NovelToon NovelToon
Pengkhianatan Di Malam Pertama

Pengkhianatan Di Malam Pertama

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Tamat
Popularitas:48M
Nilai: 4.9
Nama Author: Kolom langit

Embun tak pernah menyangka bahwa kejutan makan malam romantis yang dipersembahkan oleh sang suami di malam pertama pernikahan, akan menjadi kejutan paling menyakitkan sepanjang hidupnya.

Di restoran mewah nan romantis itu, Aby mengutarakan keinginannya untuk bercerai sekaligus mengenalkan kekasih lamanya.

"Aku terpaksa menerima permintaan ayah menggantikan Kak Galang menikahi kamu demi menjaga nama baik keluarga." -Aby

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35 : Menagih Janji

Untuk beberapa saat, Aby terpaku di tempat. Ia seperti kehilangan kemampuan untuk berpikir. Ucapan Embun barusan layaknya sambaran petir baginya.

"Aku benar-benar minta maaf, Mbun."

Hanya kata itu yang dapat terucap dari bibir laki-laki itu. Jemarinya bergerak mengusap ujung matanya yang basah. 'Menyesal' adalah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaannya sekarang.

"Apa sudah tidak ada jalan lagi untuk memperbaiki semuanya?" Aby menatap istrinya lekat. Berharap dalam hati akan ada jalan untuk memperbaiki hubungan yang sudah rusak sejak awal.

"Lebih baik kita pisah aja. Dan kita bisa melanjutkan hidup masing-masing tanpa harus saling menyakiti."

Hati Aby mencelos mendengar jawaban Embun. Demi apapun ia tidak akan rela. Yang diinginkan Aby sekarang hanyalah membayar semua rasa sakit yang telah ia berikan kepada istrinya itu dan menggantinya dengan rasa bahagia. Menebus kesalahan dan menjadi seorang suami yang baik.

"Aku nggak mau kita pisah," balas Aby cepat dengan genggaman tangan yang semakin erat. "Kamu boleh menghukum aku dengan cara apapun, aku akan terima! Kalau kamu butuh waktu, aku juga akan menunggu sampai kapanpun waktunya kamu bisa memaafkan aku."

Namun, Embun diam seribu bahasa. Pintu hatinya seolah sudah tertutup rapat untuk Aby. Membuat pria itu tersadar bahwa akan butuh perjuangan berat untuk meluluhkannya.

"Jangan menunggu, Mas. Kamu hanya akan menghabiskan waktu saja. Terlalu banyak rasa sakit yang mungkin tidak bisa dihapus oleh waktu."

"Aku akan tetap menunggu sampai kapanpun itu," ujarnya tanpa dapat ditawar lagi.

Kebisuan tercipta selama beberapa saat. Aby menarik napas dalam, lalu melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia sudah hampir terlambat ke kantor.

"Aku janji akan memperbaiki semua dan mencari jalan terbaik untuk kita. Tapi bukan dengan dengan berpisah." Ia mencium punggung tangan Embun yang masih digenggamnya.

Merogoh saku belakang celana, Aby mengeluarkan dompet miliknya. Sebuah kartu ATM lain ia keluarkan dari sana.

"Aku minta maaf, aku nggak tahu kalau kartu ATM yang pernah aku kasih ke kamu patah."

Embun masih bergeming dengan tatapan mengarah ke taman belakang rumah.

"Kamu pakai yang ini aja dulu. Pin-nya nanti akan aku kirim ke nomor kamu."

Ia menyodorkan kartu ATM ke hadapan istrinya, namun, Embun hanya melirik tanpa berniat untuk meraihnya. Sama seperti saat pertama kali Aby memberikan kartu ATM miliknya. Akhirnya, Aby pun meletakkan ke atas meja. Ia paham bukan salah Embun jika bersikap acuh tak acuh terhadapnya, dirinyalah yang membentuk Embun dari wanita yang lembut menjadi sedingin salju.

"Aku akan ke kantor dulu."

Setelah berpamitan, Aby bergegas meninggalkan Embun yang masih mematung di tempat duduknya. Saat melewati tangga ulir, sepasang manik hitamnya menyorot tajam. Dewa baru saja masuk dan tampak mengobrol dengan Mama Rima. Aby terdiam sebentar memperhatikan keduanya.

"Ini bunda suruh bawa bronies ini buat Tante." Seperti biasa, Dewa menunjukkan senyum ramah.

"Wah, bunda kamu sampai repot-repot buat kue."

"Bunda memang sengaja buat banyak, Tante. Katanya buat dikasih tetangga dekat juga."

"Makasih ya, Dewa." Mama Rima membalas dengan senyum yang tak kalah ramahnya.

Aby mendengkus sebal saat menyadari Dewa tengah melirik ke arah kamar Embun yang tak jauh dari tempatnya mengobrol dengan Mama Rima.

"Oh ya, Tante, bagaimana keadaan Embun?"

"Ada urusan apa tanyain istri orang?" Pertanyaan bernada sarkas itu membuat Dewa dan Mama Rima menoleh.

"Nggak apa-apa. Memang salah kalau aku tanya keadaan Embun?" Ia menjeda ucapannya dengan tarikan napas. "Sebagai salah satu pembina dalam perkemahan kemarin, wajar kan aku menanyakan kabar mahasiswi yang sempat ikut. Apa lagi kemarin Embun sempat kecelakaan di sana."

Melihat adanya ketegangan antara Aby dan Dewa, Mama Rima pun segera menengahi. "Embun tidak apa-apa, Dewa. Hanya lecet, makanya hari ini mau istirahat di rumah," ucap wanita paruh baya itu.

"Oh, syukur deh, Tante. Aku ikut lega," balasnya. "Kalau begitu aku ke sebelah dulu, mau berangkat ke kantor."

