NovelToon NovelToon
Dear, My First Love

Dear, My First Love

Status: tamat
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Teman lama bertemu kembali / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Dokter Genius / Aliansi Pernikahan / Cintapertama / Tamat
Popularitas:18.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: Mae_jer

Anson adalah putra tunggal dari pemilik rumah sakit tempat Aerin bekerja. Mereka bertemu kembali setelah tiga belas tahun. Namun Anson masih membenci Aerin karena dendam masa lalu.

Tapi... Akankah hati lelaki itu tersentuh ketika mengetahui Aerin tidak bahagia? Dan kenapa hatinya ikut terluka saat tanpa sengaja melihat Aerin menangis diam-diam di atap rumah sakit?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

"Jelaskan apa kesalahan kalian?" suara rendah itu terdengar menakutkan. Fini bahkan tidak sanggup menatap mata Anson. Hanya Aerin yang berani beradu tatap dengan dokter tampan itu.

"Sekali lagi kutanya apa kesalahan yang sudah kalian buat?!" nada suaranya mulai meninggi.

"Lalai dalam bertugas." sahut Aerin dengan sikap tenang dan cenderung masa bodoh.

Anson tertawa keras. Sikap Aerin yang sekarang mengingatkannya pada masa lalu. Sorot mata itu seolah tidak peduli kalau dirinya telah melakukan kesalahan. Itulah salah satu hal yang membuat Anson menjauhinya dulu.

"Siapa yang memberikan obatnya?" tanya Anson menatap lurus ke Aerin dengan tatapan tajamnya lalu pandangannya berpindah-pindah dari Aerin dan Fini yang terus tertunduk. Hanya Aerin yang berani membalas tatapannya.

"Aku." jawab Aerin langsung. Fini langsung mengangkat kepalanya menatap gadis itu. Ia sama sekali tidak menyangka Aerin akan menyembunyikan fakta kalau sebenarnya dirinyalah yang lalai.

"Ada kesalahan dosis, tapi semua baik-baik saja. Aku sudah memeriksa pasien itu, tidak ada masalah besar. Kondisinya sudah kembali normal." kata Aerin lagi panjang lebar.

Namun perkataan itu semakin memicu kemarahan Anson. Lelaki itu menggebrak meja kuat-kuat sampai-sampai para staf lain di luar sana bisa mendengar juga. Mereka penasaran apa yang terjadi di dalam. Biasanya mereka bisa melihat dari balik dinding kaca, tapi hari ini tidak bisa.

Karena Anson sengaja menurunkan Zig blind tirai supaya tidak ada yang melihat dan mendengar pembicaraan mereka dari luar. Walau suara gebrakan meja kedengaran dari luar, namun pembicaraan mereka tidak terdengar jelas. Jadi tidak ada yang tahu apa yang sedang terjadi dalam ruangan Anson.

"Kau pikir salah memberi obat itu bukan masalah besar? Dimana otakmu hah? Kau pikir kau bisa seenaknya bermain-main dengan nyawa manusia, begitu?" tukas Anson sarkas. Ia marah karena melihat raut wajah Aerin yang hanya santai tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Pria itu menarik nafas kasar. Emosinya yang tidak jelas hari ini karena Aerin, di tambah dengan masalah yang baru terjadi, sungguh membuat Anson makin naik darah.

"Dengar, mulai hari ini kau dikeluarkan dari tim ini. Aku tidak suka bekerja dengan dokter yang tidak kompeten, tidak bertanggung jawab dan tak punya perasaan seperti dirimu. Angkat semua barang-barangmu dan pindah ke bagian umum sekarang juga. Kau juga dilarang menangani pasien satu minggu ini. Renungkan kesalahanmu baik-baik sebelum berhadapan dengan pasienmu!" Akhirnya Anson mengambil keputusan. Ia tahu keputusan yang diambil saat marah adalah keputusan yang gegabah. Tapi mau apalagi, semua sudah keluar dari mulutnya. Dia terlalu gengsi untuk menariknya lagi.

Aerin sendiri tampak kaget. Ia tidak berpikir sejauh itu Anson akan bertindak.

