Romansa Pasangan Halalku

Gegei bersama kedua sahabatnya memasuki cafe, selama beberapa saat mereka ngobrol mendengar keluh kesa Gegei.

"Gei gimana hubungan kamu dengan ka Arkan?"

"Iya Gei, selama tinggal dirumah ka Arkan dia galak enggak?"

Gegei mengerutkan kening membuat kedua sahabatnya gemes penasaran, "Gegei.." Kompak menggoyangkan bahu Gegei.

"Ok. Ok."

Gegei-pun menceritakan habis keadaannya selma tinggal dirumah Arkan, termasuk kebobrokannya yang membuat Arkan menghukumnya juga kebaikan orang tua Arkan kepadanya.

"Loh gila Gei, kalau gue ka Arkan udah gue jemur loh di tiang bendera." Ucap Yona membuat Airin tertawa.

"Eh tapi kamu suka kan sama dia? Secara nih yah dia ganteng dan mapan?" Goda Airin.

Gegei sedikit berpikir mengingat kembali beberapa momen bersama Arkan selama beberapa hari, ada rasa bahagia yang tiba-tiba hingga membuat pipinya memanas. Kedua sahabatnya tersenyum memandangi gegei yang sedikit menunduk, Hampir saja melambungkan senyuman namun Gegei menepis pikirannya, menggeleng kecil.

"Cieee..." Kompak membuat Gegei menyembunyikan wajahnya dibalik telapak tangan.

"Udah enggak usah ngeledek ih." Ucapnya tanpa mengubah posisi.

"Ok. Ok." Balas Yona menenangkan sebelum mereka kembali menikmati hidangan diatas meja, sambil ngobrol biasa.

**

"Gegei?"

Ketiganya terdiam saat mendengar suara yang memanggil, Gegei menoleh ke sumber suara diikuti yang lain.

"Ini Gegei kan?" Tanya Ayunda saat tatapan mereka bertemu.

Gegei terkejut melihat sosok Ayunda didepannya, 10 tahun berlalu mereka kembali bertemu. Belum sempet menjawab ia kembali terkejut saat Arkan dan yang lain menghampiri, lebih tepatnya menghampiri Ayunda. Kebetulan mereka sudah menyelesaikan acara makan bersama.

Arkan menghentikan langkahnya tepat disamping Ayunda saat melihat Gegei, begitu juga dengan Haidar berjalan merangkul Tama sambil ngobrol.

Gegei menatap Arkan dan Ayunda bergantian, suasana menjadi canggung terutama bagi Gegei. Ia sangat tau seperti apa hubungan mereka sebelumnya hingga membuatnya sedikit tidak senang walau ia tidak tahu mengapa perasaannya begitu gelisah kala itu. Sementara kedua sahabatnya saling melirik, mereka juga mengenal Ayunda sebelumnya.

"Kak Ayunda." Lirihnya beranjak dari duduknya diikuti kedua sahabatnya.

"Ternyata memang benar kamu." Tersenyum, "Wah enggak nyangka ya kita bertemu lagi. Perasaan baru kemarin deh liat kamu selalu ngintilin Arkan." Ucapnya ringan mengundang perhatian Haidar juga Tama.

"Kalian kenal?" Tanya Tama.

"Benar kami berasal dari kota yang sama, kebetulan aku dan Arkan teman sekolah kakaknya. Dan dulu dia selalu suka nempel ke Arkan sampai-sampai Arkan dikira pacaran sama anak SMP. Lucu kan?" Ayunda berbalik ke Arkan tersenyum dan Arkan pun mengangguk pelan. Sontak Haidar membulatkan mata.

Gegei terdiam, ia malu karena perkataan Ayunda begitu terus terang. Meski sudah bertahun-tahun namun dengan usianya yang sekarang tetap saja membuatnya merasa malu juga kesal. Ingatannya dimasa itu kembali terlintas membuatnya semakin terpuruk. Gegei merasa selama ini ia akan selalu menjadi lelucon diantara Ayunda dan Arkan.

"Wah kamu cukup mengesankan." Balas Tama namun membuat Haidar dan Airin merasa takut akan Gegei kembali berulah. Ia berpendapat jika perasaan Gegei bisa saja terluka meskipun Ayunda hanya bercanda. Sementara Yona malah curi-curi pandang melihat Haidar.

Gegei mengamati Ayunda yang modis dan juga cantik, memiliki karier yang cukup bagus tentu sepadan dengan Arkan. Melihat kedekatan mereka membuatnya berkecil hati dan tidak percaya diri. Rasanya tak mampu menatap orang - orang didepannya dan ingin berlari memasuki lubang. Arkan Melihat Gegei yang tidak berbicara dan tatapannya lemah dapat ia rasakan jika dia sebenarnya tidak nyaman. Selama beberapa saat suasana canggung itu berlangsung dan Arkan memutuskan membawa Gegei.

