NovelToon NovelToon
Tangisan Di Malam Pertama

Tangisan Di Malam Pertama

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Naia Seora 25 tahun, pengantin baru yang percaya pada cinta, terbangun dari mimpi buruk ke dalam kenyataan yang jauh lebih mengerikan yaitu malam pertamanya bersama suami, Aryasatya, berakhir dengan pengkhianatan.


Naia dijual kepada pria bernama Atharva Aldric Dirgantara seharga dua miliar. Terseret ke dunia baru penuh keangkuhan, ancaman, dan kekerasan psikologis, Naia harus menghadapi kenyataan bahwa kebebasan, harga diri, dan masa depannya dipertaruhkan.


Dengan hati hancur namun tekad menyala, ia bersumpah tidak akan menyerah meski hidupnya berubah menjadi neraka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 8

“Alhamdulillah, makasih banyak ya Allah. Aku berhasil kabur dari Tuan Atharva,” lirih Naia dengan nafas tersengal.

Keringat bercucuran membasahi pelipisnya, jantungnya berdegup kencang seperti ingin meloncat keluar dari dadanya setelah berhasil meninggalkan hotel megah itu.

“Aku nggak boleh terlihat lagi di depan matanya. Tapi, aku harus ke mana ya Allah? Kalau balik ke kampung, pasti Tuan Muda Atharva bakal nyuruh anak buahnya buat nyari aku sampai ketemu dan itu sama saja akan buat bapak sama ibu menderita dengan masalah yang aku hadapi.”

Langkahnya gontai menuju terminal. Dari kejauhan, matanya menangkap keramaian pasar tradisional yang bersebelahan dengan terminal.

Orang-orang lalu lalang, suara pedagang menawarkan dagangan, aroma rempah, gorengan dan ikan asin bercampur jadi satu.

Naia menatap dirinya di kaca besar salah satu toko. Tubuhnya tampak lusuh, rambut panjangnya terurai berantakan, auratnya terbuka.

“Ya Allah… aku harus nutupin ini. Aku butuh hijab, meskipun cuma selembar,” batinnya, menunduk malu sekaligus takut melihat kondisi tubuhnya yang untuk pertama kalinya selama dia dewasa tak memakai hijab.

Tangannya meraba-raba isi kantong celana training yang dipakainya celana dan baju milik suaminya. Tapi yang dia dapatkan hanyalah saku celana yang kosong tak ada sepeserpun uang.

“Mana mungkin Tuan Muda Atharva menyimpan uang recehan di celananya,” gumamnya sambil terkekeh kecil dengan sikapnya.

Dia kabur hanya dengan pakaian di tubuh, tanpa sepeserpun uang. Napasnya tercekat. “Aku harus gimana? Aku nggak punya apa-apa dan aku nggak bisa pergi jauh tanpa bekal dan persiapan…”

Tiba-tiba, cahaya sore memantul dari pergelangan tangannya. Naia membeku. Di sana melingkar gelang emas yang tadi pagi dipakaikan Atharva, bersama cincin , kalung berliontinkan berlian kecil dan anting yang masih menempel di tubuhnya dengan kuat. Kilau emas itu seperti jawaban dari langit atas masalah yang saat ini dialaminya.

“Alhamdulillah… aku bisa jual ini. Gelang ini pasti mahal harganya.” Suaranya bergetar, matanya berkaca-kaca.

“Maafkan aku, ya Allah… aku cuma pengen bebas dari penjara dunia milik suamiku.” cicitnya.

Dengan tangan gemetar, Naia masuk ke toko emas. Ia memberanikan diri menawar perhiasan itu. Tak lama, pedagang memberikan segepok uang tebal. Hampir seratus juta rupiah nominalnya membuatnya terkejut bukan main.

“Masya Allah… Allahu Akbar,” bisiknya sambil menutup mulut, air matanya jatuh satu-satu.

“Kalau kayak gini, aku bisa bertahan hidup di rantau lebih lama.”

Naia msmufu keluar dari toko emas dengan langkah tergesa-gesa. Ia membeli tas ransel, pakaian sederhana, serta beberapa helai hijab.

Setelah berganti dengan jilbab hitam polos, celana jeans, hoodie putih, kaos lengan panjang dan masker kain, Naia menatap pantulan dirinya di kaca toko pakaian.

“Sekarang, orang nggak akan gampang ngenalin kalau aku Naia Seora.”