Tapi mengingat pria itu yang sudah membencinya dari dulu, ia tidak merasa heran. Anson pasti menggunakan kesempatan ini untuk mengeluarkannya dari tim. Walau hatinya cukup sakit dengan tindakan Anson, ia tidak bisa apa-apa bukan? Lagipula sejak awal dirinya juga tidak berharap masuk ke dalam tim laki-laki itu. Anson mengambil keputusan yang tepat. Dengan begitu, ia tidak akan terlalu banyak terlibat dengan pria itu, juga Logan.

"Dokter sebenarnya aku ... Dokter Aerin ..." Fini, smemberanikan diri untuk berbicara. Sebenarnya masalah yang terjadi murni adalah kesalahannya. Ia jelas tahu.

Dokter Aerin tidak salah apa-apa. Dirinyalah yang lalai. Ia hanya tidak menyangka dokter wanita yang selalu mereka jelek-jelekkan itu malah membelanya. Menutupi kesalahannya, bahkan ...

Fini menunduk merasa bersalah. Ia ingin bilang yang sebenarnya tapi dia masih terlalu takut menatap pria di depannya.

"Dan kau," pandangan Anson beralih ke Fini.

"Gajimu akan dipotong selama tiga bulan." katanya tak ada lembut-lembutnya sedikitpun. Fini bernafas lega. Setidaknya ia tidak di pecat. Selama ini ia hanya mengandalkan pekerjaan itu untuk menghidupi adik-adiknya.

"Keluarlah." pria itu melanjutkan dengan nada dingin. Aerin masih menatap pria itu cukup lama, sebelum akhirnya berbalik pergi.

Anson menatap punggung Ainsley yang lama kelamaan menghilang dari hadapannya. Ia lalu membuang nafas kasar dan menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi sembari memijit pelipisnya

Perasaannya tidak membaik setelah mengeluarkan semua emosinya tadi pada Aerin. Apakah dirinya sudah keterlaluan? Tapi salah sendiri, gadis itu sengaja mengabaikan tugas, bahkan tidak merasa bersalah sedikitpun. Sudah beruntung ia tidak sampai memecat. Namun, kenapa hatinya malah makin gundah?

Di luar, Andrea mendekati Aerin. Fini masih berdiri di sebelah Aerin dengan raut wajah bersalah.

"Kenapa kau mengemasi barang-barangmu?" tanya Andrea melihat Aerin mengemasi semua barang-barangnya.

"Dokter Aerin, aku ..." Fini terus menatap Aerin penuh perasaan bersalah. Andrea menatap keduanya bingung. Aerin yang terus mengemasi barang-barangnya, dan Fini yang tidak pindah-pindah juga dari samping gadis itu.

"Fini, jelaskan apa yang terjadi?" Andrea meminta penjelasan pada Fini.

"D ... Dokter Aerin ... Dipindahkan kembali kebagian umum dan dilarang bertugas selama seminggu."

"Apa?!" pekik Andrea tidak menyangka.

Dokter Anson benar-benar keterlaluan. Kenapa langsung mengambil keputusan memindahkan Aerin seenaknya begitu? Sekalipun dia adalah anak pemilik rumah sakit, tapi tidak bisa seenaknya begitu juga kan.

"Aku harus bicara dengan dokter Anson." katanya bersiap-siap melangkah keruangan Anson tapi suara Aerin menahannya.

"Andrea," Andrea menghentikan langkah dan berbalik menatap Aerin yang menggeleng padanya.

"Biarkan saja. Lagipula aku tidak begitu suka di sini. Aku hanya di kembalikan ketempat semula, bukan dipecat." ucap Aerin dengan wajah tegar. Meski dalam hatinya ia merasa sesak. Ia tidak bisa memungkiri bahwa masih ada perasaan yang tersisa dalam hatinya untuk Anson. Itu sebabnya ia merasakan sesak mengetahui pria itu masih sangat membencinya.

"Tapi Aerin,"

"Semuanya selain dokter Aerin, kita dipanggil keruangan dokter Anson sekarang juga." seru Salma yang bekerja sebagai perekam medis. Semua yang ada diruangan itu termasuk Fini dan Andrea mau tak mau ikut pergi meninggalkan Aerin.

Aerin tersenyum kecut. Lalu memasukan lagi semua barang-barangnya dikotak besar. Tak butuh waktu lama baginya untuk meninggalkan ruangan itu. Ia sempat menatap ke dalam ruangan Anson sebentar. Zig blind tirai sudah kembali dibuka oleh pria itu jadi Aerin bisa melihat sosok di dalam sana dengan jelas.

