NovelToon NovelToon
Istri Pesanan Miliarder

Istri Pesanan Miliarder

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Stacy Agalia

Zayn Alvaro, pewaris tunggal berusia 28 tahun, tampan, kaya raya, dan dingin bak batu. Sejak kecil ia hidup tanpa kasih sayang orang tua, hanya ditemani kesepian dan harta yang tak ada habisnya. Cinta? Ia pernah hampir percaya—tapi gadis yang disayanginya ternyata ular berbisa.
Hingga suatu hari, asistennya datang dengan tawaran tak terduga: seorang gadis desa lugu yang bersedia menikah dengan Zayn… demi mahar yang tak terhingga. Gadis polos itu menerima, bukan karena cinta, melainkan karena uang yang dijanjikan.
Bagi Zayn, ini hanya soal perjanjian: ia butuh istri untuk melengkapi hidup, bukan untuk mengisi hati. Tapi semakin hari, kehadiran gadis sederhana itu mulai mengguncang tembok dingin di dalam dirinya.
Mampukah pernikahan yang lahir dari “pesanan” berubah menjadi cinta yang sesungguhnya? Ataukah keduanya akan tetap terjebak dalam ikatan tanpa hati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Stacy Agalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Wajah baru Zayn

Pagi itu semburat sinar mentari menembus lembut melalui tirai tipis kamar, menyingkap sisa malam panjang yang baru saja mereka lalui. Alisha menggeliat pelan, membuka matanya perlahan, kelopak matanya masih terasa berat. Tubuhnya letih, setiap sendi seolah mengingatkan kejadian semalam—malam pertama yang mengubah banyak hal di hidupnya.

Ketika kesadarannya penuh, barulah ia menyadari sesuatu: mereka masih berada di bawah selimut yang sama. Hangat. Rapat. Dan... tanpa sehelai kain pun menutupi tubuh keduanya. Wajah Alisha seketika memerah, tubuhnya kaku karena malu. Ia mencoba bangun perlahan, tapi upayanya terhenti begitu terasa lengan kekar Zayn melingkar kuat di pinggangnya.

Dekapan itu erat, seolah menahan agar istrinya tak pergi kemana pun. Nafas hangat Zayn menyapu tengkuk Alisha, punggungnya rapat pada dada bidang Zayn, hal itu tentu membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

“Z-Zayn…” panggilnya dengan suara lirih, hampir seperti bisikan.

Laki-laki itu bergeming. Matanya masih terpejam, tapi senyum tipis menghiasi wajahnya, seakan menikmati momen langka ini. Tangan besar itu justru semakin mengeratkan pelukannya.

"Jangan kemana-mana..." gumam Zayn, suaranya serak dan berat khas orang yang baru bangun tidur, namun entah kenapa terdengar begitu menggoda di telinga Alisha.

Pipi Alisha langsung memanas. “A-aku harus bangun, Zayn. Ini sudah pagi…” ucapnya pelan, berusaha menahan getaran pada suaranya.

Zayn membuka matanya, menunduk sedikit hingga wajahnya sejajar dengan telinga Alisha. “Pagi justru waktu terbaik untuk… melanjutkan apa yang tertunda.”

Alisha membeku. Jantungnya berdetak tak karuan. “Z-Zayn!” serunya gugup, menoleh ke arah lain, berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah.

Namun Zayn tak berhenti. Ia memiringkan tubuhnya, kini menatap istrinya yang sudah tak berdaya di pelukannya. Tatapan itu tajam, namun hangat. “Semalam… kau tidak menyesal, kan?” bisiknya lembut.

Alisha terdiam. Ia menggigit bibir bawahnya, tak mampu menjawab. Tapi sikapnya—pipinya yang merah, matanya yang tak berani menatap langsung—sudah cukup bagi Zayn untuk mengetahui jawabannya.

Senyum tipis terukir di wajah pria itu. “Jika seperti itu… beri aku ‘jatah’ pagi ini, hm?”

“Zayn!” Alisha langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan, malu luar biasa. Namun Zayn dengan mudah menyingkirkan tangannya, menunduk, dan mengecup bibir istrinya sekilas.

Ciuman singkat itu berlanjut, semakin dalam, semakin membuat Alisha kehilangan pertahanan. Rasa letih yang masih tersisa di tubuhnya perlahan tergantikan oleh hangatnya sentuhan sang suami.

“Pagi akan lebih indah jika kita mulai dengan cara ini,” bisik Zayn di sela-sela ciuman.