Ia menyelipkan uangnya ke dalam dompet, lalu menaruhnya rapat di dalam ransel. Sore itu ia juga membeli roti, air mineral, beberapa makanan ringan serta buah-buahan untuk bekal perjalanan.

Namun kebahagiaan itu tak bertahan lama. Dari ujung jalan pasar, matanya menangkap bayangan beberapa pria tinggi berjas hitam, berkacamata gelap, dengan earphone kecil di telinga penampilan khas bodyguard Atharva suaminya sang Presdir.

Seketika darah Naia seakan berhenti mengalir. Tubuhnya kaku, wajahnya pucat pasi.

“Ya Allah… itu tidak mungkin mereka kan!?” bisiknya.

Refleks, ia menutup mulut dengan telapak tangannya lalu menyelinap ke dalam deretan beberapa baju yang tergantung di toko pakaian. Tubuhnya gemetar, tangannya dingin, matanya memandang penuh ngeri.

“Aku memang istrinya Tuan Muda Atharva…” batinnya ucapannya lirih, ‘tapi aku nggak mau hidupku hancur dengan pria sekejam Atharva Aldric Dirgantara.”

Napasnya tersengal, hampir tersedu. Ia berjongkok, memeluk lutut di antara rak pakaian.

“Astaghfirullah aladzim… gimana bisa mereka tahu aku ada di sini? Bukannya katanya Kak Claudia, kalau aku aman-aman saja kalau kabur? Aku bisa pergi sejauh mungkin…” bisiknya, suara penuh kebingungan bercampur rasa takut.

Naia merapatkan ranselnya ke tubuh, memastikan ponsel dan dompetnya tersimpan aman.

“Aku nggak boleh ketahuan. Aku harus bebas dari penjara Tuan Muda Atharva. Aku harus gegas meninggalkan tempat ini…”

Dengan langkah hati-hati, ia berjalan mengendap-endap ke arah pintu belakang pasar. Matanya terus celingak-celinguk, memastikan tak ada yang mengikutinya.

Namun begitu keluar dan menyeberang jalan, sebuah mobil hitam melaju dengan kencang dari arah kanan.

“Arghh—tidak!!!” teriak Naia dengan suara parau, tubuhnya refleks mundur, matanya terbelalak.

Sedangkan di tempat lain, tepatnya di kamar presidential suite hotel termewah dan termahal itu, suasana mencekam tak kalah panas dari hiruk-pikuk pasar tempat Naia bersembunyi.

Atharva berdiri tegak di depan Claudia, wajahnya merah padam menahan amarah.

Urat-urat di pelipisnya menonjol, matanya menyala seperti bara api. Tanpa pikir panjang, ia meraih leher Claudia dengan satu tangan, mencekiknya kuat-kuat.

“Jangan sampai kaburnya istriku ada hubungannya dengan kelicikanmu, Claudia!” desis Atharva, nadanya dingin sekaligus mematikan.

“Kalau benar kamu dalangnya, aku bersumpah kamu akan merasakan akibatnya sendiri. Mati pun kau tak akan tenang, hidup pun akan jadi siksaan!”

Claudia megap-megap, wajahnya memerah. Dengan sisa tenaga ia berusaha menjelaskan, suaranya serak, nyaris hilang.

“Sa-ya… berani bersumpah, Tuan Muda! Saya… saya tidak tahu kenapa Non Muda Naia bisa kabur begitu saja. Padahal kami semua yang ada di sini sudah menjaganya dengan baik.”

Namun amarah Atharva tak surut. Ia mendorong tubuh Claudia keras-keras hingga perempuan itu terbanting ke dinding marmer kamar, suara benturannya terdengar nyaring.

Brak!!

Claudia terhuyung jatuh, terbatuk-batuk, memegangi lehernya yang memerah.

Dio, yang sejak tadi menatap layar cctv, refleks berdiri kaget. Tubuhnya bergidik ngeri melihat kemurkaan sang majikan yang begitu brutal.

Di sisi lain, Mike yang baru masuk membawa laporan, hampir menjatuhkan berkas-berkas dari tangannya saking terkejutnya.

Keduanya hanya bisa menunduk dalam diam, mulut mereka komat-kamit berdoa agar amarah Atharva tak berbalik mengarah pada mereka.

Atharva mengalihkan tatapannya yang penuh bara ke arah Dio. Claudia yang tergeletak tak digubrisnya sama sekali, seolah ia hanya boneka tak bernyawa.

