Ditindas, dijual oleh keluarga sendiri, dimanja dan dibela oleh keluarga suami
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9. Berbohong
"Benar Bu, dia calon menantu Ibu, gimana cantik 'kan ?" Juni melangkah menghampiri April yang menatap bingung padanya.
April bingung karena Juni juga mengatakan kalau dia calon m mantu Ibunya yang berarti calon istrinya Juni.
"Sangat cantik, kamu memang pintar memilih calon istri, kalian harus cepat menikah, Ibu akan mengurusnya, lusa kalian akan menikah." Ujar Ibu Lusi.
Juni menelan saliva nya, dia tidak menyangka Ibunya akan menanggapi seserius ini.
"Tapi Bu, aku ini--" mulut April terdiam, Juni memotong pembicaraannya.
"Iya Bu, bagaimana baiknya Ibu aja." Sahut Juni sembari mengedip-kedip matanya pada April mengajak April bekerja sama untuk membohongi Ibu Lusi.
Bodohnya April dia setuju seperti kemauan Juni, dia pikir tidak salah kalau membantu Juni, karena Juni sudah baik padanya.
"Bagus, Ibu akan mengurusnya, Oh ya, dimana orang tua kamu ?" tanya Bu Lusi.
Pertanyaan Ibu Lusi mampu membuat April, gugup karena tidak tau harus mengatakan gimana.
"April tidak tau dimana orang tuanya, dia hanya tinggal dengan Ibu angkatnya, dan sekarang diusir dari rumah oleh ayah angkatnya." Bukan April, tapi Juni yang jawab, karena April terlihat bingung.
Ibu Lusi menatap kedua anak muda didepannya, mencari kebenaran yang dikatakan oleh Juni.
Sorot mata Juni dan April, terlihat biasa saja, Juni sangat panda meng ekspresi matanya agar terlihat tidak sedang berbohong.
"Apa benar seperti itu nak ?" tanya Bu Lusi pada April, dia sudah kurang percaya pada Juni anaknya.
"Be, benar Bu." Jawab April benar adanya kalau dia anak yang ditemukan dijalan oleh Bu Martha waktu itu.
Raut wajah April berubah, matanya mulai berembun, dia sangat sedih mengingat nasib dirinya, kadang April berpikir dia tidak diinginkan oleh orang tuanya makanya dibuang dijalan.
Rindu tentu saja, siapa yang tidak ingin bertemu dengan orang yang melahirkan dirinya.
Namun rindu itu hanya bisa di pendam karena sampai saat ini April belum tau dimana dan siapa orang tuanya.
Bu Lusi melihat raut sedih di wajah April dia kembali memeluk gadis itu dengan penuh sayang.
"Kamu jangan sedih, sekarang ada Ibu dan juga Juni, sebentar lagi kamu menjadi bagian dari keluarga kami." Ujar Bu Lusi menghibur April agar gadis itu tidak sedih lagi.
April mengangguk, dia juga membalas pelukan Bu Lusi, walaupun hatinya bimbang dan pikiran penuh dengan pertanyaan yang akan dilemparkan nanti pada Juni.
Juni tersenyum, dia senang, ada April yang menolongnya dari omelan Ibunya yang akan menangis janjinya tentang calon mantu.
Juni sebenarnya, menyukai April, rasa suka itu mulai tumbuh saat April pingsan semalam.
Wajah cantik dan anggun, membuat hati Juni berdebar, walaupun baru mengenal April tapi hatinya sudah menimbulkan rasa suka.
"Den, Non, Bu Lusi, makan malam sudah siap." Ujar Mbok Darmi yang datang dari arah dapur.
"Iya Mbok, " jawab Juni, kemudian ketiga orang itu langsung kemeja makan, Mbok Darmi juga diminta duduk agar makan bersama.
Juni tidak membedakan pembantu, Dia menganggap Mbok Darmi kerabatnya.
April mengambil nasi untuk Bu Lusi, setelah itu dia ambil untuk dirinya sendiri, sedangkan untuk Juni, dia tidak mengambil.
"Bu, Ibu mau lauk apa, biar April ambilkan ?" tanya April.
"Gak usah, Ibu ambil sendiri aja, kamu layani calon suami mu, lihat itu dia menatap kamu terus." Ujar Bu Lusi menunjuk ke Juni dengan dagu dan bibir di monyongkan.
