NovelToon NovelToon
Kebangkitan Zahira

Kebangkitan Zahira

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / Pelakor jahat / Cinta Lansia
Popularitas:149.3k
Nilai: 4.8
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

pernikahan selama 20 tahun ternyata hanya jadi persimpangan
hendro ternyata lebih memilih Ratna cinta masa lalunya
parahnya Ratna di dukung oleh rini ibu nya hendro serta angga dan anggi anak mereka ikut mendukung perceraian hendro dan Zahira
Zahira wanita cerdas banyak akal,
tapi dia taat sama suami
setelah lihat hendro selingkuh
maka hendro sudah menetapkan lawan yang salah
mari kita saksikan kebangkitan Zahira
dan kebangkrutan hendro

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KZ 14

Tak lama kemudian, Zahid datang bersama Adit ke rumah orang tua Zahira.

Setibanya di sana, Adit langsung disambut hangat oleh ayah dan ibu Zahira, seolah ia sudah lama menjadi bagian dari keluarga.

Raut wajah mereka terlihat akrab, penuh kehangatan dan candaan kecil yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang saling mengenal baik.

Zahira memperhatikan itu dengan heran. Ada sesuatu yang membuatnya merasa asing di tengah rumah sendiri.

"Kenapa Bapak kelihatan akrab banget sama Adit?" tanya Zahira, tak bisa menyembunyikan keheranannya.

"Ya, Kakak terlalu fokus sama keluarga sendiri, sampai lupa kampung halaman," ucap Zahid pelan, tapi tajam.

"Maksud kamu apa?" tanya Zahira, alisnya mengerut, mencoba memahami nada sindiran dalam ucapan Zahid.

"Pa, Dokter Adit ini udah lima belas tahun buka klinik di desa ini. Dia cuma ngasih tarif ke orang-orang kaya, sedangkan buat yang miskin, semuanya gratis," jelas Zahid.

"Bahkan waktu Kak Zaenab melahirkan, yang ngurus semuanya sampai ke rumah sakit itu Pak Dokter Adit."

Zahira terdiam. Ingatannya perlahan kembali ke masa itu—saat Kak Zaenab hendak melahirkan. Ia beberapa kali meminta tolong kepada Hendro, suaminya, agar diantarkan pulang ke desa. Tapi jawabannya justru menyakitkan hati.

"Yang lahiran adik kamu, kok kamu yang repot?" begitu kata Hendro waktu itu, dengan nada dingin yang tak akan pernah dilupakannya.

"Iya, tapi sayang sekali ya... tiba-tiba saja kliniknya tutup gara-gara fitnah dari seseorang yang nggak jelas asal-usulnya," ucap Zaenab, nada suara yang mengandung penyesalan

"Iya, tega banget yang bikin fitnah itu. Sekarang warga desa jadi harus ke tempat yang lebih jauh kalau mau berobat, biayanya juga mahal," timpal Yusni dengan nada kesal.

"Sudahlah, Bu... nanti juga ada balasannya," ucap Adit dengan tenang, seolah kehilangan klinik bukanlah hal besar baginya.

Adit diminta untuk tidak pulang dulu oleh Edi dan Yusni. Mereka memintanya menginap di rumah Zahid.

Zahira berada di kamarnya. Ia tertegun melihat barang-barangnya masih tersimpan rapi, seolah tak ada yang berubah sejak kepergiannya. Semua tertata dengan penuh kenangan

Tak lama, Yusni datang menghampiri Zahira. Ia masuk pelan-pelan ke kamar, lalu duduk di samping putrinya dengan tatapan hangat tenang dan selalu bisa membangkitkan jiwa zahira.

"Kenapa kamu, Nak?" tanya Yusni lembut, melihat raut wajah Zahira yang tampak sendu.

"Aku lagi bingung, Bu... di usiaku yang ke-40 ini, aku harus mulai dari mana? Mau kerja apa juga aku nggak tahu," ucap Zahira, suaranya lirih penuh keraguan.

Yusni memegang pundak Zahira dengan lembut, tatapannya penuh kasih.

"Kamu ini sekolah tinggi, kok masih bingung soal kerja? Ibu nggak lulus SD aja masih bisa hidup sampai sekarang," ucap Yusni, mencoba menenangkan hati putrinya dengan senyum penuh ketegaran.

Kalimat sederhana itu terasa hangat, seperti pelukan yang menyejukkan hati Zahira.

"Selagi kami masih mampu, kami akan rawat kamu, Nak. Untuk sekadar makan, insya Allah kami masih sanggup," ucap Yusni lembut.

"Tapi tetap saja aku harus bekerja, Bu... Aku nggak mau terus merepotkan Ibu dan Bapak," ucap Zahira, menunduk, suaranya bergetar menahan perasaan.

Ada keteguhan dalam ucapannya, tapi juga rasa bersalah yang sulit ia sembunyikan.

