Menginjak usia 20 tahun Arabella zivana Edward telah melalui satu malam yang kelam bersama pria asing yang tidak di kenal nya,semua itu terjadi akibat jebakan yang di buat saudara tiri dan ibu tirinya, namun siapa sangka pria asing yang menghabiskan malam dengan nya adalah seorang CEO paling kaya di kota tempat tinggal mereka. Akibat dari kesalahan itu, secara diam-diam Arabella melahirkan tiga orang anak kembar dari CEO tersebut
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nanda wistia fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tempat Baru Dan Hidup Baru
Setelah menempuh perjalanan panjang yang melelahkan, akhirnya Arabella tiba di negeri tujuan Tiongkok
Udara musim semi yang sejuk menyambutnya, seolah menjadi pertanda awal baru bagi hidupnya yang sempat porak poranda
Bersama Leo, sepupunya yang setia, Arabella segera membawa ketiga bayi kembarnya ke rumah sakit anak ternama di Beijing. Fasilitasnya modern dan bersih, setiap ruang dipenuhi cahaya hangat yang menenangkan. Dokter dan perawat di sana menangani ketiga bayi mungil itu dengan penuh perhatian
Sementara anak-anaknya mendapatkan perawatan intensif di ruang khusus, Arabella sendiri menjalani masa pemulihan. Luka-luka di tubuhnya perlahan membaik, namun yang lebih berat adalah luka batin dan trauma yang harus ia hadapi
Leo tidak pernah beranjak dari sisinya setiap malam ia menemani, memastikan Arabella tidak merasa sendiri lagi
Waktu pun berjalan cepat. Hampir setahun berlalu, dan kini keadaan Arabella jauh lebih baik. Senyumnya telah kembali, tubuhnya kembali sehat, dan yang paling membahagiakan ketiga buah hatinya tumbuh dengan pesat
Bayi-bayi mungil yang dulu berjuang di inkubator itu kini telah menjadi anak-anak ceria dengan mata bercahaya
Arabella menatap mereka dengan mata berkaca-kaca, penuh rasa syukur
Ia menamai mereka Dimitry, Michel, dan Michelle tiga nama yang mengandung harapan, kekuatan, dan kasih yang abadi
Kehidupan baru Arabella di Tiongkok perlahan mulai menemukan arah
Setelah kesehatannya pulih, ia memutuskan untuk melanjutkan kuliah dan memperdalam ilmu pengobatan tradisional Tiongkok
Baginya, dunia pengobatan bukan hanya tentang menyembuhkan luka fisik, tetapi juga cara untuk menenangkan hati terutama setelah semua penderitaan yang ia alami.
Di sela kesibukan kuliah, Arabella tetap mengurus ketiga anaknya dengan penuh kasih. Setiap malam sebelum tidur, ia menatap wajah Dimitry, Michel, dan Michelle dengan rasa syukur yang tak terlukiskan Mereka adalah alasan baginya untuk terus melangkah
Namun, di balik ketenangan hidupnya di negeri asing, Leo terpaksa harus kembali ke San Francisco
Perusahaan keluarga membutuhkan kehadirannya untuk menangani urusan penting
Meski jauh, Leo tidak pernah benar-benar meninggalkan Arabella. Ia menugaskan beberapa orang kepercayaannya untuk menjaga, mengawasi, dan memastikan Arabella serta ketiga keponakannya hidup dengan aman dan nyaman
Sementara itu, di seberang lautan, perusahaan milik Julian Edward mulai goyah
Saham perlahan merosot, investor kehilangan kepercayaan
Selama ini, banyak yang tidak tahu bahwa tangan dingin di balik kesuksesan perusahaan itu adalah Arabella sendiri gagasan-gagasannya yang cemerlang telah membawa kemajuan besar
Kini, setelah Arabella menghilang, Vania mengambil alih posisi tersebut.
Namun kepemimpinannya jauh dari harapan. Beberapa proyek besar gagal mencapai target, nilai investasi menurun, dan reputasi perusahaan mulai tercoreng.
Para pemegang saham mulai bertanya-tanya
ke mana sosok perempuan yang dulu menghidupkan perusahaan ini dengan ide-ide briliannya?
“Kalau begini terus, kami memutuskan untuk menarik saham dari perusahaan Anda, Tuan Julian,” ucap Tuan Carlos Vasco, salah satu investor terbesar dengan nada tajam dan penuh kekecewaan.
Ruang rapat mendadak hening.
Beberapa investor lain saling berpandangan, lalu mengangguk pelan, menyetujui pernyataan Carlos. Ketegangan terasa menyesakkan udara seolah berhenti mengalir di ruangan itu.
Julian duduk di kursinya dengan rahang mengeras, matanya menatap layar proyektor yang menampilkan grafik menurun tajam.
Nilai saham perusahaan jatuh hampir separuh dalam tiga bulan terakhir.
Vania yang duduk di sisi kanan Julian berusaha menahan gugup. Tangannya meremas ujung map laporan yang sudah lusuh karena bolak-balik ia buka.
Setiap ide yang ia lontarkan selama rapat tak mampu memberikan solusi nyata semuanya berakhir pada kebuntuan.
“Saya... saya hanya butuh sedikit waktu lagi,” ucap Vania terbata, mencoba bertahan di bawah tatapan para pemegang saham yang tajam.
Namun, Tuan Carlos menatapnya dengan dingin.
“Waktu? Kami sudah memberimu waktu tiga bulan, Nona Vania. Tapi apa hasilnya? Proyek baru gagal, nilai kerja sama internasional terhenti. Kalau dulu Arabella yang memimpin, kami tidak akan duduk di sini membicarakan kerugian.”
Nama Arabella kembali menggema di antara mereka, membuat wajah Julian menegang.
Ia tak menjawab apa pun, namun sorot matanya jelas menyimpan gejolak.
Rapat berakhir dalam keheningan yang berat.
Vania keluar dengan langkah gontai, sementara Julian masih terpaku di kursinya.Untuk pertama kalinya, ia merasakan betapa besar kehilangan sosok yang dulu dianggapnya remeh