Shanum namanya.. wanita periang nan cantik.
Tanpa sebuah rencana, tanpa sebuah aba-aba. Seorang pria tampan dan sukses memintanya untuk menjadi pacarnya. Ya.. "Sebatas Pacar Sewaan" demi menutupi kepergian kekasihnya.
"Satu tahun, hanya satu tahun, berpura-puralah menjadi pacarku." Pinta Pria itu.
"Kenapa mesti aku?" Tanya Sha dengan wajah yang penuh dengan pertanyaan.
Hari demi hari mereka jalani bersama. Cinta hadir tanpa mereka sadari. Tawa dan air mata menghampiri keduanya. Menjadi sebuah kenangan menuju masa depan.
"Aku hanya sebatas pacar sewaan saja. Harusnya aku siap jika saat perpisahan itu tiba, kenapa aku tak rela sekarang."
Mampukah Sha menjalankan hari-harinya? Mari tertawa dan menangis bersama ya.. Yuk, kita kepoin kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kurniasih Paturahman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sendiri
Tiba-tiba saja aku dipindahkan dan yang lebih mengejutkan lagi aku bekerja dibawah Keenan langsung
-Shanum-
🍁🍁🍁
"Shanum.."
"Iya." Jawab Shanum gugup.
"Shanum Anindya Lesham."
"Ya.. itu nama lengkapku." Jawab Sha dan terus melangkah mundur hampir menuju pintu.
"Kau yang menabrak pintu waktu itu kan?"
"No, kau yang membuka pintu tidak mengetuk." Jawab Sha dan membuat pria yang berada di hadapannya saat ini berhenti melangkah dan tertawa kemudian.
"Hahaha... ternyata benar itu kamu. Kalian mirip ternyata." Ucap pria itu lagi dan kembali melangkah namun kali ini menuju kursi yang ada di hadapan Aulia.
"Mirip.. aku mirip? mirip dengan siapa?" Tanya Sha bingung dan ikut melangkah mendekatinya.
"Ya mirip, Keenan baru saja berkata mengenai ketuk pintu. Kaupun berkata hal yang sama."
Shanum terdiam, keningnya mengkerut mencerna maksud dari ucapannya. Bagian mana yang menurutnya mirip, Shanum masih tak dapat memahaminya.
"Sudah..sudah.. kau buat Sha bingung saja Dit."
"Oh iya kah Sha.."
"Ya.." Jawab Sha polos, dengan senyum terlihat memaksa. Auliapun akhirnya tertawa saat itu.
"Sha, kenalin ini Radit."
Shanum perlahan mendengarkan apa yang Aulia sampaikan padanya. Jadi pria ini bernama Radit. Pria yang ia temui di ruangan Keenan dan terakhir kali bertemu di dalam lift. Ya.. itu yang diingat Shanum saat ini.
"Jadi gini Sha, mulai hari ini. Kamu dipindahkan ke bagian yang lain."
"Oh..."
"Kamu akan kerja bersama Radit hingga kontrak berkahir di sini."
"Oke."
"Kamu sudah bisa bersiap sekarang Sha, nanti Radit akan antar kamu ke ruang kerja yang baru."
"Segera ya Sha, aku tunggu di sini." Ucap Radit dan Sha akhirnya melangkah menuju meja kerjanya. Meninggalkan mereka berbincang kembali. Meninggalkan banyak pertanyaan dan kebingungan.
Shanum masih tak paham dengan maksud kepindahannya ini. Siapa Radit, kenapa dia harus bekerja bersama Radit. Aulia kelihatanya juga tidak keberatan atas kepindahannya ini.
Sebenarnya tak banyak yang harus disiapkan. Shanum hanya merapikan sedikit file dan menyerahkannya ke Aulia. Hanya itu saja.. dan kemudian meraih tasnya dan lalu melangkah kembali ke Radit dan Aulia berada.
Kini, Shanum tengah melangkah bersama Radit. Pria yang di sampingnya saat ini, termasuk kategori pria yang tampan menurutnya. Berpakaian rapi dan terlihat lebih ramah dan terkesan santai.
Tiba-tiba saja Shanum membanding-bandingkan dengan sosok Keenan. Keenan tetap paling tampan jika dibandingkan dengan Radit. Dia cuek tapi sebenarnya baik. Sedikit menakutkan, ya sedikit.. tepatnya saat dia marah. Tapi setiap orang pasti menakutkan disaat dirinya marah.
"Ah.. kenapa aku jadi membenarkan sikapnya." Ucap Sha dalam hati.
"Sedang melamun Sha?" Ucap Radit tiba-tiba dengan wajah yang berada tepat di depan wajah Sha.
"Hah.." Ucap Sha terkejut dan Radit tertawa kemudian.
"Yuk masuk." Pinta Radit kemudian saat sebuah pintu lift di hadapan mereka telah terbuka.
Shanum menyusul Radit yang telah terlebih dahulu masuk ke dalam lift. Radit kemudian menekan tombol lift menuju lantai atas.
"Lantai atas, bukannya itu ruangan Keenan." Bisik Sha dalam hati.
