NovelToon NovelToon
LUCKY BABY- WANITA KARIR BERTRANSMIGRASI MENJADI BAYI

LUCKY BABY- WANITA KARIR BERTRANSMIGRASI MENJADI BAYI

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Anak Genius / Budidaya dan Peningkatan / Transmigrasi
Popularitas:24.4k
Nilai: 5
Nama Author: julieta

Clarissa, yang terikat oleh sistem terpaksa harus menjalani dua kehidupan lagi agar dia bisa mati dengan tenang.
Setelah dalam kehidupan sebelumnya, suskses sebagai wanita karir yang dicintai oleh keluarga dan semua orang, kini dia terlempar ke jama di era 80 an yang terlahir sebagai bayi dari keluarga buruh tani miskin yang tinggal di desa Sukorejo.
Misi kali ini adalah mengentaskan keluarganya dari kemiskinan dan menjadi wanita suskse seperti sebelumnya.
Mampukah Clarissa yang kini bernama Lestari,seorang bayi dengan otak dan pemikiran wanita dewasa,yang sudah pernah jatuh bangun dalam menjalankan usahanya mampu menyelesaikan misinya?
Kehidupan di era 80 an tidaklah mudah, keterbatasan alat dan juga masih tingginya praktek KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) membuat hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Lestari yang dalam kehidupan sebelumnya banyak ditunjang oleh kemajuan teknolgi dan percepatan informasi.
Penasaran...
ikuti terus kisa Lestari dalam cerita ini!
HAPPY READING...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KERACUNAN MASSAL

“Bagaimana, dapat?”, tanya Rusdi bersemangat.

“Tentu saja dapat dong pakdhe, Endang gito loh”, jawab Endang sambil menepuk dadanya dengan bangga.

Begitu bungkusan bubuk tabur berwarna merah tersebut berada ditangan Rusdi, sejumlah uang juga telah berpindah ketangan Endang.

“Lain kali, jika ada tugas lagi, pakdhe panggil aku aja, pasti beres”, Endang kembali berkata sambil membusungkan dadanya dengan angkuh setelah tugas yang pakdhe nya berikan, untuk kesekian kalinya, berhasil dia eksekusi.

Setelah kepergian Endang, Katmini yang merasa bubuk tabur yang keponakan suaminya bawa itu berwarna lebih terang pun sedikit merasa curiga. “Coba rasain dulu pak, sama nggak rasanya dengan milik Supardi?”, ucapnya.

Mendengar pertanyaan yang istrinya ajukan, Rusdi pun segera membuka bubuk tabur dalam bungkusan plastik setengah kiloan itu dan mencicipinya.

Meski sedikit asin, namun rasa gurih yang ditinggalkan, membuat Rusdi merasa puas. “sama kok bu, hanya sedikit lebih asin saja. Mungkin kita hanya perlu sedikit menaburinya jadi setengah bungkus ini bisa buat lebih banyak keripik”, ucapnya penuh semangat.

“Ya sudah, bapak kasihkan ke Tumi supaya dia bisa membuat bubuk merah seperti itu karena nggak mungkin kan kalau kita mencuri terus dari rumah Supardi”, ucap Katmini.

Rusli menganggukkan kepala, dan segera pergi kedapur untuk mencari Tumi, koki andalan bisnisnya sekaligus tangan kananya.

“Tum, kamu buat bubuk tabur mirip dengan ini”, perintah Rusdi.

“Apa didalamnya juga diberi tambahan seperti biasa pak?”, tanya Tumi.

“Tentu saja, itu yang bisa membuat orang kembali lagi untuk membeli apa yang kita jual”, ucap Rusdi tajam.

Tumi yang sudah tahu apa yang harus dilakukannya pun  segera kembali ke dapur untuk menyelesaikan sisa pekerjaannya.

Pruttt...pruttt...

“Kenapa perutku mules sekali ya”, guman Rusdi yang langsung berlari ke kamar mandi karena sudah tak tahan lagi.