"Gegei ayo pulang!" Menarik tangan Gegei begitu saja membuat yang lain keheranan.

"Arkan?" Panggil Ayunda.

"Kamu balik sama Haidar aja!" Balasnya lalu melangkah menggandeng tangan Gegei, yang digandeng bengong.

Ayunda menatap keduanya melewati pintu cafe, hatinya mendadak gelisah melihat mereka namun tidak ada yang bisa ia lakukan selain hanya terus menatap, sementara kedua sahabat Gegei tersenyum gemes melihat mereka.

"Jangan bilang dia...?" Tanya Tama ragu langsung dibalas anggukan oleh Haidar, sontak membuat Ayunda berdebar. Tanpa ia sadari tangannya mengepal.

**

Saat berada diparkiran, barulah Arkan melepaskan tangan Gegei lalu menengadahkan telapak tangan kanannya membuat Gegei mengerutkan kening kebingungan.

"Berikan kuncinya!" Gegei-pun hanya nurut.

"Pak tolong antarkan sekuter merah itu ke rumah!" Memberikan kunci kepada security cafe.

"Baik den."

Arkan membuka pintu mobil samping kemudi, lagi-lagi Gegei hanya nurut. Ia masih saja tidak menyangka dengan momen yang barusan terjadi menjadikan dirinya bersikap lebih tenang. Lagipula ia memang sudah tidak sanggup berada lebih lama disana.

Jarak dari cafe ke rumah Arkan hanya memakan waktu 15 menit, selama itu tidak ada pembicaraan diantara mereka. Gegei bahkan hanya memandang ke arah luar, hatinya gelisah juga terluka, seperti ada sayatan tipis yang membelit begitu saja.

**

_Rumah_

Gegei turun perlahan dari mobil saat Arkan membuka pintu, tatapan keduanya bertemu saat Gegei sedikit mendongak mensejajarkan padangan mereka. Gegei bingung akan sikap Arkan padanya, didepan Ayunda ia hanya diam tapi mengapa lebih memilih membawanya pergi ketimbang menemani Ayunda, padahal jelas-jelas hubungan mereka begitu dekat dulu. Mungkinkah Arkan takut jika Ayunda terluka jika Gegei membantah perkataannya sewaktu dirinya merasa terpojok.

Jika memang hanya demi melindungi perasaan Ayunda maka Gegei merasa terluka, tapi bagaimana jika itu demi kebaikannya? maka apakah salah jika ia sedikit berbesar kepala? Dulu Gegei suka mengikuti Arkan karena menganggap Arkan pelindung baginya, namun dia selalu saja menjadi perantara antara Arkan dan Ayunda. Apa lagi pernikahan mereka karena hanya sebuah perjodohan, itu arti hingga saat ini sepertinya posisinya masih saja sama.

Arkan menarik pashmina Gegei yang sudah tidak berada ditempatnya, menutupi kepala hingga rambutnya tidak lagi terlihat begitu saja. Sontak membuat hati Gegei bergetar, perhatian kecil yang begitu menyentuh membuat perasaannya yang gelisah itu perlahan menghangat. Bukankah laki-laki yang penyayang dan menjaga kehormatan wanita adalah tahta tertinggi.

"Masuklah!" Ucap Arkan, Gegei hanya mengangguk pelan lalu berlari kecil.

***

_SMA Nusa Bangsa_

Nada berdiri memandangi tulisan yang ada didepannya, 7 tahun telah berlalu. Dirinya yang dulu hanya gadis berseragam putih abu-abu, setiap hari berjalan bahkan terkadang berlari kecil memasuki gerbang terutama jika bel sekolah sudah berbunyi. Kini ia pun masih saja selalu berjalan melewati gerbang itu. Namun tidak lagi berstatus siswi melainkan sebagai guru pendidikan agama Islam.

Melihat beberapa siswa-siswi yang berjalan melewati gerbang, membuatnya terharu. Terkadang ingin kembali ke masa itu, meski hanya sebatas duduk mengerjakan tugas, bermain bersama teman sekelasnya tanpa beban. Terlalu banyak kenangan yang terlewati membuatnya merindukan kebersamaan itu. Tak ingin berhenti untuk menjadi seorang anak untuk gurunya yang penuh jasa dalam membimbing dirinya, meski pada kenyataannya saat ini giliran dirinya yang menjadi ibu untuk mereka.

"Pip."

Nada mengalihkan pandangannya saat mendengar suara klakson dari arah belakang. Ia tersenyum saat melihat Hanan yang juga tersenyum menghampiri.

"Assalamualaikum istriku." Ucap Hanan memegang bahu Nada.

Nada-pun tersipu melihat kelakuan Hanan, "Waalaikumsalam." Balasnya menatap, pandangan keduanya cukup lekat. Mendapatkan pasangan yang baik akhlaknya memanglah sangat penting bagi keharmonisan hubungan rumah tangga.

Bersambung...