NovelToon NovelToon
Sulastri, Aku Bukan Gundik

Sulastri, Aku Bukan Gundik

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Cerai / Penyesalan Suami / Era Kolonial / Balas Dendam / Nyai
Popularitas:16.4k
Nilai: 5
Nama Author: Anna

“Sekarang, angkat kakimu dari rumah ini! Bawa juga bayi perempuanmu yang tidak berguna itu!”

Diusir dari rumah suaminya, terlunta-lunta di tengah malam yang dingin, membuat Sulastri berakhir di rumah Petter Van Beek, Tuan Londo yang terkenal kejam.

Namun, keberadaanya di rumah Petter menimbulkan fitnah di kalangan penduduk desa. Ia di cap sebagai gundik.

Mampukah Sulastri menepis segala tuduhan penduduk desa, dan mengungkap siapa gundik sebenarnya? Berhasilkah dia menjadi tengkulak dan membalas dendam pada mantan suaminya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sulastri 29

“Lalu apa jawaban saudari penggugat?” 

Petter menatap sekilas wajah wanita yang menunduk sayu, giginya terus-terusan menggigit bibir bawahnya, jari-jarinya menari gelisah, laki-laki itu tersenyum samar, lalu kembali mendongakkan dagu. 

“Dia mengatakan tidak memiliki keluarga.” 

“Apakah Anda serta-merta percaya dengan jawaban saudari penggugat?” 

“Tidak.” 

“lalu apa yang Anda lakukan?” 

“Saya mencari tau siapa saudari penggugat sebenarnya, dari mana dia berasal dan siapa kelurganya.” 

“Apakah Anda mendapat jawaban?” 

“Ya.” 

“Lantas kenapa Anda tidak mengembalikannya?”  

Petter menunduk sejenak, menyembunyikan segaris senyum muak. “Kenapa saya harus mengembalikan? Bukankah harusnya keluarganya yang mengambil dan berterimakasih, karena nyawa saudari penggugat dan putrinya saya selamatkan!”  

Slamet menelan ludah kasar, mata khas warga tiongkoknya mengerjap cepat, hakim senior itu memang memiliki darah tiongkok meski lahir dari kelurga pribumi totok.  

“Setelah kejadian malam itu, apa keluarganya tidak ada yang mencari?” 

“Ada.” 

“Siapa? Apakah suaminya atau orang tuanya?” 

“Bapaknya datang, marah-marah, bahkan menampar saudari penggugat, suaminya …,” Petter menghentikan ucapannya, sorot matanya menajam jemarinya mengepal kuat. “Dia datang, tanpa sopan-santun, menyelonong dan menarik paksa saudari penggugat.” 

“Andai pada waktu itu, suaminya meminta dengan cara baik, apakah Anda mengizinkan dia membawa saudari penggugat pergi dari rumah Anda?” 

“Jelas. Dia suaminya, dia punya hak membawa pulang istrinya. Tapi, dengan adat kesopanan yang nenek moyang kita wariskan.” Petter menekankan ucapannya, sorot tajamnya berubah seringai tipis. 

“Lalu bagaimana bisa Anda membantu saudari penggugat melakukan aksi nekad ini, menggugat cerai suaminya?” 

“Saudari penggugat yang meminta tolong.” 

“Apa Anda tidak mencegah atau menasehati?” 

“Tidak.” 

Slamet kembali membuka berkas setebal dua inci, menyibak lembar demi lembar, mata tiongkoknya memicing dalam. 

“Saudara saksi, setelah saudari penggugat pulih dari masa pendarahannya, apa kegiatan saudari penggugat saat di rumah Anda?” 

“Hanya mengurus bayinya.” 

“Bukankah itu sangat merugikan Anda?” 

“Kenapa saya harus rugi? Semua ada perhitunganya.” 

Kartijo yang sedari tadi sudah menahan amarahnya, beranjak dari duduknya. jari telunjuknya mengacung tajam, sebelah tangannya berkacak pinggang.

“Londo Bajingan! Berapa kedok sawah yang kamu butuhkan?! Sepuluh, seratus?!” 

Petter tertawa sumbang, jari-jari panjangnya mengusap hidung mancungnya. “Berapa yang kau punya?!” 

Kartijo naik pitam, dia hendak beranjak dari tempatnya. Namun, dengan cepat di tahan ketokan palu Slamet. Suasana pun kembali riuh, semua yang ada di ruangan itu kembali berkasak-kusuk. 

Tok 

Tok

Tok 

“Tenang semuanya … tenang. Atau sidang tidak kami lanjutkan?!” Slamet bersuara sedikit keras. 

“Saudara saksi, itu artinya apa yang Anda lakukan untuk saudari penggugat, Anda hitung hutang?” 

Petter kembali tertawa kali ini sedikit lebih kencang. “Ya.” Suaranya yang dalam menyahut dengan tegas.  

