Banyak orang menyatakan cinta itu indah. Apakah cinta LDR-an itu juga indah? Lalu bagaimana jadi nya, jika cinta LDR-an itu tumbuh subur.
Namun akan semakin menyakitkan. Karena realita nya cinta LDR-an tak selama nya indah dan berjalan mulus. Akan banyak batu sandungan dengan kerikil tajam yang menghampiri tuk menguji seberapa besar dan kuat cinta itu bersemayam di hati dua insan yang kini terpisah jarak yang terbentang.
"Tak ada alasan mengapa aku begitu mencintai nya. Tapi yang pasti aku hanya ingin selalu berada di dekat nya dan menjadi bagian dari cerita hidup nya"
Ini lah kisah dan cerita cinta hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Najwa Camelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Assalamu'alaikum Bidadari ku
Haloo kakak.. Lanjut lagi yuk cerita nya..
Happy reading...
🍁🍁🍁
Aliyah melajukan motor matic nya keluar dari parkir wisata hutan mangrove, menembus deras nya air hujan yang turun membasahi bumi, sedari tadi belum reda juga. Tak peduli angin yang berhembus sangat dingin. Aliyah tetap melajukan motor kesayangan nya. Aliyah mengecek jam tangan nya, sudah hampir 30 menit perjalanan yang ia tempuh. Sambil terus mempercepat laju motor nya. Semakin cepat dan kencang. Hingga terlihat gerbang berwarna hitam dengan pohon palem sedang yang berada di balik pagar.
"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di rumah. Walaupun harus basah kuyup kedinginan." guman Aliyah.
"Assalamu'alaikum, bunda. Mbak Aliyah sudah pulang." Aliyah memberi salam.
Tapi keadaan rumah lagi lenggang, penghuni nya lagi sibuk dengan kegiatan masing-masing di dalam kamar.
Aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku, tiba-tiba pandangan mata ini menjadi kabur dan gelap. Seketika tubuh ku ambruk terjatuh di lantai, setelah aku memarkirkan motor di garasi dan baru beberapa langkah kaki ku berjalan ke arah ruang tamu.
"Bundaaa.." Aliyah sempat berteriak memanggil bunda nya dan terdengar suara orang terjatuh di lantai.
Brugg..
Bunda keluar dari kamar dan segera mencari sumber suara yang mengkagetkan itu. Betapa terkejut nya bunda melihat tubuh Aliyah yang sudah terkulai pingsan di lantai.
"Astagfirullah, mbak Aliyah. Kamu kenapa sayang." teriak bunda sembari menepuk pelan pipi Aliyah. "Bangun, Aliyah." panggil bunda lagi dengan panik.
Zudith segera keluar kamar, mendengar suara berisik rame di ruang tamu. Seperti nya suara bunda memanggil mbak Aliyah, ada apa dengan mbak Aliyah dan bunda?.
"Zudith.. Tolong bunda!." bunda berteriak memanggil Zudith.
"Bunda?." Zudith berteriak memastikan yang di ruang tamu memang lah bunda nya.
"Cepat ke sini, tolong bunda. Mbak Aliyah pingsan!.".
Zudith segera berlari ke arah bunda yang sedang nemangku kepala mbak Aliyah.
" Emang nya kenapa dengan mbak Aliyah, bunda?." tanya Zudith binggung.
"Enggak tau, tiba-tiba mbak Aliyah ambruk pingsan di lantai." jelas bunda.
"Cepat angkat, mbak Aliyah. Bawa ke kamar." titah bunda pada Zudith.
"Baik bunda." jawab Zudith sambil menggendong Aliyah masuk ke dalam kamar tidur nya.
***
Hawa dingin terasa semakin menusuk di malam hari. Dan lapisan udara terasa sangat tipis, membuat Aliyah tersenggal meluapkan emosi nya. Dia menahan diri nya, mengatur emosi dan tarikan nafas yang menyesakkan dadanya.
Di sebuah kamar yang tertata rapi, terlihat seorang gadis sedang menatap benda pipih yang sedari tadi di pegang nya. Dia adalah Aliyah, tangan nya tidak beralih sama sekali dari benda itu. Dia terus saja memandangi foto seseorang yang di jadikan wallpaper di ponsel nya. Aliyah mengajak nya berbicara. Namun, yang di ajak bicara hanya tersenyum menatap Aliyah balik tanpa membalas semua percakapan Aliyah.
"Kamu lagi di mana sih bee? Lagi apa sekarang? Kenapa tak kasih kabar, ay na kan lindu bee." pertanyaan absurd terucap dari bibir Aliyah, yang sejak tadi komat kamit bicara sendiri di depan layar ponsel nya. Berharap seseorang yang telah di rindu nya, kini segera mengirim kabar, lewat pesan atau bahkan menghubungi nya. Tentu saja orang yang dia nantikan dan di harapkan kehadiran nya adalah Denis, kekasih hati Aliyah.
