Karena hidup dalam kesederhanaan dan nyaris tak punya apa-apa. Alena dan Keluarganya selalu di hina dan tak henti-hentinya di rendahkan oleh keluarga sepupunya yang termasuk orang berada.
Alena semakin di kucilkan ketika gadis itu di ketahui telah menjalin hubungan dengan pria yang bernama Pradipta Devano Syahputra. Pria yang berprofesi sebagai seorang montir di salah satu bengkel di kota itu.
Namun siapa sangka, Di balik pakaian kotornya sebagai montir, Alena di buat terkejut setelah mengetahui bahwa Devano ternyata seorang Ceo yang kaya raya..
•••••
"Terserah mereka ingin merendahkan mu seperti apa. Yang penting cintaku padamu tulus. Aku janji akan membahagiakanmu serta membungkam mulut mereka yang telah menghina mu dan keluarga mu.." Pradipta Devano Syahputra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balasan Devano..
Sebelumnya...
"Bu.." Wawan menghampiri Wina yang sedang memasak pagi ini. Mulut wanita tak bisa diam seolah sedang mengoceh kesana kemari. Entah apa yang membuat Wina pagi-pagi sudah ribut dengan sendirinya.
"Apa pak...
"Oh, Itu.. Bapak mau ke warga sebelah. Mau nagih utang.. Masa dari kemarin gak bayar-bayar.." Wina menatap sang suami dengan tatapan tajam. Kedua tangannya berkacak pinggang.
"Utang? Ngapain warga kompleks sebelah sampai punya utang ke bapak?
"Kemarin dia beli barang ke toko.. Terus uangnya kurang.. Bapak udah bilang jangan ngebon eh.. Maksa, Yaudah bapak ijinin.. Mana banyak orang lagi, Kayak bapak kan malu.." Wawan juga tampak kesal sekali. Selain di kenal paling berada karena punya toko elektronik yang paling besar, Wawan dan Wina juga terkenal dengan kepelitannya.
"Yaudah pak.. Mumpung masih pagi, Cepet sana tagih.. Enak aja mau ngutang seenak jidat.
"Yaudah, Bapak berangkat dulu.." Wina mengangguk. Sepagi ini, Bahkan masih sangat pagi Wawan sudah berniat pergi ke rumah pak Jumali. Bapak yang katanya punya hutang. Entah berapa hutang pak Jumali terhadap Wawan sampai Wawan sendiri menagihnya sepagi ini.
Dengan motor yang dua bulan baru di beli, Wawan mengendarai motor tersebut ke rumah yang menjadi tujuannya.
Wawan telah sampai. Ia menghentikan motornya dan turun dari kendaraan roda dua itu.
Tok
Tok
Tok
"Pak Jumali! Buka pintunya!
Tok
Tok
Tok
"Woi! Buka pintunya!!
Tak hanya mengetuk pintu dengan keras, Wawan juga berteriak membuat tetangga di sekitar keluar. Karena memang sepagi ini, Mendengar orang berteriak jelas saja kaget.
"Siapa sih? Teriak-teriak.. Udah tahu masih pagi..
"Pak Jumali! Buka pintunya! Punya hutang gak mau bayar.. Kalau punya hutang itu bayar.. Udah dua hari ini!!" Wawan masih berteriak.
Ceklek..
"Ada apa sih? Pagi-pagi teriak-teriak.." Wanita seumuran Wina keluar. Beberapa tetangga pun juga kepo hingga keluar rumah penasaran dan melihat apa yang terjadi.
"Mana suami kamu?
"Ada apa? Kenapa cari saya.." Pria yang di panggil pak Jumali itu keluar juga.
"Nah ini orangnya.. Udah utang malah ngilang.. Kalau punya hutang itu bayar. Kalau gak sanggup belanja di toko saya jangan datang.. Beli barang tapi uangnya kurang.." Jumali menghela nafas panjang. Astaga, Padahal hanya kurang dan itupun hanya sedikit.
"Berapa sih hutang pak Jumali, Sampai pak Wawan nagih sepagi ini..
"Iya, Jadi penasaran..
"Ini pak.. Uangnya saya bayar.." Jumali memberikan uang dua ribuan terhadap Wawan.
"Hutangnya cuma dua ribu? Ya Allah pak Wawan.. Saya kira hutangnya jutaan sampai nagih sepagi ini nagihnya. Ternyata cuma dua ribu toh..
"Heh, Dua ribu gini saya susah nyarinya..
"Halah pak.. Uang dua ribu saya sedekahin. Biar hidup kita itu barokah..
"Gak usah ceramahin saya.. Kalau mau ceramah mending di masjid aja.." Usai menagih uang yang tak cukup untuk jajan anak-anak..Wawan pulang..
Tapi begitu sampai di tengah jalan, Dia di hadang empat orang. Wawan sontak mengerem mendadak.