Alisha ingin menolak, tapi tubuhnya justru merespons sebaliknya. Napasnya memburu, jemarinya tanpa sadar mencengkeram lengan Zayn. Ia gugup, tapi diam-diam luluh dalam buaiannya.

Pagi itu, keheningan kamar hanya diisi desah napas mereka berdua. Zayn tidak memberi ruang bagi Alisha untuk berpikir terlalu lama. Bibirnya terus mengecup, kali ini lebih rakus, lebih menuntut.

Alisha sempat menahan dada bidang suaminya dengan tangan mungilnya. “Zayn… aku masih—” suaranya terputus ketika Zayn menurunkan ciumannya ke lehernya, meninggalkan jejak hangat di kulit pucat yang langsung merona.

“Kau masih lelah?” Zayn berbisik serak, namun matanya penuh api. “Jika begitu biar aku yang lakukan semuanya… kau hanya cukup pasrah dan nikmati.”

Alisha memejamkan mata rapat. Ia ingin menolak, tapi tubuhnya bergetar, sudah lebih dulu mengkhianati logikanya. Tubuh kekar Zayn kembali menyatu dengan tubuh rapuh Alisha, dan meski rasa perih sempat muncul lagi, kelembutan Zayn membuatnya cepat hanyut dalam arus kenikmatan yang menguras tenaga.

Pagi itu, ruangan yang di dominasi warna putih dan abu-abu itu dipenuhi desahan dan bisikan manja yang hanya mereka berdua yang tahu. Hingga akhirnya, setelah mencapai puncak bersama, Alisha terkulai di dada suaminya, napasnya masih memburu.

Zayn mengusap rambutnya yang berantakan dengan penuh sayang. “Kau milikku, Alisha,” gumamnya pelan di telinga Alisha, membuat wanita itu semakin merah wajahnya.

Saat tubuh mereka sudah sedikit tenang, Zayn bangkit dari ranjang. Dengan satu gerakan ringan, ia mengangkat Alisha dalam gendongan bridal style.

“Za—Zayn! Turunkan aku, aku bisa jalan sendiri!” Alisha panik, meronta kecil.

Tapi Zayn hanya terkekeh rendah, menatapnya dengan tatapan menggoda. “Istriku baru saja melewati malam panjang dan pagi yang melelahkan. Mana mungkin aku biarkan kau berjalan sendiri?”

Tanpa menunggu jawaban, Zayn melangkah menuju kamar mandi. Pintu dibuka, dan seketika uap air hangat menyambut tubuh mereka. Ia menurunkan Alisha perlahan di bawah pancuran, membiarkan air mengalir membasuh kulit mereka.

Alisha memeluk dirinya sendiri, wajahnya semakin merah. “Aku benar-benar malu, Zayn…”

Pria itu mendekat, jemari kekarnya mengangkat dagu Alisha agar menatapnya. “Jangan malu pada suamimu sendiri. Aku sudah melihat semuanya.”

Dan sebelum Alisha sempat membalas, Zayn kembali menutup bibirnya dengan ciuman dalam. Sentuhan itu kembali menyalakan api di tubuh mereka, kali ini lebih liar karena diiringi sensasi air hangat yang mengalir di tubuh telanjang keduanya.

“Zayn… cukup… aku sudah—” Alisha mencoba memohon, tapi suaminya hanya tersenyum penuh gairah.

“Tidak akan pernah cukup jika menyangkut dirimu.”

Dan pagi itu berlanjut dengan percintaan di bawah pancuran, tubuh mereka kembali berpadu dalam gelora yang tak terbendung. Bagi Alisha, meski tubuhnya letih, hatinya sudah tak bisa menyangkal lagi—ia perlahan mulai menerima, bahwa cintanya pada Zayn sedang tumbuh, di balik semua gengsi dan keraguan.

.....

Uap hangat kamar mandi akhirnya sirna ketika keduanya keluar dengan tubuh segar, meski tatapan mata mereka masih saling mengikat. Alisha buru-buru masuk ke lemari pakaian, mencoba menutupi wajah yang masih merona. Sementara Zayn dengan santai mengeringkan tubuhnya, tak malu sedikit pun pada istrinya.

Alisha memilih sebuah dress kasual berwarna krem lembut, ia melirik sekilas pada outfit Zayn—kemeja putih polos dengan celana beige. Tatapannya sempat bertemu refleksi Zayn di cermin, pria itu menaikkan alisnya sambil tersenyum miring.

“Kau sengaja memilih warna senada denganku, hm?”

