Niat awal Langit ingin membalas dendam pada Mentari karena telah membuat kekasihnya meninggal.Namun siapa sangka ia malah terjebak perasannya sendiri.
Seperti apa perjalanan kisah cinta Mentari dan Langit? Baca sampai tuntas ya.Jangan lupa follow akun IG @author_receh serta akun tiktok @shadirazahran23 untuk update info novel lainnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shadirazahran23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Keesokan harinya, Abi kembali berkunjung ke rumah Mentari. Seperti biasa, pria itu membawa paperbag berisi makanan. Begitu ia mendekati pintu, secara kebetulan Mentari keluar.
“Lho, kan aku sudah bilang kamu nggak usah kerja lagi, Tari. Biar aku yang biayai hidup kamu,” ucapnya, karena melihat Mentari yang sudah siap dengan tas kerjanya.
Mentari hanya diam, enggan menanggapi. Kejadian kemarin benar-benar membuatnya sadar bahwa selama ini Abi sudah tidak mencintainya lagi. Hati pria itu… sudah terbagi dengan wanita lain.
“Aku nggak mau nyusahin kamu, Bi…” ucap Mentari lirih.
Abi tersenyum kecil.
“Nggak ada yang bikin aku susah, Tari. Kamu itu tanggung jawab aku,” balasnya.
“Ayo masuk lagi. Aku bawain burger buat kamu.” Ia merangkul Mentari, hendak membawanya kembali ke dalam.
Namun langkahnya terhenti. Kening Abi mengerut ketika tubuh wanita itu tetap berdiri kaku di tempatnya.
“Kenapa?” tanya Abi heran.
“Aku nggak suka burger,” jawab Mentari pelan.
Seketika Abi terdiam. Ia berkedip, lalu berusaha tersenyum walau tampak kikuk.
“Maaf… aku pikir kamu sudah menyukainya. Kalau begitu, maafin aku ya. Kamu mau sarapan apa? Biar aku belikan sekarang.” Suaranya terdengar penuh rasa bersalah. Ia benar-benar lupa makanan kesukaan wanita yang dulu sangat ia cintai itu.
Mentari menarik napas panjang.
“Bi… kamu nggak perlu repot-repot beliin aku apa pun. Dan… kamu juga nggak perlu datang lagi ke sini.”
Abi tertegun.
“Kenapa? Apa aku… sudah melakukan kesalahan?” tanyanya terbata, jelas terkejut.
Mentari menggenggam erat tali tasnya.
Ingatannya kembali pada kejadian di toilet hotel.Pengkhianatan itu begitu jelas, begitu menyakitkan, membuat hatinya patah sekaligus menyadarkannya bahwa semuanya sudah berakhir.
“Enggak, Bi. Aku dan kamu… sudah nggak bisa lagi bersatu. Tembok di antara kita terlalu tinggi, dan aku sudah lelah.” Suaranya pelan, tapi tegas.
Abi menggeleng cepat, wajahnya panik.
“Enggak, Tari. Aku nggak mau putus dari kamu. Aku nggak mau! Kita sudah sejauh ini… please, jangan tinggalin aku.”
Ia meraih kedua tangan Mentari, mencoba membujuknya. Namun Mentari pelan-pelan melepaskan genggaman itu.
“Ibumu benar. Dari awal… hubungan kita ini sudah salah, Bi. Aku sudah pikirkan semuanya.” ucap Mentari, suaranya mulai bergetar.
Abi mengerutkan kening, tidak percaya.
“Tari, kamu ngomong apa sih?”
Mentari menelan ludah, menatap pria yang pernah sangat ia cintai itu.
“Selain itu…” ia menarik napas dalam.
“Anggun lebih cocok buat kamu. Kalian pasangan serasi… dan direstui ibumu.”
Abi membulatkan mata, kaget sekaligus cemas.
“Tari,kamu…”
Mentari memotongnya.
“Bahkan aku juga tahu… apa yang kamu lakukan di toilet itu. Bersama Anggun.”
Kali ini suaranya pecah di akhir kalimat.
Abi terdiam. Tidak ada alasan yang bisa ia berikan.
Mentari memalingkan wajah, berusaha keras menahan air mata yang hampir tumpah.
“Aku rasa… sudah nggak ada lagi yang perlu kita bicarakan.”
Ia menunduk, membenarkan tasnya.
“Aku pergi dulu, Bi.”
Tanpa menunggu jawaban, Mentari melangkah pergi.sementara Abi hanya bisa berdiri, seolah separuh dunianya runtuh dalam sekejap.
