan gelisah setelah orang yang dekat dengannya menyatakan perasaannya pada Bulan. Aneh kan?itu lah Bulan.
"Capek banget gue dari tadi lihatin lo!" Kata Sari jengah yang sedari tadi terus mendengar suara rengekkan Bulan.
"Lama-lama gue yang stress lihat lo!" Ujar Fahri
"Biasa aja kenapa sih Lan. Orang itu dimana-mana senang kalau jadi lo. Ini lo malah uring-uringan gini." Yuda yang jarang berbicara ikut berkomentar.
"Tau gitu lo kenapa deket sama dia?" Tanya Gino jadi kesal melihat Bulan
"Karena dia yang deketin gue!" Ketus Bulan dengan raut wajah frustasinya.
Gino menghela nafasnya lelah melihat Bulan. Kemudian memilih mencari siaran bagus di SmartTV yang ada di kamar Sari.
Oh iya FYI, Sari itu anak orang kaya, orangtuanya adalah pengusaha sukses yang punya perusahaan hampir di setiap kota. Kamar Sari saja bisa dibilang sebesar ruang tamu di rumah Bulan. Itu baru kamarnya belum lagi rumahnya. Di antara mereka berlima Sarilah yang paling tajir makanya mereka lebih sering bermain di rumah Sari. Selain karena banyak makanan, ada kolam renang, orangtua Sari yang santai, rumah Sari juga sering kosong daripada rumah yang lainnya karena orangtuanya sering berpergian keluar kota untuk mengurus pekerjaan mereka. Tapi yang paling mereka suka dari Sari meskipun Sari anak orang kaya dia tetap sederhana buktinya dia selalu menjemput Bulan naik motor dan ke sekolah pun Sari juga naik motor bahkan di sekolah tidak ada yang tau jika Sari adalah anak orang kaya. Yah, mereka tau jika Sari dari keluarga berada tapi mereka tidak pernah tau kalau orangtua Sari sangat kaya raya yang tau hanya Bulan, Fahri, Gino, Niko dan Yuda.
*Back again to Bulan
"Tapi lo suka kan sama Bastian?" Tanya Sari
Bulan diam kemudian dia mengangguk.
"Ya udah terus masalahnya apa?"
"Gak tau, gue gak kepikiran aja kalau Bastian bakalan nembak gue."
"Terus tadi kenapa lo terima?biasanya juga lo gampang nolak-nolakin cowok!" Niko ikut bicara sambil mengunyah ciki yang ada ditangannya.
"Lo gak lihat tadi rame banget, gue juga gak segila itu kali nolak dia did epan umum gitu!," Ketus Bulan menatap Niko. "Lagian dia kenapa sih berani banget!"
"Ternyata lo masih punya hati ya Lan, gue pikir lo bakal tega-tega aja" Niko tertawa meledek Bulan. Bulan menatap Niko tajam.
"Ya udah jalanin aja dulu lagian lo juga suka sama dia" Ujar Fahri
"Lo waktu masa PDKT sama dia biasa aja kan, ya udah ini juga sama aja sama PDKT cuma status lo aja yang berubah, jadi anggap aja lo berdua masih pendekatan biasa. Di awal aja lo aneh nanti juga pasti terbiasa." Jelas Sari mencoba memberikan pengertian pada Bulan.
"Gak bisa. Gue kan udah tau kalau statusnya sekarang pacaran."
"Terus lo maunya gimana?mau lo putusin sekarang?" Gino yang tidak mendapat tontonan bagus di TV beralih menatap Bulan, "Lo baru pacaran tadi pagi loh BULAN ADELINE." Gino menekankan nama Bulan geram melihat temannya itu.
"Sabar Gin sabar, tarik nafas, buang." Ujar Niko melihat Gino yang geram sendiri. Sedangkan yang lain hanya tertawa melihatnya.
"Aaa.. terus gimana?" Bulan masih stress memikirkan statusnya saat ini.
"Ya gak gimana-gimana,"
"Lo jalani ajalah. Kalau emang lo ngerasa masih gelisah sendiri, ya udah lo putusin." Bulan menatap Sari, "Iya kali ya" Ujar Bulan mempertimbangkan ucapan Sari.
"Udahlah capek banget mikirin gituan. Laper gue nih. Makan ayo!" Ajak Fahri capek dengan obrolan mereka yang hanya seputar ketidaknormalan Bulan.
"Iya yuk makan aja. Ikutan stress gue lama-lama lihat nih anak satu!" Ujar Gino melihat Bulan yang sedang stress sendiri.
"Udah ayo Lan daripada lo stress mikirin gituan mending kita makan. Ayo ayo!" Sari menarik tangan Bulan beranjak dari tempatnya. Bulan dengan malas akhirnya berdiri. Setelah itu Sari langsung menarik paksa Bulan keluar dari kamarnya dan yang lainnya juga ikut mengekori Sari dari belakang.