“Dio!” suaranya menggelegar, menusuk telinga. “Aku kasih waktu lima belas menit. Hanya lima belas menit! Cari dan temukan di mana istriku berada! Kalau kau gagal… kau akan tahu sendiri konsekuensinya!” tegasnya.

Dio menelan ludah, tangannya gemetar di atas keyboard. “Tuan Muda… semua cctv di jalan yang dilalui Nona Muda mendadak mati saat kejadian kaburnya.” Suaranya tercekat, penuh hati-hati.

“Tapi tenang saja Tuan Muda, saya… saya berhasil meretas beberapa rekaman jalanan lain. Dan sepertinya Nona Muda sekarang berada di sekitar terminal kota.”

Atharva langsung terdiam sejenak. Tatapannya berubah tajam, napasnya memburu.

Tanpa mendengar penjelasan lanjutan, ia berbalik dan melangkah cepat keluar kamar. Pintu ditutup keras hingga terdengar dentuman menggema.

Prang!!

Bruk!!

Claudia masih terbaring di lantai, tubuhnya gemetar, matanya berkaca-kaca. Dio dan Mike saling pandang, wajah mereka pucat pasi. Aura mencekam masih menggantung di kamar mewah itu, seperti badai yang belum benar-benar reda.

Begitu pintu suite itu bergetar tertutup keras oleh Atharva, suasana kamar langsung hening. Hanya terdengar deru napas Claudia yang tersengal-sengal.

Tangannya masih memegangi leher yang memerah, bekas cekikan Atharva begitu jelas meninggalkan luka.

Perlahan, Claudia mendongak. Matanya basah, bukan hanya karena sakit, tapi juga karena amarah yang mendidih di dadanya.

Ia menatap pintu yang baru saja ditinggalkan Atharva, bibirnya bergetar menahan geram.

“Sial! Semua rencanaku berantakan,” desisnya pelan tapi penuh bisa.

“Seharusnya gadis kampung itu sudah pergi jauh dan tak pernah kembali. Dan aku… aku yang seharusnya ada di sisimu, Tuan Muda.”

Claudia menghantam meja kaca di sampingnya dengan kepalan tangan, membuat vas bunga mewah di atasnya bergetar keras.

Dio dan Mike hanya bisa menunduk, pura-pura tak mendengar, meski mereka jelas menangkap suara penuh dendam itu.

Air mata Claudia jatuh satu-satu, tapi wajahnya justru makin mengeras. “Naia… kau pikir kau bisa selamat? Kau pikir dengan kabur, kau menang dariku? Tidak semudah itu!” Suaranya bergetar penuh kebencian.

“Aku sudah sepuluh tahun berdiri di belakang Atharva. Dan kau? Kau cuma pengantin baru yang naif. Kau bukan tandinganku!”

Ia menoleh ke arah cermin besar di kamar itu, menatap pantulan dirinya yang kusut dengan leher merah memar.

Bibirnya melengkung sinis. “Naia… aku akan pastikan kau kembali. Tapi bukan sebagai istri yang dicintai melainkan sebagai perempuan yang hancur. Dan saat itu terjadi, Atharva akan menyadari kalau satu-satunya yang bisa ia percaya hanyalah aku seorang.”

Claudia meraih scarf sutra di kursi, menutup bekas cekikan di lehernya, lalu berdiri anggun. Amarahnya kini berganti tekad.

“Baiklah, kalau Atharva sendiri yang turun tangan mencari aku akan ikut bermain. Aku akan pastikan kaburnya Naia justru membuatnya jatuh ke dalam perangkap yang lebih besar. Perangkapku,” gumamnya penuh keyakinan.

Di sudut ruangan, Dio dan Mike saling pandang. Keduanya sadar, bukan hanya Atharva yang berbahaya, tapi Claudia juga menyimpan bara dendam yang bisa membakar siapa saja di sekitarnya.

Sedangkan di jalan raya, Atharva menginjak pedal gas dalam-dalam. Mobil sport mewahnya melesat bagai anak panah, suara mesinnya meraung membelah hiruk-pikuk lalu lintas. Wajahnya tegang, rahangnya mengeras, matanya menatap lurus ke depan penuh obsesi.

“Aku pastikan kau nggak akan kabur lagi, Naia,” gumamnya, suaranya berat bercampur amarah dan luka.