"Tapi pria yang bersedia memperistri kamu cuma aku, Tari. Terlebih… masa lalu kamu yang bekas narapidana.”
Langkah Mentari terhenti seketika.
Kata-kata itu menusuk lebih dalam daripada pengkhianatan apa pun.
Tangannya mengepal begitu keras hingga buku jarinya memutih. Air matanya kembali mengalir tanpa bisa ia tahan. Perlahan, ia berbalik,menatap Abi yang kini terasa seperti orang asing baginya.
Tatapan itu dingin, penuh luka.
“Sekarang aku sudah sangat yakin, Bi…” ucap Mentari pelan, namun tajam.
Abi melangkah mendekat, panik.
“Kita nggak akan putus, kan, Tari? Aku cinta sama kamu. Hanya kamu. Anggun itu cuma batu loncatan. Kamu tahu kedudukan aku sekarang… aku butuh power, dan cuma Anggun dan keluarganya yang punya itu.”
Ia mencoba menjelaskan, suaranya bergetar namun tetap terdengar egois.
Mentari menggeleng, bibirnya bergetar menahan amarah dan sakit hati.
“Aku nggak pernah sangka… ternyata Abi yang aku kenal selama ini, ternyata sangat egois.
Abi hanya bisa menatapnya, terdiam, tak mampu membantah.
Mentari menarik napas panjang, seolah berusaha mengeluarkan semua sisa rasa cintanya bersamaan dengan helaan itu.
“Aku sekarang semakin yakin. Dan keputusan aku sudah bulat.”
Ia menatap Abi untuk terakhir kalinya.
“Aku mau putus sama kamu. Mulai sekarang… kita sudah nggak punya hubungan apa-apa lagi.”
Tanpa menunggu reaksi Abi, Mentari berbalik dan berjalan pergi.
Langkahnya gemetar, tapi tegas.
Sementara Abi hanya bisa berdiri, kehilangan kata-kata menyadari bahwa ia baru saja menghancurkan satu-satunya wanita yang benar-benar pernah mencintainya tanpa syarat.
Mentari berdiri di tepi jalan, menunggu angkot yang tak kunjung datang. Matanya sembap, namun ia berusaha menyembunyikan semuanya dengan menunduk.
Sebuah mobil mewah tiba-tiba berhenti tepat di depannya. Mentari sempat mengerutkan kening, heran, sampai pintu mobil terbuka dan seseorang keluar.
Begitu ia melihat siapa pemiliknya, matanya membulat lebar.
Langit.
Pria itu berjalan cepat ke arahnya,wajahnya tegang, penuh emosi yang sulit ditebak. Sebelum Mentari sempat mengucap apa pun, Langit sudah meraih lengannya dengan kuat namun tidak kasar, dan menariknya masuk ke dalam mobil.
Pintu mobil tertutup keras di belakangnya.
“Kamu… kamu mau bawa aku ke mana?” ucap Mentari dengan suara gemetar, napasnya memburu karena terkejut.
Langit menatapnya sekilas,tatapan yang dingin, ia menginjak gas dan melajukan mobilnya tanpa menunggu jawaban.
Tubuh Mentari terhempas lembut ke atas sebuah kasur besar di ruangan yang luas dan mewah. Ia terperanjat, berusaha bangkit, namun Langit lebih dulu berdiri tepat di hadapannya menghalangi setiap jalan keluar.
“Ngapain kamu bawa aku ke sini? Apa yang mau kamu lakukan?” ucap Mentari, suaranya masih bergetar, tapi sorot matanya tidak lagi sepenakut sebelumnya.
Jika kemarin tubuhnya gemetar hebat setiap kali Langit mendekat, hari ini ada sesuatu yang berbeda. Meski napasnya naik turun, ia tetap berani menatap pria itu dengan tajam menantang, meski hatinya hancur.
Langit menunduk sedikit, matanya mengunci Mentari tanpa berkedip.
Wajahnya tegang, rahangnya mengeras, napasnya berat seolah menahan sesuatu yang sudah lama ia pendam.
“Mulai memberimu hukuman,” ucapnya, suaranya dalam dan dingin.
Keheningan berat jatuh di antara mereka, membuat udara seolah ikut menegang. Mentari menelan ludah, namun ia tidak memalingkan wajah.
“Hukuman…? Untuk apa?” tanyanya, berusaha terdengar tegar meski jantungnya berdetak kencang.
Langit mendekat satu langkah membuat jarak mereka hanya sejengkal dan tatapannya semakin gelap.
“Untuk kematian Sila. Kamu masih ingat, kan?”
Suara Langit terdengar begitu tajam.
