Nesa Callista Gambaran seorang perawat cantik, pintar dan realistis yang masuk kedalam kehidupan keluarga Wijaksono secara tidak sengaja setelah resign dari rumah sakit tempatnya bekerja selama tiga tahun terakhir. Bukan main, Nesa harus dihadapkan pada anak asuhnya Aron yang krisis kepercayaan terhadap orang lain serta kesulitan dalam mengontrol emosional akibat trauma masa lalu. Tak hanya mengalami kesulitan mengasuh anak, Nesa juga dihadapkan dengan papanya anak-anak yang sejak awal selalu bertentangan dengannya. Kompensasi yang sesuai dan gemasnya anak-anak membuat lelah Nesa terbayar, rugi kalau harus resign lagi dengan pendapatan hampir empat kali lipat dari gaji sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Oma Sakit
Nesa menyiapkan makanan Aron dengan telaten, setelah dirasa cukup Nesa beralih untuk menyuapi Arav. Bayi ini sungguh tidak sabaran, habis hap langsung merengek minta makanan dimasukkan ke mulutnya lagi. Nesa sangat senang melihatnya, karna sebelumnya sudah merasa lapar makanan Arav habis dengan cepat. Sembari menunggu Aron makan, Nesa mengambil waktu untuk makan juga. Perutnya juga perlu di isi dengan baik, pekerjaannya disini akan menguras tenaga. Meski sedari tadi tak bersuara, makanan dipiring Aron sudah ludes tak bersisa. Nesa pura-pura tidak melihat saja, anak itu kan gengsian sekali.
Tadinya Nesa akan mengajak anak-anak untuk bermain di taman, tadi pagi sewaktu masuk rumah dia melihat ada taman yang indah di halaman belakang. Sepertinya taman itu cocok sebagai tempat bermain mereka. Namun dia teringat Oma yang belum keluar kamar sejak semalam, lebih baik dia membawa anak-anak untuk pergi melihatnya sebentar. Benar saja, begitu sampai disebuah kamar mewah dan luas Oma tampan terbaring lemah diatas tempat tidur.
“Oma baik-baik saja?” Nesa menghampiri Oma dengan Arav yang masih dalam gendongannya dan Aron yang mengekor dari belakang.
“Oma kecapean saja sus,” Ucap Oma dengan lemas.
“Oma sudah minum obat dan kontrol ulang belum bulan ini?” Oma ini ada riwayat jantung. Jadi tidak boleh terlalu lelah dan stress. Usia Oma juga sudah tidak muda lagi, penurunan fungsional organ organ tubuh sudah terjadi di usia ini. Nesa jadi khawatir dengan keadaan Oma. Nesa meletakkan Arav diatas tempat tidur, mengambil beberapa bantal disekeliling Arav. Tanpa diperintah Aron juga naik keatas tempat tidur dan memperhatikan Oma Inggrid. Nesa yakin, diam-diam anak ini menyembunyikan rasa khawatir dalam lubuk hatinya. Nesa akan mengambil tensi sebentar dikamar lalu memeriksa tanda tanda vital Oma. Beruntung, tensi adalah alat yang selalu Nesa bawa.
“Tensinya Oma naik di 168/97 mmHg. Obat tensi sudah diminum belum?”
Oma menggeleng, Nesa ingin menghela nafas tapi keburu segan duluan. Biar sudah akrab tapi Oma kan tetap bosnya. Nesa mah tau diri.
“Obat obatan Oma ada dimana biar saya bantu ambilkan.”
“Dilaci itu sus” Oma menunjuk laci nakas disebelah tempat tidur.
Nesa mengangguk kecil lalu membuka laci dan melihat obat yang banyak jenisnya namun tersisa beberapa tablet per packnya.
“Ini dia, ayo Oma diminum dulu.” Cukup mudah bagi Nesa untuk mengenali obat tensi diantara banyaknya tumpukan obat di laci.
“Tapi tunggu, Oma tadi kan belum sarapan. Sebentar Sus ambilkan dulu ya Oma.”
“Sudah tidak perlu sus, tadi Oma sudah sarapan diantar Biem.” Ujar Oma menghentikan Nesa yang akan mengambil makanan ke dapur.
“Mantap Oma, harus makan tepat waktu supaya minum obat juga bisa tepat waktu”
Nesa membantu memberikan obat ke tangan Oma lalu memberikan air putih dan memastikan Oma benar-benar meminum obatnya.
“Sudah, sekarang Oma lanjut istirahat ya. Obat Oma juga sudah mau habis, berarti seharusnya ini sudah dekat dengan jadwal kontrolnya Oma kan?”