Katmini yang melihat suaminya keluar dari kamar mandi dengan tubuh lesu, mengeryit heran. “Bapak habis makan apa sampai mules seperti itu?”, tanyanya.

“Hehehe...aku tadi makan bakso, sambelnya aku banyakin”, ucap Rusdi sambil nyengir kuda.

Katmini yang mendengar ucapan suaminya hanya bisa mendengus kesal. “Ya sudah kalau begitu. Bapak sendiri yang cari penyakit, sekarang rasain”, ujarnya sinis.

Pruuttt!

Merasa perutnya kembali bergejolak, Rusdi pun segera berlari sambil memegangi pantatnya agar kotorannya tak sampai keluar dan mengotori rumah.

“Ck, sudah tahu tak bisa makan pedas, masih saja ngeyel (keras kepala)!”, guman Katmini geram.

Meski kesal dengan sifat keras kepala suaminya, sebagai istri diapun tak tega melihat Rusli menderita dan segera pergi ke warung untuk membeli obat diare.

Sementara itu didapur, setelah mengincipi rasa bumbu tabur, Tumi pun segera mengeksekusinya sesuai yang lidahnya rasakan.

Karena tak bisa mendapatkan rasa gurih yang nikmat seperti yang ada didalam bubuk tabur yang diberikan kepadanya, Tumi pun memberikan garam dan vitsin yang banyak agar bisa menutupi saranya.

“Kenapa warnanya kurang merah. Padahal cabai bubuk yang aku buat sudah cukup banyak”, Tumi mengamati hasil bubuk cabai miliknya dengan kening berkerut.

Tentu saja tak sama karena Aan sudah memberikan tambahan pewarna makanan merah didalamnya sehingga warna merahnya lebih jreng ketimbang warna asli bubuk balado milik Srikandi yang murni menggunakan cabai besar sebagai pewarna.

Melihat ada botol pewarna diatas nakas, Tumi yang mengira itu adalah pewarna makanan karena berada didapur pun segera menuangkannya.

“Nah, ini baru benar”, ucap Tumi penuh kepuasan.

Setelah menyelesaikan tugasnya, diapun segera mencampurkan bumbu tabur kedalam keripik singkong buatannya, tak lupa dia beri taburan bumbu ajaib didalamnya agar siapapun yang makan akan ketagihan. Setelah semua tercampur rata, keripik singkong tersebut pun dikemas dalam ukuran besar karena sebentar orang yang memesan keripik singkong tersebut akan datang.

Baru saja Tumi selesai mengemas, anak buah juragan Peno, blantik sapi (pedagang/perantara jual beli sapi atau dalam jaman sekarang disebut sebagai makelar) dari desa tetangga datang untuk mengambil pesanan yang rencananya akan disuguhkan sebagai camilan untuk menemani para pekerja yang malam ini bergadang untuk menghias terop pernikahan anak keduanya.

Dirumah Supardi, Tari yang tengah memantau perkembangan jebakan bubuk tabur yang dipasangnya untuk Endang merasa langit banyak membantunya.

Kini, jika terjadi keracunan massa dan semua orang menderita diare dan muntah-muntah, dengan adanya pewarna tekstil dalam makanan yang tak sengaja Tumi gunakan, bisa menjadi alasan bagi pihak berwajib untuk mengamankan usaha milik Rusdi. Hal ini juga bisa menyamarkan obat pencahar yang sengaja Tari suruh Aan masukkan tadi.

“Salah sendili jadi olang jahat dan ingin menghanculkan usaha kelualgaku, jadi jangan salahkan aku jika betindak kejam”, ucap Tari dalam hati.

Malam harinya, seperti perkiraan Tari, di desa Sukoharjo, dirumah juragan Peno, semua orang yang tengah bergadang untuk menghias pelaminan mengalami muntah-muntah dan diare parah sehingga harus dilarikan kerumah sakit.

Kebetulan, saudara Peno yang menjabat sebagai pimpinan disalah satu polsek yang ada dikota juga ikut terkena imbasnya sehingga semua makanan dan camilan yang disajikan pun segera di cek dilaboratorium rumah sakit.