"Ya, bekerja itu memang kewajiban setiap manusia, Nak," ucap Yusni sambil menatap lembut wajah putrinya.

"Tapi sekarang, cobalah fokus sama cita-cita dan bakatmu. Kamu sudah terlalu lama menunda. Ini saatnya kamu bangkit." Kata-kata itu masuk ke hati Zahira seperti cahaya hangat di tengah gelapnya keraguan.

"Mengejar cita-citaku di usia seperti ini... apa masih mungkin, Bu?" tanya Zahira lirih, matanya menerawang, seolah bertanya pada dunia sekaligus pada dirinya sendiri.

“Cinta itu nggak pernah datang terlambat, Nak. Dia selalu datang di waktu yang tepat,” ucap Yusni dengan senyum penuh keyakinan.

“Kamu masih ingat, kan, apa cita-cita kamu dulu?” tanyanya lembut, seolah ingin menghidupkan kembali semangat yang pernah padam di hati putrinya.

“Tentu saja aku masih ingat, Bu. Aku ingin jadi penulis,” ucap Zahira pelan, tapi mantap.

“Ibu sudah melakukan banyak hal untuk mendukung cita-citaku… Aku nggak pernah lupa itu.”

Suaranya mulai bergetar, matanya berkaca-kaca—di balik luka, ada rasa terima kasih yang begitu dalam.

"Iya, sekarang fokuslah pada dirimu sendiri dulu, Nak. Bahagiakan dirimu sebelum membahagiakan orang lain," ucap Yusni sambil menggenggam tangan Zahira.

"Ibu, Bapak, dan adik-adikmu pasti mendukung kamu. Dulu, sekarang, dan nanti... kami akan selalu ada untukmu, apa pun yang terjadi."

Kata-kata itu mengalir seperti pelukan hangat, membungkus luka hati Zahira dengan kasih sayang yang tak pernah berubah.

..

..

Sementara itu, Hendro masih berada di rumah sakit. Seharusnya hari ini ia sudah berangkat kerja, tapi dirinya belum juga bersiap.

Biasanya, hal seperti ini bukan masalah. Ibunya sudah beberapa kali dirawat, ini bukan yang pertama. Tapi entah kenapa, kali ini terasa jauh lebih merepotkan.

Zahira… Dulu, separah apa pun sakit ibunya, Zahira selalu bisa mengurus semuanya dengan tenang. Tanpa mengeluh, tanpa menyulitkan.

Sekarang? Bahkan untuk mengambil resep obat saja Hendro harus bolak-balik dari satu ruangan ke ruangan lain. Ironisnya, ia bekerja di bagian perizinan—bagian dari sistem birokrasi itu sendiri. Tapi baru hari ini ia benar-benar merasakan betapa berbelit dan melelahkannya semua prosedur itu.

Ia melirik ke arah Sinta, perempuan yang baru dikenalnya semalam. Menyerahkan ibunya ke orang asing? Rasanya tidak mungkin. Hatinya masih ragu.

Baru sekarang ia menyadari, betapa banyak hal yang selama ini dipikul oleh Zahira… sendirian, tanpa ia sadari.

Hendro menatap layar ponselnya sejenak sebelum akhirnya menekan tombol panggil. Tak butuh waktu lama, suara Ratna terdengar di seberang.

“Sayang, kamu bisa nggak jagain Ibu? Sekarang Ibu dirawat di rumah sakit,” ucap Hendro, suaranya terdengar lelah dan penuh harap.

“Astaga, Mas… kerjaanku banyak banget. Masa aku harus jagain orang sakit juga sih?” jawab Ratna cepat, nadanya terdengar enggan.

Hendro terdiam. Ingin marah? Tapi marah ke siapa? Ini semua keputusannya sendiri—mengkhianati Zahira, menikahi Ratna, dan meninggalkan rumah tangga yang dulu ia bangun.

“Kalau gitu, suruh Angga pulang. Buat jagain neneknya. Aku juga harus kerja,” ucap Hendro dengan nada mulai frustrasi.

“Ah, Mas... kasihan Angga. Semalam dia begadang sama teman-temannya di rumah aku. Aku nggak tega nyuruh dia pulang,” jawab Ratna santai.

“Terus aku gimana? Masa aku nggak kerja?” tanya Hendro, suaranya mulai meninggi karena kelelahan dan tekanan.

“Kamu ini gimana sih? Masalah sepele kayak gini aja repot banget. Kamu kan punya pembantu, suruh aja dia jagain Ibu kamu. Nggak usah dibikin ribet,” balas Ratna dengan nada kesal.

Hendro hanya bisa menghela napas panjang. Menyerahkan ibunya pada pembantu? Rasanya tidak sreg di hati. Tapi apa boleh buat... sepertinya memang tak ada pilihan lain.

Kemudian Hendro mencoba menelepon Anggi. Tapi nomor putrinya itu tidak aktif. Ia menatap layar ponsel dengan kening berkerut.