Sesaat tatapan mereka bertemu. Anson menatapnya dari dalam sana dengan tatapan tajam yang begitu mengintimidasi. Aerin sendiri berusaha terlihat sebiasa mungkin. Ia tidak ingin pria itu melihat kelemahannya. Ia bahkan tersenyum lebar pada Anson di dalam sana.

"Astaga, lihat dia. Sudah buat kesalahan fatal tapi masih tersenyum lebar begitu. Tak ada rasa bersalah dan tanggung jawabnya sama sekali."

"Kau tahu sendirikan dokter Aerin itu tidak pernah bekerja serius. Jelaslah dia tidak akan merasa bersalah. Orang pikirannya hanya mencari pria tampan dan kaya raya saja sepanjang waktu."

"Jaga mulut kalian, jangan sembarangan memfitnah orang." sergah Andrea merasa tidak terima. Tega sekali mereka menjatuhkan Aerin saat gadis itu tidak ada. Didepan Anson pula. Kan nama Aerin bisa makin buruk.

Bisik-bisik itu bahkan terdengar begitu jelas ditelinga Anson. Pria itu tidak suka mendengarnya. Apalagi sekarang masih jam kerja tapi mereka semua malah bergosip.

"Sekali lagi kalian bergosip di depanku, aku pastikan besok kalian semua keluar dari tim ini!" ancam Anson murka. Suasana langsung berubah hening dan mencekam.

1
Anonymous
😭😭😭
only.xiell
sejauh ini baca novel, baru ada 2 author yang jadi fav banget. tulisan nya rapih banget, ++ nya ada. sedihnya dapet, alurnya jelas ga terlalu cepat dan lambat, suka bangetttt. ‹3
wang lin
ceritanya bagusssss menguras esmosi...😁😁
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
awal yg menarik 😉☺️
wang lin
kapokkkk masih mau julid... untung gk d lempar kya tong sampah
wang lin
anson tuh rin kerjaannya biar kmu gk jd kluar
wang lin
betul sayang jangan cepat luluh yah... biar kan dia pontang panting dlu kejar kmu baru d terima....
wang lin
anson nakal yah main gigit2 kaya drakuli🤣🤣🤣
wang lin
bagus rin jngan lngsung luluh... bikin kapok dlu ansonnya biar tau rasa
wang lin
tau rasa lo klo udh bucin sama ank aku airin...😅😅😅
wang lin
aahhhh sampe mampet idungku nangis.... aku yg sesak bacanya 😭😭😭
wang lin
akhirnya sedikit demi sedikit terkuak...
wang lin
astagaaaaa aku ko esmosi skali yahh.... pngen tak lempar meja mukanya ikan longan biar tambah benjol
wang lin
namanya beda 1 huruf ama anak aku...😄😄😄 airin dan aerin...
Baim Net
part ini meski udah kesekian laki membaca ulang selalu ikut nangiss.. 😭
ayu cantik
suka
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
𝐳𝐮𝐲𝐚 𝐝𝐢 𝐛𝐚𝐛 𝐛𝐫𝐩 𝐬𝐝𝐡 𝟏𝟖𝐭𝐡 𝐭𝐡𝐨𝐫, 𝐤𝐨𝐤 𝐣𝐝 𝟏𝟔𝐭𝐡 𝐬𝐢𝐡 😭😭
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
𝐛𝐞𝐫𝐚𝐰𝐚𝐥 𝐝𝐫 𝐛𝐞𝐧𝐜𝐢 🤣🤣🤣
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠 𝐧𝐲𝐚𝐫𝐢 𝐩𝐞𝐧𝐲𝐚𝐤𝐢𝐭 𝐬𝐢 𝐥𝐚𝐫𝐚𝐬, 𝐧𝐞𝐛𝐞𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐦𝐚𝐧𝐭𝐞𝐧 𝐛𝐚𝐫𝐮 𝐲𝐚 𝐤𝐞𝐬𝐞𝐥 𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢 𝐥𝐚𝐡 𝐣𝐚𝐝𝐢𝐧𝐲𝐚, 𝐥𝐚𝐫𝐚𝐬 𝐛𝐞𝐠𝐨 𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠 🤣🤣🤣
Queen
Rasa di masa lalu belum usai
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!