“Baik, cukup dari saya. Saudara pengacara, ada  yang ingin ditambahkan?” 

Hassan yang sedari tadi sudah tidak sabar menunggu gilirannya, berdiri dengan congkak. Ia mengendorkan sedikit dasi salur yang bertaut di kemeja berwarna kunyit tua, dengan langkah penuh kepercayaan diri, pengacara nyentrik itu berdiri tepat di tengah ruang sidang, memegang beberapa lembar berkas dan ballpoint bertinta hitam legam. 

“Terimakasih, Hakim ketua. Saudara saksi, Petter Van Beek, benar?” 

Petter mengangguk mantap. “Benar.” 

“Anda ‘kan seorang tengkulak, juragan tanah yang cukup dikenal di desa, sama dengan klien saya. Apakah Anda pernah mengenal atau mengetahui tentang klien saya?” 

“Tidak.” 

“Kalian ‘kan sama-sama Juragan, bagaimana mungkin tidak kenal atau sekedar mengetahui. Bukankah ada asosiasi kusus untuk para tengkulak di negeri ini?!” 

“Saya tidak tergabung di dalamnya.” 

“Seorang tengkulak dan juragan paling kaya, tidak bergabung dalam sebuah asosiasi?” Hassan mempertegas pertanyaannya, seolah ingin meyakinkan jawaban yang di berikan pihak lawan. 

“Ya.”  

“Kenapa? Apakah berkumpul dengan para juragan pribumi terlalu rendah untuk Anda?”  

“Bukankah pribumi sendiri yang ingin memisahkan diri?” Petter menyahut dengan tegas dan lugas.

“Saudara saksi, saya bertanya. Jadi, Anda cukup menjawab pertanyaan saya, jangan malah ngajak berdebat dengan balik bertanya!” Hassan sedikit meninggikan suaranya, tatapannya menjurus. 

“Itu jawaban saya.” 

Hassan berdehem kecil, sepatu pantopel buluknya menghentak lantai pelan. 

“Saudara saksi, Anda tadi berbicara tentang hutang, dan perhitungan yang harus saudari penggugat bayarkan kepada Anda. Apakah, jika klien saya memberi nominal yang Anda inginkan, Anda akan melepaskan saudari Sulastri dari cengkraman Anda?” 

Petter tersenyum samar, tatapannya menjurus pada Sulastri yang sibuk memelintir ujung kebayanya. “Apa saya mengatakan penggugat harus membayarnya?” 

“Itu artinya, Anda berniat menjadikan penggugat budak, seperti yang sering bangsa Anda lakukan terhadap pribumi?!”  

Para pengunjung pun kembali riuh meneriakkan protes dan cacian. 

“Huuuuu … dasar Londo. Bilangnya saja menolong ujungnya meras keringat juga!” Teriak entah siapa dari kerumunan. 

“Benar itu …,” 

“Sekali penjajah … tetap penjajah!” 

“Sidang ini tidak fair …,” 

“Benar …. 

“Huuuuuu …. 

“Tenang semua tenang!” Slamet kembali menenangkan. “Saudara pengacara, apakah sudah cukup?” 

“Belum, Yang Mulia. Masih ada sedikit yang ingin saya ketahui dari saudara saksi.” 

“Silahkan lanjutkan! Hadirin harap tenang, agar sidang bisa kita lanjutkan!” lanjut Slamet, kembali menyimak dengan saksama. 

“Saudara saksi, Anda tadi mengatakan, klien saya menyalahi adat kesopanan yang di ajarkan nenek moyang, benar?” 

Petter mengangguk yakin. 

“Lalu, apakah menurut saudara, yang saudara lakukan terhadap saudari penggugat, tidak menyalahi aturan kesopanan? Bukankah yang Anda lakukan jauh lebih menyalahi moral bangsa ini?!” 

“Apakah dengan menahan dan meminta seorang wanita yang sudah bersuami, tinggal bersama Anda tidak menyalahi adat ketimuran yang bangsa ini junjung tinggi?!”  

“Keberatan, Yang Mulia.” Pramono menyela pertanyaan Hassan yang mencerca.  

“Keberatan di terima. Saudara Pengacara penggugat silahkan sampaikan keberatan Anda.” Slamet berujar dengan tegas. 

“Saudara pengacara, saya perhatikan sedari tadi pertanyaan Anda sedikit melenceng dari kasus ini, apakah niat Anda menggali bukti hanya untuk menyerang personal saksi?” 

Hassan melirik ke arah Pramono, bibi tebalnya melengkung pelan. “Dari kacamata mana saudara bisa mengatakan, saya menyerang personal saudara saksi. Yang saya pertanyakan hanya tentang moral, aturan bangsa dan agama kita?” 