"Silahkan, Nak Dewa. Bilang sama bunda kamu, terima kasih bronies-nya."

"Sama-sama, Tante. Nanti aku bilang sama bunda."

Dewa memulas senyum tipis, sebelum akhirnya beranjak keluar dari rumah Embun. Sementara Aby menatap tanpa ekpresi. Udara di sekitar terasa memanas dengan keberadaan Dewa di rumah itu.

Terlebih, semalam Dewa memberinya sebuah ultimatum.

Jangan harap aku akan memberi kamu celah untuk merebut Embun! gerutunya dalam hati.

.

.

.

Vania menatap sebuah rumah berlantai dua di hadapannya. Diputuskan secara sepihak adalah mimpi buruk baginya, dan demi apapun ia tidak akan rela jika Aby meninggalkannya begitu saja tanpa dan lebih memilih Embun.

Setelah menimbang-nimbang langkah yang akan ia ambil semalaman, akhirnya ia memutuskan untuk menemui kedua orang tua Aby.

Gerbang kokoh itu terbuka, memunculkan sosok pria yang diyakini Vania adalah penjaga pos.

"Ada perlu apa ya, Mbak?" tanya pria itu.

"Maaf, Pak. Saya mau ketemu sama orang tuanya Abimanyu. Apa mereka ada?"

"Oh, bapak sama ibu ada di dalam. Silahkan masuk, Mbak."

"Terima kasih, Pak."

.

.

.

Vania belum mampu membendung air mata yang terus meleleh di pipi. Kini ia sudah berada di dalam sebuah ruangan. Ini adalah pertama kali ia menginjakkan kaki di rumah kekasihnya itu. Karena selama berpacaran, Aby belum pernah mengenalkan Vania dengan kedua orang tuanya.

Sepasang pria dan wanita kira-kira seusia orang tuanya menatap penuh selidik. Kebekuan tercipta selama beberapa saat. Jemari Vania saling meremas satu sama lain.

"Maaf, Tante, Om ... kalau kedatangan saya mengganggu. Saya tidak akan nekat kemari kalau tidak ada tujuan penting. Tapi saya rasa perlu membicarakan masalah ini dengan Tante dan Om."

Dahi bunda terlihat berkerut. Ia menatap penuh tanya. "Memang hal penting apa yang mau dibicarakan dengan kami?"

Vania menarik napas dalam-dalam. Seperti sedang mengumpulkan keberanian. Tatapan sepasang suami-istri itu membuat tubuhnya terasa meremang. Namun, ia tak punya pilihan lain. Jalan terakhir yang dapat ia tempuh adalah menemui kedua orang tua Aby.

"Ini tentang hubungan saya dengan Aby ... dan juga tentang janji yang pernah diberikan Aby kepada saya," ucap Vania ragu-ragu.

Kerutan di dahi bunda semakin terlihat jelas. "Memangnya janji apa yang pernah diberikan anak saya kepada kamu? Kamu tahu kan, kalau Aby sudah menikah?"

Vania menganggukkan kepala. "Saya tahu. Tapi ... Aby sudah meminta saya untuk menunggu. Dia juga berjanji akan menceraikan istrinya dan kembali kepada saya."

Spontan sepasang mata bunda membulat mendengar ucapan gadis yang baginya asing itu.

Sementara ayah mengusap dadanya yang mendadak terasa nyeri.

...*****...

1
Lita Pujiastuti
sok kaya sih tuh oma... pake nolak Embun...
Lita Pujiastuti
Mungkin memang sesekali oma diberi pembelajaran...
Lita Pujiastuti
Dewa ngelus dada lagi ya, Thor.. 🤭
Lita Pujiastuti
cinta sebenarnya gk pandang fisik.. cantik atau tdk. ganteng atau tidak, yg bisa merasakan hati. .klo sdh klik... yg oke lah... bungkus ... 😁
Lita Pujiastuti
Ealah ada² aja istilahnya, Thor .... 😄
Lita Pujiastuti
Tuh kan .. bener...
Lita Pujiastuti
Hamidun...
Lita Pujiastuti
Nenek aja sok ngatur² cucu... sebesar apa sih ngasih warisan... shg berani ngatur² rmh tangga cucu....
Lita Pujiastuti
jangan² Embun hamidun nih ..
Lita Pujiastuti
Yg penting suami sayang dan suport istri. org kain gk suka mah. .. abaikan aja. ..
Lita Pujiastuti
Sabar By. .😄
Lita Pujiastuti
apa May Day punya dokter Allan?
Lita Pujiastuti
terbuka, terus terang keadaan yg sesungguhnya... beban pikiran akan ringan
Lita Pujiastuti
Ribet amat, Sis. hidupmu ..
Lita Pujiastuti
Menyebalkan... tp klo sampai Aby dipecat.. kasus penganiayaan lanjut kan... lalu sebarkan berita jg bhw Aby dipecat krn tdk mau diajak damai ken istri nya dianiaya...
Lita Pujiastuti
Aq gk terima itu main gampar aja... maaf sj gk cukup ..
Lita Pujiastuti
Woooo.... salah alamat buk.... yg ibu cari pasti Siska... bukan Embun.... lihat dulu alamat rumah dg benar .. main gampar aja... 😠
Lita Pujiastuti
se simpel itu kan, Mbun. Kejujuran itu penting, walaupun bisa saja dapat resiko terburuk
Lita Pujiastuti
Tuh kan... tinggal bilang aja, jujur ..
sendainya hal terburuk pun yg terjadi, ya hrs siap. Drpd ditutup²i lama² tahu juga.. itu lebih menyakitkan ..
Lita Pujiastuti
Tinggak bilang alasannya saja kok ribet banget to, Mbun ...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!