Shanum berpikir, seingatnya tak ada lagi ruang lain di sana kecuali ruang milik Keenan. Aulia juga terkahir bilang seperti itu.
"Kita ke lantai atas?" Tanya Sha memastikan.
"Ya.." Jawab Radit santai dengan menatap angka yang kian menaik, tepat di atas pintu lift.
"Memangnya ada ruang kerja di sana?" Tanya Sha mencoba menghapus kebingungannya.
"Banyak.. banyak ruang rahasia di sana." Jawab Radit tersenyum menatap dan terkesan menakuti.
"Ruang rahasia." Ulang Sha sambil menelan salivanya perlahan.
"Hahahah.. aku berbohong." Ucap Radit dan membuat Sha menatap tak percaya.
"Ish.. menyebalkan." Gumam Sha akhirnya.
Tak berapa lama kemudian, pintu lift terbuka kembali. Radit melangkah keluar disusul Shanum kemudian. Shanum masih berpikir saat itu, dimana dia akan ditempatkan.
Sampai akhirnya, Shanum bertanya lagi dan lagi, saat dirinya telah berdiri tepat di depan pintu sebuah ruang yang ia tau, ruang ini adalah milik Keenan.
"Bukannya ini ruangan Pak Keenan?" Tanya Sha lagi memastikan.
"Yup."
"Aku kerja di sini?" Tunjuk Sha bingung.
"Yup."
"Hah.." Ucap Sha kaget, dan Radit langsung membuka pintu itu perlahan.
"Kau sekarang bekerja di bawah Keenan langsung. Pekerjaanmu tergantung darinya. Keenan baru saja keluar meeting, dia minta kamu menunggunya di dalam." Ucap Radit menjelaskan.
"Kapan dia kembali?" Tanya Sha sambil menatap sekitarnya. Rasanya tak nyaman untuk menetap di sini tanpa siapapun dengan ruang yang begitu besar.
"Sore ini harusnya kembali dan Ingat jangan kemana-mana sampai dia kembali. Keenan sungguh mengerikan saat marah." Pesan Radit dan terdengar mengancam dengan wajah tersenyum.
Shanum tak memungkirinya. Ia memang pernah melihat langsung saat Keenan marah di hadapannya. Mengerikan mungkin memang itu kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Keenan saat marah.
"Hemm.. aku tinggal, masih banyak yang harus ku kerjakan." Pamit Radit kemudian dan melangkah pergi.
"Hei.. tunggu. Apa yang mesti ku lakukan di sini sendiri?"
"Kamu bisa membaca buku." Jawab Radit sambil menunjuk buku-buku yang berbaris rapi disebuah rak besar yang bersandar tak jauh dari meja kerja Keenan.
"Membosankan, tebal-tebal sekali itu bukunya." Protes Sha dan dibalas dengan tawa Radit kemudian.
"Baca majalah saja kalau begitu."
"Tak ada yang bisa dikerjakan kah?"
"Belum ada, nikmati saja dulu."
"Baiklah." Ucap Sha pasrah akhirnya.
Raditpun benar-benar pergi akhirnya. Benar meninggalkannya sendiri. Meninggalkan kesunyian dan kebingungan yang begitu terasa.
Shanum akhirnya memberanikan diri, ia mencoba melangkah mengelilingi ruangan ini. Saat pertama kali memasuki ruangan, ada beberapa sofa dengan sebuah meja yang mungkin diperuntukkan untuk menerima tamu. Jauh dari pintu masuk, namun saling berhadapan, sebuah kursi besar dengan meja yang megah yang terletak membelakangi jendela dan itu adalah tempat dimana Keenan bekerja. Jendela besar hampir mengelilingi sebagian ruang ini.
Melangkah lebih ke dalam, menuju rak buku yang sempat ditunjuk Radit tadi. Ada sebuah kursi hitam dengan lemari kecil yang tak jauh dari rak buku ini berada.
"Hem..banyak sekali bacaannya." Ucap Sha sendiri dan terus melangkah.
Shanum terdiam setelah menatap sebuah pintu yang berada tak jauh dari rak buku saat itu. Ia terdiam dan berpikir.
"Ada ruang lagi di dalam ruang ini." Gumam Sha dan masih berpikir.
"Mungkin ini ruang rahasia yang dikatakan Radit tadi." Tebaknya kemudian lalu Sha menggeleng cepat.
"Radit tadi cuman bercanda Sha, bisa-bisanya percaya sama dia." Sanggahnya sendiri dan kemudian kembali melangkah dan kali ini menuju kursi yang berada dekat dengan rak buku itu berada.
Shanum duduk di sana dan akhirnya ia memutuskan untuk mengambil sebuah buku dan membacanya.
.
.
.
.
Semangat.. Semangat UP☺️💪💪💪
Selamat membaca, yuk ikuti kisahnya dan Mohon dukungannya.
Like, favorite, vote dan ratenya ya kakak semua.
Jika berkenan memberikan Gift, author ucapkan terika kasih😚
Semoga betah disini dan tetap setia menanti UPnya🙏
baru sadar kamu sekarang, tapi Uda terlambat 😅😂🤪