Tangan kirinya mengepal di atas kemudi, urat-urat menonjol. Hanya dalam hitungan menit, mobil itu berhenti mendadak di depan terminal kota.

Ban berdecit keras hingga menarik perhatian beberapa orang. Atharva turun dengan langkah cepat, jas hitamnya berkibar ditiup angin sore.

Langit sudah mulai menggelap, lampu-lampu jalan perlahan menyala. Terminal tampak riuh dari orang-orang berdesakan membawa koper, anak kecil menangis minta jajan, suara klakson bus bersahutan.

Namun perhatian Atharva langsung terpaku pada satu hal yaitu sebuah ambulans yang sirenenya meraung, meninggalkan halaman terminal dengan kecepatan tinggi.

Tatapan mata Atharva mengeras. “Ambulans?” desisnya. Hatinya mendadak berdegup lebih cepat, firasat buruk menyelinap di dalam relung hatinya.

Dio yang menyusul lewat sambungan telepon langsung melaporkan, “Tuan Muda… kami mendeteksi pergerakan mencurigakan. Ada keributan sebentar di sekitar toko pakaian dekat terminal. Dan tak lama kemudian sebuah mobil hampir menabrak seseorang perempuan. Lalu ambulans datang.”

Atharva menghentikan langkahnya, matanya mengikuti lampu merah yang berkedip di belakang ambulans yang semakin menjauh.

Nafasnya memburu. “Naia…” bisiknya lirih, hampir tak terdengar. “Jangan bilang itu kau.”

Dengan geram, ia kembali masuk ke mobil. Mesin meraung sekali lagi, kali ini mengikuti jejak ambulans yang sudah hilang di tikungan.

“Aku nggak akan biarin kau hilang dariku, Naia,” ucapnya dengan suara bergetar, setengah ancaman setengah doa.

1
Isma Isma
baguss Leni kasih tau niaa biar Ndak timbul masalah baruu 🥰🥰🥰🥰
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: kan bagus kalau banyak fans 🤭🤣
total 1 replies
Hana Ariska
gak sabar nunggu kelanjutan nya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak.. insya Allah besok double update
total 1 replies
Milla
Pasti nyaaa anak buah tuan muda arthava 🤭 semangat up thorrr🙏🌹
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Belum tentu 🤭🤣
total 1 replies
Hijriah ju ju
sangat bagus menghibur
Marlina Taufik
seru ni di tunngu lanjut y
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kak 🙏🏻🥰

insha Allah besok lanjut soalnya kalau malam mau jualan dulu cari tambahan penghasilan meski dikit ☺️🤗🙏🏻
total 1 replies
Milla
Lanjutt thorrr💪🌹
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah besok kakak 🙏🏻🥰
total 1 replies
Hijriah ju ju
sungguh miris kisah hidupmu
Rahmi Jo
kenapa nggak dibantu??
Hijriah ju ju
najong loh Arya
Rahmi Jo
kok bisa dahulu bisa jatuh cinta??
Hijriah ju ju
wajar dikasari
Uba Muhammad Al-varo
semoga semua usaha kamu berhasil Naia dan kamu bisa bangkit sementara Artharva menjalani kesembuhan, sebenarnya Artharva orang nya baik tapi caranya salah besar membuat Naia menderita dan kau Arya tunggu detik2 kehancuran mu
Uba Muhammad Al-varo: 👍👍👌 ditunggu kehancurannya Arya dan kedua orang tuanya yang mulutnya embreng
total 2 replies
Uba Muhammad Al-varo
sungguh memilukan hidup mu Naia, semoga ditempat baru nanti hidup mu akan bahagia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: amin ya rabbal alamin
total 1 replies
Uba Muhammad Al-varo
ayo Naia pergi dari kampung mu,cari daerah/tempat untuk menata hidup mu lebih baik lagi dan bikinlah hidup mu dan anakmu kuat,agar bisa membalas semua perbuatannya si Arya
Uba Muhammad Al-varo
kenapa kejadian tragis hanya terjadi pada Artahrva seharusnya terjadi juga pada si Arya keparat
Siti Aminah
ceritanya bagus
AsyifaA.Khan⨀⃝⃟⃞☯🎯™
semoga bahagia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: amin ya rabbal alamin
total 1 replies
Ana Natsir
setuju
Ana Natsir
semoga nggak gila
Ana Natsir
sedih jdi mewek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!