April mengikut arah dagu Bu Lusi,ata April dan Juni bertemu, keduanya saling tatap, namun Juni memberi isyarat dengan ekor mata kalau April harus melayaninya agar Bu Lusi percaya dan tidak curiga.
April yang paham isyarat dari Juni, dia segera mengambil mengambil nasi untuk Juni.
"Mas mau lauk apa ?" tanya April bak istri yang sedang melayani suaminya.
Juni menunjuk beberapa lauk, dan sayur. "Ini, ini dan ini ." tunjuk Juni pada beberapa lauk yang tertata dimeja itu.
April mengambil lauk apa saja yang ditunjuk Juni, canggung tentu saja, namun April harus bersikap seperti biasa agar Bu Lusi tidak curiga.
Setelah itu, semuanya menikmati makan malam, sehingga Juni tanpa sengaja tersedak.
"Huuk, huuk, " April dengan sigap langsung menyodorkan gelas berisi air putih untuk Juni.
Devan langsung meminumnya, Bu Lusi yang melihat, dia tersenyum senang, dia sama sekali tidak curiga pada April dan Juni , karena yang dia lihat keduanya seperti sudah saling kenal lama, padahal baru aja semalam.
"Terimakasih sayang ." Ujar Juni.
April menelan saliva, dia tersentak saat mendengar Juni menyebutnya dengan sebutan sayang.
April tersenyum, dia tidak berkomentar. Namun dalam hati dia ingin sekali menyentil Juni.
Sebenarnya, April juga menyukai Juni, wajah yang tampan, dan baik hati membuat April suka, namun April menepis semua itu, karena dia sadar diri, siapa dia dan siapa Juni, keduanya bagai pungguk dan bulan, kasta keduanya jauh berbeda.
Selesai makan malam, Juni kekamar, dia ingin membersihkan diri, perjalanan yang jauh membuat tubuh lelaki tampan itu gerah.
Sedangkan April diminta menemani Bu Lusi menonton tv dan keduanya mengobrol banyak.
Tidak lama kemudian, April pamit kekamar, dia ingin tidur, alasannya dia sudah sangat mengantuk, padahal dia ingin bertemu Juni untuk bertanya kenapa seenaknya Juni bilang sama Ibunya kalau dia calon mantu.
April menaiki tangga satu persatu, sampai di atas kebetulan dia melihat Juni keluar dari kamar, Juni sebenarnya ingin turun ke bawah namun langkah kakinya terhenti didepan pintu kamar saat mendengar April memanggilnya.
"Mas, aku mau bicara, tapi tidak disini." Ujar April memberanikan diri.
"Kalau begitu, kita bicara di ruangan kerja ku, ayo ikut." ajak Juni melangkah keruangan kerjanya.
April mengikuti Juni dari belakang, hingga keduanya sampai diruangan kerja Juni.
"Aku tau kamu ingin protes karena aku mengaku didepan Ibu kalau kamu calon istriku, aku minta maaf, sebenarnya aku tidak bermaksud, dan aku minta maaf juga karena membuatmu terlibat dalam." Juni menunda perkataannya sementara.
"Aku lakukan ini terpaksa, Ibu ingin aku menikah dan ingin menjodohkan aku, tapi aku menolak dengan alasan aku bisa mencari gadis yang aku pilih sendiri, aku pikir itu mudah, tapi ternyata aku belum bisa menemukan gadis pilihanku." Lanjut Juni lagi.
Kemudian Juni, melanjutkan ceritanya lagi, mulai dari dia tidak mau dijodohkan, hingga dia menolak dan berjanji pada Ibunya kalau dia akan mencari calon istri dalam waktu dekat.
"Tapi Mas, kita sudah berbohong pada orang tua, dan itu tidak baik, Ibu pasti akan kecewa, dan sangat terluka kalau dia tau kita bukan seperti yang Ibu pikirkan,"
Aku tidak mau berbohong lagi, aku berterimakasih karena mas Juni sudah menolongku, dan memberiku tumpangan tempat tinggal, tapi aku tidak mau membohongi orang tua."
Setelah mengatakan itu April hendak keluar, namun langkahnya terhenti ketika tangannya dipegang dan ditarik.
Bersambung
kisah nya sama dengan April karena April juga awal nya ditolong sama Juni dan akhirnya mereka menikah ibu Juni pun sosok yang baik dan sayang serta perhatian sama April.. semoga ibu nya Agus pun demikian juga dengan Ayu
Blum y thor..🤣🤣🤣