Mentari langsung membeku.
Begitu mendengar tubuhnya seperti kehilangan kekuatan. Ia tidak berkutik, seolah seluruh masa lalunya kembali menamparnya sekaligus.
Perlahan, ia mengangguk.
Hanya itu yang mampu ia lakukan.
“Baik,” ucap Mentari lirih namun tegas. “Kalau memang itu yang kamu mau… apa yang harus aku lakukan sekarang? Mati di depanmu? Katakan saja. Lebih cepat lebih baik.”
Suara itu bukan tantangan,melainkan kepasrahan seorang wanita yang sedang terluka.
Wanita yang tidak lagi takut mati, karena hidup pun sudah terasa seperti hukuman.
Langit menatapnya lama. Tatapannya seperti retak, namun tetap diselimuti kemarahan yang membara.
“Apa kamu sudah begitu putus asa, Mentari?” tanya Langit, suaranya rendah dan dingin.
Mentari tidak menjawab.
Langit yang tersulut emosi, hampir melayangkan tinjunya. Tangannya terangkat, ototnya menegang.
Namun…
Mentari tetap diam.
Tidak mundur. Tidak menutup mata.
Tidak bereaksi sama sekali.
Hanya hening…
Hening yang justru menampar Langit jauh lebih sakit dari sebelumnya
Bersambung
mentari menjadi tumbal kekasihnya
hampir runtuh,,,jadi Abi pura pura koma
kayanya pakai seragam polisi nya makanya di kira penjaganya dan pasti
pergi pelan pelan mungkin juga ada teman nya yang membantu nya,,,apa pakai ilmu
menghilang 😄 kocak si baru akan bahagia kupikir tidak selamat tapi biar selamat tetapi namanya tupai melompat
suatu hari akan terjatuh jadi biarlah
kena tuai dulu,,, jahat
sangka kan ternyata yang katanya orang
tua tidak menjerumuskan anak anak nya
nah sekarang entu malah benar benar di
dorong ke jurang kesakitan senang sesaat
kesakitan seumur hidup,,,, manusia emng
ga ada yang sempurna tetapi harus kita
ingat kepada sang pencipta karena beliau
yang punya segalanya,,,,nasib sudah di
tanggung badan mana ada kata ampun
sudah dah kehendak ilahi takdir,,🥺
orang baik cuma ambisi mama nya dan
Abi mencintai gadis miskin mentari bubedesss ga terima harus selevel
dan kini justru tidak dapat kan apapun
karir ancur hidupnya masih kembang kempis,,,,antara hidup dan mati hanya
keajaiban tetapi hidup nanti akan di
masukan ke hotel juga wahhh ngenes
lama menerima perasaan pait dan getir
jadi buat bubedesss dan Abi saja yang pait gantian Langit pun sudah berbesar hati merawat Mina yang lemah,
sudah menjadi pasangan suami istri jadi
mentari tidak harus takut atau was was
lagi karena sudah ada bodyguard sekali
Gus Suami Langi sang pangeran berkuda
telah menjemput mu di kala hati terluka
dan mulai saat ini jangan lagi resah di
kemudian hari akan selalu bersama hingga menua bersama menjadi pasangan
yang solid dan penuh kebahagiaan dan
kini sudah ada pendamping ada anak yang
harus di jaga,,, semoga benih nya langsung jadi tumbuh 🤣❤️lope lope sekebon bunga' 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
belum menemukan nya. ternyata sudah tau milina di besarkan Pangit,
dan mentari akan hidup bersama Anak dan ayahnya yang mengadopsi putrinya
semoga cepat ya Lang. ,,,mumpung
nenek lampir bubedesss belum menemukan. cucunya yang sudah di buang,,, ayo mentari sebentar lagi ada
yang akan selalu mendampingi mu
dan ada malaikat yang butuh kasih sayang
kalian berdua dan yang mau di laporkan
koma over dosis dan bubedesss juga
jadi penjaga bahaya,
hidup segan mati pun mau,,,dan bubedesss merasakan penyesalan
panjang jadi sama sama tersiksa dengan
masa lalunya,
kira mentarilah yang sudah membunuh sila ternya Abi ,,,dan mentari yang di jadi
kan kambing hitam oleh Abi demi jabatan
agar tidak gugur,,,,maka itu langit kerja
sama dengan makdes,,,, untuk mengambil
putrinya mentari tak lai tak bukan adalah
cucunya sendiri ,,,, sekarang langit yang
beruntung bisa dapat. mentari dan putrinya biarpun lain Ayah' ga masalah
to 👍👍 semangat