"Siapa mereka?" Gumam Wawan agak panik. Empat orang itu mendekat. Salah satu dari mereka membawa balok entah apa yang akan di lakukannya.
"Turun!
Wawan semakin takut. Ia segera membelokkan setirnya hendak kembali saja sayangnya semua terlambat karena ke empat orang itu sudah lebih dulu menangkap Wawan.
"Kasih kita uang kalau lo mau pulang dengan selamat.." Kata mereka. Wawan menggelengkan kepalanya, Tak ada satupun orang yang dapat di mintai tolong.
"Tapi saya lagi gak bawa uang..
"Bohong lu! Buktinya tadi lu abis nagih hutang.. Udah cepet, Kasih ke kita sekarang.."
" Saya beneran gak punya uang..
BRAAAK!
"Aaaa motor ku!!!" Wawan berteriak, Kendaraan roda duanya mereka pukuli. Dua orang lainnya sedang memegang tangan wawan agar diam.
Dua orang lainnya memukul motor Wawan hingga motor itu rusak, Banyak baret di bodi kanan kirinya. Belum lagi kaca depannya yang pecah.
"Itu semua karena lo gak mau kasih kita uang.. Usah pulang sono..
.
.
.
"Aduh pak! Bapak ini gimana sih.. Motor cicilannya belum lunas juga udah rusak ya ampun..!" Wina memegang kepalanya yang hendak pecah. Melihat motornya yang kini terlihat begitu mengenaskan.
Dilla yang melihat itu hanya diam tak mampu berbuat apapun. Hingga salah satu tetangga ada yang lewat, Mereka penasaran ada apa kok pagi-pagi udah gaduh..
"Kenapa Bu Wina.. Pagi-pagi udah ribut aja..
"Ya, Ampun.. Itu motor kenapa Bu.. Kok bisa gitu sih? Pak Wawan jatuh ya?
"Enggak Bu.. Tadi bapak saya di hadang beberapa orang terus motornya di ancurin.." Sahut Dilla, Beberapa ibu-ibu itu hanya saling melirik saja.
"Mungkin itu balasan kali Dilla..
"Balasan?
"Iya, Asal kamu tahu ya? Kemarin itu ibu kamu ngerusak motor milik Pak Pandu.. Eh,,Sekarang motornya yang rusak..
Mendengar itu Wina tak terima. Dia berjalan mendekat dengan tatapan tajam.
"Heh! Apa yang terjadi kepada saya ini bukan balasan ya! Ini murni kecelakaan..
"Aduh, Bu Wina udah mending sekarang Bu Wina tobat deh.. Kasihan Bu, Anak sama cucu ibu nanti kalau sikapnya masih terus begitu. Gak bisa kasih contoh yang baik...
"Jangan ceramahi saya ya! Mending sekarang kalian itu pergi dari sini.. Pergi, Pergi..." Ibu-ibu itu akhirnya pergi dan melanjutkan perjalanannya ke toko.
****
"Ada apasih Bang? Kok pada rame-rame.." Alena datang. dengan membawa secangkir teh kesukaan suaminya. Devano yang sedang mengelap motornya menghentikan kegiatan itu.
"Bukan apa-apa.. Udah yuk, Kita masuk.." Alena yang pada dasarnya tak tahu apapun langsung ikut masuk.. Tapi matanya masih sempat melihat ke seberang jalan, Tepatnya di rumah Pakde dan Budhe nya. Wina tampak mencak-mencak seperti orang kesetanan. Alena mengangkat bahu, Entah apa yang terjadi dia tidak mau ikut campur.
"Sayang.. Ayo masuk.. Ngapain masih di luar?
"Itu loh, Budhe sama pakde kenapa ya? Kok kayak nangis gitu..Emangnya ada apa sih..
"Katanya tadi ada orang yang ngancurin motornya, Itu sih yang Abang dengar.." Alena duduk di sebelah sang suami seraya meletakkan secangkir teh itu di atas meja.
"Kok bisa?
"Ya, Mana Abang tahu.. Tapi itu sih, Yang abang denger tadi. Udah deh, Kamu gak perlu peduli sama mereka.." Kata Devan agar Alena tak usah mencari tahu.
"Ya udah, Deh.. Aku mau ke dapur aja bantuin Bunda.." Alena bangkit kemudian kembali ke dapur. Devano mengangkat sudut bibirnya. Pria tampan itu meraih benda pipihnya lalu mengirim pesan untuk seseorang..
"Bagus.. Kalian bekerja dengan baik. Sisanya aku transfer sekarang...
Begitulah pesan yang Devano kirimkan. Semuanya yang terjadi di rumah Wawan pagi ini memang semua soalan rencana Devano. Pria itu tak akan membiarkan orang yang membuat keluarga orang tercintanya terus menderita..
"Ini masih permulaan...
.
.
.
TBC
gantung LG