“Oma lupa, nanti biar Santi saja yang urus Sus. Maaf ya Oma ngrepotin, padahal seharusnya kamu bisa fokus urus anak-anak saja Sus. Tapi kamu tenang saja, Oma sedang cari orang untuk bantu back up pekerjaan kamu dan Biem. Jadi kalau sewaktu waktu kamu mau ambil cuti, kita tidak akan kesulitan”
“Terimakasih Oma, Nesa senang kalau ada pekerja baru tapi apa Oma tidak mau cari perawat pribadi saja? Maksud saya, Oma kan sudah berusia dan banyak aktivitas, pasti sewaktu-waktu butuh bantuan orang lain. Maaf Oma, bukannya Nesa bermaksud menggurui.”
Nesa boleh saja membantu Oma, namun anak-anak juga butuh perhatian khusus. Masih banyak PR yang belum terkejar. Selain itu gaji yang Nesa terima nominalnya sangat besar untuk seorang perawat sepertinya, Nesa paham ada pertanggungjawaban yang setimpal atas kompensasi yang sudah diberikan dan dia harus bekerja keras untuk itu.
“Husss kamu ini, saya ini masih fit loh Sus. Usia boleh tua tapi jiwa tetap muda dong. Ini semua terjadi gara-gara anak nakal itu, Arthur sialan. Oma jadi pusing ini kelamaan tidak ke salon.”
Kata kata mutiara keluar tak terkendali lagi. Fix Oma sudah mencapai batas kesabaran, lipatan kerutan di pelipisnya semakin jelas terlihat seiring gerutuan yang terus mengalir begitu saja. Pantas saja Oma terlihat sangat kesal, rupanya tidak bisa perawatan ke salon toh. Nenek-nenek sosialita memang berbeda dengan nenek-nenek di kampung Nesa.
“Anak nakal….?” Ucap Nesa bingung. Apakah anak-anak? Tapi masa sih Oma menyalahkan anak-anak. Biar nakal begitu tapi mereka sangat menggemaskan tau. Nesa saja gemas sekali melihatnya.
“Maksud Oma daddynya anak-anak, enak saja main pergi pergi ke luar negeri. Harusnya tugas itu bisa dihandle oleh asisten. Sudah tau babysitter anak-anak kabur, malah asal-asalan pergi saja. Dia pikir maminya ini masih muda? Benar-benar jadi anak tidak ada pengertiannya sama sekali. Jangankan peduli pada maminya, pada anak sendiri pun lupa. Awas saja nanti kalau sudah pulang, pokoknya Oma mau minta healing ke Eropa.” Gerutu Oma. Omelan orang kaya memang merdu di telinga. Stress sedikit healingnya tidak main-main langsung ke Eropa, jiwa misquin ini langsung meronta-ronta.
‘Sepertinya Oma sedang butuh pelepasan hormon makanya mengomel terus.” Batin Nesa. Nesa tidak mau ikut campur, cukup mendengarkan Oma saja.
Sebenarnya Nesa tidak mengerti mengenai perusahaan dan tetek bengeknya, tapi dia mencoba mendengarkan dengan bijak. Kalau ditanya saran ya pasti tidak tau dong. Dia ini hidupnya lempeng saja, kerja dan digaji, jarang mikir kemana-mana. Apalagi berkhayal ke Eropa, impossible. Lebih baik uangnya ditabung untuk buka toko skincare. Tapi bukan skincare seperti yang viral di TV itu loh yaa. Nesa maunya yang jujur-jujur saja, biar usaha kecil tapi berkah. Nesa tidak mau masuk penjara. Rugi dong, sudah punya banyak uang malah tidak bisa menikmati.
“Kalau Oma happy, dana juga ada gas saja Oma. Oma juga harus menikmati masa tua kan.”
“Tapi Biem Oma biasanya ikut lo sus, memang kamu sanggup dirumah sendiri? Jangan harap daddynya anak-anak mau bantu. Anak itu jarang pulang Sus.”
“Huaaaa huaaa.” Tau pengasuh dan Omanya sedang asyik bercerita, Arav menangis kencang meminta perhatian.
“Sayangnya sus minta digendong ini… lucunya gemesss.”
Nesa segera menyingkirkan semua bantal dan menggendong Arav dengan lugas. Dia sepertinya mengantuk, tak lama kemudian Arav langsung terdiam bersandar didadanya. Arav tau saja mana yang empuk-empuk, langsung nemplok tidak pakai drama. Nesa semakin sayang deh dengan bayi ini.
“Oma ini loh, hopeless banget kayanya sama anak sendiri haha.” Nesa terbahak sambil puk-puk punggung Arav dengan lembut. Dia melirik wajah bayi gemesnya, dia sudah tertidur dengan lelap.
“Nanti kamu akan lihat sendiri deh sus, nanti Oma dikira mami yang jahat sama anak sendiri.”
pliss
bagus banget