Alisha langsung salah tingkah. “A-aku tidak sengaja. Hanya… nyaman dipakai.”

Zayn terkekeh, lalu mendekat, menaruh handuk di bahunya. “Senada atau tidak, kau tetap terlihat… mempesona.”

Alisha memalingkan wajah, pura-pura sibuk dengan setrika rambut. Tapi sebelum ia sempat menyalakan, Zayn sudah mengambil handuk kecil, lalu dengan hati-hati mengeringkan rambut panjang istrinya. Gerakannya lembut, seolah tak ingin menyakiti helai rambut pun.

“Kau tak perlu repot, aku bisa sendiri,” ucap Alisha pelan.

Zayn menggeleng. “Aku ingin. Biar aku rawat semuanya… termasuk dirimu.”

Hati Alisha berdebar. Ia tak bisa berkata apa-apa lagi, hanya membiarkan Zayn sibuk di balik punggungnya. Setelah selesai, Alisha meraih sisir, menyisir rambut Zayn yang masih basah. Jari-jarinya sempat singgah di tengkuk pria itu, membuat Zayn menunduk, menatapnya lewat cermin.

“Jika kau terus begini, aku tak bisa menahan diri,” bisiknya, penuh godaan.

Alisha tercekat. Dan benar saja, beberapa detik kemudian Zayn sudah mendekat, bibirnya melahap bibir mungil istrinya. Ciuman itu lembut di awal, lalu semakin dalam, membuat Alisha lagi-lagi kehilangan kendali.

“Zayn… jangan, nanti kita akan lama, maksudku Bima sudah menunggu untuk sarapan,” lirih Alisha di sela ciuman.

Zayn malah tersenyum nakal, terus mencuri kecupan singkat yang membuat pipi Alisha makin panas.

Hingga Alisha terpaksa mencubit pinggangnya pelan. “Kau ini…”

Zayn meringis kecil, pura-pura kesakitan. “Aduh. Istriku tega sekali.”

Namun ia akhirnya mundur, meski tatapan matanya masih menyala.

Keduanya kemudian beres-beres, lalu turun ke ruang makan. Aroma sarapan tercium menggoda.

Di meja sudah ada Bima, duduk santai sambil memainkan ponsel baru, pemberian Zayn. Begitu melihat pasangan itu datang, matanya sempat berbinar—meski ia berusaha menyembunyikannya dengan senyum tipis.

Namun, tak seperti Bima, Arvin dan para pelayan yang berdiri di sekitar meja justru sulit menahan senyum. Tatapan mereka langsung tertuju pada rambut Zayn yang masih setengah basah, wajahnya yang berseri seperti pria yang baru saja mendapat “hadiah besar”.

Dan Alisha… meski sudah berusaha menutupinya dengan rambut panjangnya, bercak merah di lehernya masih terlihat samar. Cukup untuk membuat para pelayan saling pandang, menunduk, menahan tawa geli.

Zayn menyadari itu, tapi alih-alih risih, ia justru menggenggam tangan Alisha di bawah meja, menyelipkan senyum penuh kemenangan.

Alisha menggertak pelan, wajahnya makin merah. “Zayn…” desisnya nyaris tak terdengar.

“Tenang saja, biarkan mereka tahu,” bisik Zayn, menatap istrinya dengan tatapan dalam yang membuat Alisha tak berdaya lagi.

1
Lisa
Benar² kejam Omar & Lucas itu..menghilangkan nyawa org dgn seenaknya..pasti Tuhan membls semua perbuatan kalian..utk Alisha & Bima yg kuat & tabah ya..ada Zayn,Juna, Arvin yg selalu ada di samping kalian..
Lisa
Ya Tuhan sembuhkan Ibunya Alisha..nyatakan mujizatMu..
Lisa
Makin seru nih..ayo Zayn serang balik si Omar & Lucas itu..
Lisa
Ceritanya menarik
Lisa
Semangat y Zayn..lawan si Omar & Lucas itu..lindungi Alisha & Bima..
Lisa
Selalu ada pengganggu..ayo Zayn ambil sikap tegas terhadap Clarisa
Lisa
Moga lama² Zayn jatuh cinta pada Alisha..
Lisa
Ceritanya menarik nih..
Lisa
Aku mampir Kak
Stacy Agalia: terimakasiiihh🥰
total 1 replies
Amora
lanjut thor, semangaaatt
Stacy Agalia: terimakasiiiiih🥰
total 1 replies
Stacy Agalia
menarik ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!