“Apa! Selain pewarna tekstil juga ada daun ganja didalamnya!”, teriak Peno syok.

Karena cukup akrab dengan Rusdi sejak kecil karena orang tua mereka sudah berteman sejak lama maka Peno pun membantu Rusdi untuk memasarkan keripik singkong buatannya, tanpa tahu jika didalamnya mengandung zat yang berbahaya.

Untungnya, malam ini Peno tak memakan keripik buatan Rusdi karena sedang batuk, jika tidak mungkin dia juga akan terkapar dirumah sakit, padahal esok pagi anaknya akan melangsungkan akad nikah.

“Kita harus melaporkan dan menuntutnya. Ini masalah besar, ada ganja didalam camilan itu sangat membahayakan”, ucap Hartono, sepupu Peno yang menjabat sebagai kapolsek di kota yang langsung menghubungi anak buahnya untuk mengusut kasus ini.

Karena masalah ini cukup sensitive maka untuk sementara waktu kasus keracunan tersebut diredam untuk menhindari kebocoran karena pihak kepolisian akan mencari bukti ladang ganja yang kemungkinan Rusdi miliki dan tak membuat tersangka kabur.

Setelah mendapatkan berita jika ada warga desa Sukorejo yang menanam ganja, satresnarkoba pun turun tangan, membawa timnya, mereka pun menuju desa Sukerejo.

Operasi yang dilangsungkan dimalam hari tak terlihat sehingga warga masih bisa tertidur nyenyak, termasuk Rusdi dan istrinya tanpa tahu kehidupan nyamannya sebentar lagi akan hilang.

Tak memakan waktu lama, Rusdi yang selama ini merasa aman karena warga menganggap jika kebunnya yang seluas lima hektar tersebut berisi tanaman singkong pun tak terlalu memberikan penjagaan yang ketat.

Bentuk daun ganja dan daun singkong memang hampir sama, jika tak tahu mereka tak mungkin bisa membedakan.

Jika ada yang bertanya kenapa daun singkong milik Rusdi sedikit beda dengan singkong yang kebanyakan ditanam oleh warga desa, pria itu akan mengatakan jika singkong miliknya merupakan varian unggul yang berbeda dengan singkong biasa.

Warga desa yang kebanyakan tak mengenyam pendidikan tinggi tentu percaya saja dengan apa yang Rusdi ucapkan sehingga tak menaruh kecurigaan sedikitpun.

1
Mimi Johan
Lanjut n semangat
Ida Kurniasari
semangat thor
Andira Rahmawati
kurangggg thorrr up lagi dongggg..😍😍💪💪
Sribundanya Gifran
lanjut thor
diara
lanjut baca
Lala Kusumah
rasain Lo Lela 😡😡😡😡
Lyvia
semangat thor, suwun upnya
FAISHAL GAMING
luarbiasa
Mimi Johan
Lanjut Thor n semangat
Pakde
lanjut thor
Ida Kurniasari
up lagi thorrr
Mimi Johan
Semangat Thor
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut
Aydin Syam
yah Thor masa habis Thor..bnyakin upnya Thor masa kaya hubungan sih di gantung melulu kan ngak enak thor
Lala Kusumah
lagi seru serunya eh habis, lanjuuuuuuuuut Thor 🙏🙏🙏
Wahyuningsih
yah abiz thor, d gantung kita gaes kayak jemuran 😅😅😅 pling pinter ni author bikin orang penasaran 😁😁 d tnggu upnya thor yg buanyk n hrs tiap hri jgn lma upnya thor sellu jga keshtn n tetp semangaaaaaaat
Aydin Syam
bagus
Aydin Syam
thorr..thhorr kapan upnya lagi Thor aku sudah tidak sabar menunggunya
Aydin Syam
wah Thor saya jadi deg degkan bacanya..
di tunggu upnya thor
mamamu
ihhh seru banget thor , kurang kalo 2 part mah hehehe semangat teus ya thorr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!