Denis yang tiga hari ini tidak pernah memberi kabar Aliyah, sehingga membuat Aliyah pusing sendiri, galau, mewek, khawatir dan ingin segera mendengarkan suara bee nya, canda tawa nya.
Namun, hingga mata Aliyah terpejam rapat, seseorang yang di tunggu nya tak kunjung datang kabar berita nya.
***
Drrrt.. Drrrtt.. Kringgggg..
Ponsel Aliyah berdering kenceng di tengah malam, hingga suara dering ponsel memenuhi kamar tidur Aliyah.
Mata Aliyah masih terpejam, dia mencari keberadaan benda pipih yang terus menjerit tak berhenti ingin di sentuh. Di raba nya nakas di samping ranjang tidur nya. Namun, dia tidak menemukan juga benda pipih yang berisik itu. Dia melempar selimut yang menutupi tubuh nya ke lantai. Membolak balik kan bantal guling nya.
"Berisik." Aliyah menutup telinga nya mencari benda itu. "Gangguin orang lagi mimpi indah aja dah kamu nya." Aliyah mengomeli ponsel nya. Ketika menemukan benda itu. Aliyah segera menggeser icon hijau yang ada di layar benda pipih nya.
Alangkah terkejutnya Aliyah, hingga hampir jatuh ponsel dari genggam tangan nya, mendengar suara dari sebrang telpon.
"Assalamu'alaikum bidadari ku." Denis menyapa Aliyah dengan memberi salam dan suara yang mesra.
"Wa'alaikumussalam kasih na ay." jawab Aliyah lembut setengah tak percaya.
Mimpi kah aku? Atau sedang menggigau? Atau ini nyata?.
Aliyah menepuk-nepuk pipi nya pelan dan mencubit tangan nya. "Aduhh, sakit. Ternyata aku tak bermimpi." guman Aliyah.
"Sayang, lagi apa? Sudah bobo' kah? Bee na ganggu ay kah? Atau biar bee tutup aja telpon nya?!." tanya Denis bertubi-tubi.
"Haiss, apaan bee na. Bentaran deh bee, ay kumpulin nyawa dulu. Beneran ini bee na ay?." tanya Aliyah masih tak percaya.
"Iya, lope, ini bee. Tak ada yang lindu bee na kah? Kalau tak ada, biar bee tutup aja telpon nya." goda Denis lagi.
Yang tak ayal membuat Aliyah langsung berteriak..
"Beeeeeeeeeee."
"Apa, sayang. Tak pakai acara berteriak, kasihan tetangga sebelah kaget dengar suara misteri." ledek Denis terkekeh, senang sekali bisa jailin Aliyah.
"Bee sih, suka na jailin ay. Bahagia kalau ay sudah berteriak bengek, mewek, gulung-gulung dadar gulung." ujar Aliyah cemberut.
"Minta di cubit pipi bakpao na." ledek Denis lagi.
"Bee ntuu yang pipi bakpao, sesama punya bakpao tak boleh minta." jawab usil Aliyah.
"Tak ada yang lindu bee ya? Bee mau ke sebelah aja kalau gitu?." Denis menggoda Aliyah lagi.
"Minta di timpuk bakiak nih, bee na. Ay lindu bee. Sangat lindu bee."
"Gitu kah? Masak?."
"Iya bee, bee ke mana aja. Tak ada kabar, jangan bilang bee lagi nugas, tak ada sinyal." tanya Aliyah.
"Boleh bee jujur, tapi ay jangan marah ya. Janji."
"Iya bee."
"Iya, apa?."
"Iya, janji. Ay na tak bakalan marah."
"Bee kasih tahu ya. Tiga hari ini bee na sakit, harus istirahat dulu. HP nya juga di sita sama abang gegara bee banyak gadang." jelas Denis.
"Bee sih, kalau sudah pegang hp, gadang muluh. Marah lah abang sama bee na."
"Maka nya, HP bee di sita abang. Dan selama tiga hari bee istirahat total bobo' di hotel.. Uppss, salah bobo' di Rumkit. Sedapp."
"Apaan, bobo' di Rumkit kok sedapp."
"Asik dung, bisa godain perawat nya. Wlekk."
"Minta di iket tangan sama kaki na bee."
"Gimana cara na, coba." Denis semakin senang menjailin Aliyah.
Belum lega si Denis, kalau belum menjailin si Aliyah hingga mewek, teriak-teriak, gulung-gulung di kasur.
"Bisa lah bee. Awas aja, kalau bee na macam-macam, ay getok magic tuh." jawab Aliyah sewot.
"Sudah-sudah, ay bobo' lagi ya. Sudah malam, bee tak suka kalau ay na begadang."
"Iya bee."
"Sini tium bee na dulu, peluk bee."
"Eemmuuaacchh. I love you my king."
"Eemmuuaacchh. Love you too my queen."
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumussalam"
***
bersambung...
terus semangat ya u berkarya
God bless always🙏🤗❤️