“Saya rasa kita tidak perlu membahas tentang moral, apalagi membawa ras dan agama, kehadiran Tuan Van Beek di persidangan ini hanya untuk memberi informasi, apa yang sebenarnya terjadi malam itu, agar pokok permasalah persidangan ini bisa kita luruskan bersama. Karena, jika kita bicara moral, klien Anda pun melakukan hal yang sama!” Tekan Pramono. 

“Apa Anda yakin klien saya juga melakukan hal yang sama? Klien saya bahkan belum Anda tanya? Kita ini pemuda Indonesia Bung, bukankah seharusnya kita membela bangsa kita sendiri, bukan malah membela penjajah seperti yang Anda lakukan! Apakah Anda lupa isi sumpah pemuda yang kita gaungkan dengan semangat perjuangan!” 

“Lalu, apakah dengan begitu, kita juga melupakan azaz negara kita tentang kemanusian yang adil dan beradab. Apakah kita hanya menilik dari segi moral dan melupakan rasa kemanusian yang sudah Tuan Van Beek lakukan terhadap penggugat dan putrinya?!” Pramono menyahut dengan lantang dan tegas. 

Para pengunjung kembali riuh, ada yang bersikukuh dengan pendapatnya, banyak pula yang mulai goyah. 

Hassan mendengus kesal, niatnya menyerang Petter untuk merubah pandangan masyarakat dan melihat kasus ini sebagai kesalahan moral Sulastri. Namun, sepertinya dia lupa bahwa masyarakat pun punya rasa kemanusiaan yang tinggi.  

Slamet kembali menengahi, ketokan palunya jauh lebih nyaring dari sebelumnya. 

“Tenang semua tenang! Saudara Hassan, apakah masih ada yang ingin di tambahkan?” 

“Cukup, Yang mulia.” Hassan menyerah dengan wajah masam. 

“Baik, Tuan Van Beek, silahkan kembali ke tempat Anda.” 

Petter berjalan dengan tenang, sudut matanya melirik wanita beralis lancip yang sedari tadi memperhatikannya tanpa berkedip. 

Slamet—sang hakim ketua kembali mengambil alih jalannya persidangan. Tangan gempalnya mengganti tumpukan berkas yang berserak di mejanya. 

“Baik. Sidang akan dilanjutkan setelah makan siang untuk mendengarkan pembelaan dari tergugat. Saya harap semua bisa kembali tepat waktu. Saya akhiri sidang pagi ini

“Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.”

Tok! 

Bersambung.

Maaf telat update ....

Amatiran ini encok dari tadi malam🤧

1
Nanda
udahlah kasmaaaan.🙃🙃
Nanda
👍👍👍
SooYuu
alah keri keri keri
Nanda
apesnya malah dapet kartijo halaahh
SooYuu
nggak ada abisnya cibiran² ini😭
Nanda
lehernya diemut sama Anne kan? iya dong? positif aja aku mah
Nanda: Oalah tanda lahir ya?? emang ada sih, kayak luka bakar gitu.
total 2 replies
Nia Rahmi
apa peter anak biyung rasmi ya
Anna: Yang penting nggak sodaraan ama Kartijo. Author nggak rela🤧
total 2 replies
Sayuri
panasin trus sim mpe gosong
Sayuri
minta trjmhn dong
Sayuri
dia kn sasimo
Nia Rahmi
nah sekarng gantian si mimin yg ďikatain gundik dan mmg itu knyataannya
durrotul aimmsh
boso jowone medhok lan klasik banget mba'e🤭
durrotul aimmsh: asline tiang pundhi?
total 2 replies
Nanda
Nur gak ekspek sebrutal ini wkwkwkw
Anna: terbiasa numbuk jamu 🤣
total 1 replies
Nanda
aku orang Sunda, bahasa Jawa aku pas-pasan. aku gak ngerti. help kasih terjemahannya dong kak 😥😥
Anna: Intinya begini" Lastri buang yang item dapetnya putih mulus, Amina sudah ngrebut yang hitam main gila sama yang hitam pula" heheee, next akan saya kasih terjemahan, Kak. maaf untuk ketidak nyamanannya 🙏🙏🙏
total 1 replies
cinta semu
ya harus update tiap hari ...kalo bisa lebih banyak ...biar makin puas q baca ny ...😂jangan lupa makan teratur sm istirahat yg cukup ...biar tubuh dlm keadaan sehat selalu ..
Anna: Amin, matursuwun semangatnya 🫶🫶
total 1 replies
Sayuri
apakah hari ini kk tor kelupaan lg?
Anna: tidak kakak yang baik, up agak sore karena baru sempet nulis, dari semalam ketularan Petter demam asmara #eh🤧🤭
total 1 replies
Sayuri
nah loh awas
Sayuri
kalo ma kartijo, boro2 di kasih minum
Nanda
wkwkwkwk. gapapa kak, makasih udah update 😍
Sayuri
mana ea kok blum up lagi?
Anna: salah setting tanggal, saya kira hari tanggal 10 🤣
total 5 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!