"Semalam nomornya masih aktif sampai jam empat pagi… Sekarang jam delapan malah nggak bisa dihubungi," gumam Hendro pelan.

Ia menyandarkan tubuh ke kursi tunggu rumah sakit, tatapannya kosong.

"Apa selama ini aku terlalu lembek sama anak-anak? Terlalu memanjakan mereka, terlalu banyak menutup mata?" pikirnya dalam hati.

Perlahan, rasa bersalah mulai menyelinap—bukan hanya pada ibunya, tapi juga pada masa depan yang tak ia bentuk dengan baik untuk anak-anaknya

1
Hasanah
ya kok tamat Si thor
misna wati
terimakasih thor.
semngat ciptakan karya² baru
Haeiril Khadhramy
Ini jelas ATM punya karya author Yulianti Azis. Aku udah baca lebih dulu punya author Yulianti Azis. Aduh,, Thor kalau gak bisa buat cerita gak usah deh. kasihan ide author Yulianti Azis dicuri. Konfliknya jelas banget lho ini.
✍️⃞⃟𝑹𝑨 ••iind•• 🍂🫧: kemiripin dalam alur itu wajar tp hanya di BEBERAPA BAB SAJA!!. kalau secara rinci ini memang konflik dan plot twistnya sama semua. bisa dibilang ATM.
Kalau kamu memang penggemar Yulianti Aziz, tolong jangan rusak karyanya. Kalau kamu tergiur dengan hasil karya Yulianti Aziz yang memang karyanya laku, buat motivasi saja bukan buat diplagiat. oke!!!???
Haeiril Khadhramy: apa anda sudah minta izin sama penulisnya ? saya tidak berniat menutupi rezekimu. tapi jika cara anda salah, maka anda harus di hakimi. alur konfliknya saja sudah mirip, bahkan plot twistnya mirip sekali. untuk cerita Cinderela, memang banyak di adaptasi. tapi dengan pariasi, alur konflik yang berbeda dan plot twist yang berbeda. nah anda, sama konfliknya dan plost twistnya. dan itu hal yang memang salah. jika anda berbicara rezeki. kalau anda mencari rezeki dengan cara yang benar dan halal, maka ketika saya menutupi rezeki anda baru saya salah. masalahnya mencari rezeki dengan tidak halal, apakah anda minta izin sama penulis aslinya untuk ATM ? jadi mohon maaf aja yah, kalau ceritanya mirip. tetap saya rating bintang 1. kecuali anda buat cerita yang semuanya berbeda, alur ceritanya, konfliknya, plot twistnya. namun misalkan cerita anda buat tidak saya suka. tetap saya akan kasi bintang 5, tapi saya kritik.

tapi kalau ceritanya mirip, konfliknya mirip, plot twistnya mirip.
sori yah, saya harus memberi rating 1, biar anda itu belajar menghargai karya orang lain. dengan minta izin
total 4 replies
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Yulianti Azis
Wow keren banget yaa kak. Tinggal ATM cerita saya. Emang gak bisa mikir yaa, sampai-sampai harus sama dengan cerita saya? Anak kembar? tertukar? Konfliknya jelas sama lho. 🤣🤣 lucu banget yaa.
Rita Wati
Puasss dech baca akhir kisah nya
Happy Ending....👍🥰🥰🥰🥰🥰
aliifa afida
luarrr biasaaaa....
Dessy Sugiarti
Yaaa TAMAT KAK BLOM KAN.....
Atika Sari
ancur smua keluarga ini!!!
mahira
lanjut bonchap kk
Jasni Tahir
ending yg bahagia tp mengalirkan airmata
Euis Maryam
kuleren
Euis Maryam
lanjut chapter nya dong thor
Liana CyNx Lutfi
Dan mereka akhirnya hidup bahagia
Annisa
terimah kasih thor untuk tulisaannya
bagus penuh cinga dan sangat menguras emosi
good job pokoknya
Liana CyNx Lutfi
Akhirnya senja dan langit sdh ditemukan
Liana CyNx Lutfi
pada akhirnya orang yg dianggap kampungan yg selalu dihina yg menolong tnpa minta balasan
Liana CyNx Lutfi
puas rasanya ratna di hajar angga ,kasian krn salah didikan mereka jd salah jlan
Rafika Jeef
karya yang luar biasa thor👍🏻⭐⭐⭐⭐⭐
FLA
ahhh part part terakhir yg bikin mewek, tapi berakhir dengan bahagia
Akbar Razaq
Andai ada bintang lebih lima maka akan aku beri buat othor bintang yg lebih banyak banyak lagi.

Ending yg melegqkan,dan berharap Angganjd ank ygnlebih baik lagi.Bagaimana pun juga dia korban dr salah asuh lingkungannya.papa,ibu kqndung dan neneknya.
Ok ku tunggu karya selanjutnya thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!