Setelah dikhianati dan mati di tangan suaminya sendiri, Ruan Shu Yue dibangkitkan kembali sebagai putri keempat Keluarga Shu yang diasingkan di pedesaan karena dianggap pembawa sial.
Mengetahui bahwa dirinya terlahir kembali, Ruan Shu Yue bertekad menulis ulang takdir dan membalas pengkhianatan yang dia terima dari Ling Baichen. Selangkah demi selangkah, Ruan Shu Yue mengambil kembali semua miliknya yang telah dirampas menggunakan identitas barunya.
Anehnya, Pangeran Xuan - Pangeran Pemangku yang menjadi wali Kaisar justru muncul seperti variabel baru dalam hidupnya.
Dalam perjalanan itu, dia menyadari bahwa ada seseorang yang selalu merindukannya dan diam-diam membalaskan dendam untuknya.
***
"A Yue, aku sudah menunggumu bertahun-tahun. Kali ini, aku tidak akan mengalah dan melewatkanmu lagi."
Ruan Shu Yue menatap pemuda sehalus giok yang berdiri penuh ketulusan padanya.
"Aku bukan Shu Yue."
Pemuda itu tersenyum.
"Ya. Kau bukan Shu Yue. Kau adalah Ruan Shu Yu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8: Orang yang Mencari Perhatian
Paviliun Haitang sangat tenang. Air mancur di kolam membisikkan suara, namun bukan suara bising yang memekakan telinga.
Bunga teratai sudah mekar, mengapung di atas air yang kadang beriak. Taman di halaman depannya ditata dengan rapi. Tidak ada pengerjaan yang tidak bagus.
Nyonya Shu berjalan menghampiri Shu Yue yang tengah berbaring santai di kursi depan. Di bawah pohon persik yang berbunga, Shu Yue berteduh sambil menikmati ketenangan.
Dahulu paviliun kediamannya juga sangat tenang. Namun, ketenangan itu hanyalah sebuah kamuflase yang menutupi kebisingan hatinya.
“A Yue,” panggil Nyonya Shu.
Shu Yue terbangun menyambutnya. Senyum hangat di wajah Nyonya Shu terukir dengan tulus. Wajahnya sudah mulai menua, namun itu tidak menjadi alasan untuk membuatnya tetap terlihat muda dan berwibawa.
Semasa mudanya, dia mungkin gadis yang sangat cantik. Wajah keibuannya terpancar, membawa kehangatan yang sudah lama hilang dari kamus hidup Shu Yue.
“Ibu, apakah Ibu punya perintah untukku?”
“Tidak. Ibu hanya datang untuk melihatmu. Apakah kamu mulai nyaman dengan kediaman ini? Apakah ada yang kurang? Jangan sungkan untuk memberi tahu. Katakan saja pada Bibi Zhou, nanti dia akan langsung melaporkannya padaku.”
Shu Yue pun akhirnya tersenyum. Ibu kandung ini sangat pengertian dan baik hati. Shu Yue seperti melihat ibunya sendiri, yang sudah lama meninggal dalam tragedi.
Oh, dia juga sudah mati. Ini hanyalah sebuah kesempatan yang diberikan langit untuknya, untuk membalas ketidakadilannya dan menulis ulang takdirnya.
“Ibu, semuanya baik.”
Nyonya Shu memegang tangan putrinya dan matanya berbinar. Rasa bersalah di hatinya yang telah menelantarkannya selama belasan tahun memang tidak bisa ditebus dalam waktu sehari dua hari.
Dia tidak berharap putrinya menerimanya sepenuh hati, karena mungkin akan sangat sulit. Namun, dia pasti akan memberikan semua yang terbaik untuknya, membuatnya betah tinggal di kediamannya sendiri yang sejak awal seharusnya menjadi miliknya.
“Apakah Adik Kelima sudah membaik? Aku dengar kemarin Selir Fang meminta ayah kembali memanggil tabib,” tanya Shu Yue.
Shu Mengli benar-benar gigih. Tidak hanya tidak menyerah, dia bahkan membuat sakitnya seolah-olah menjadi semakin parah.
Shu Yue tidak akan tertipu. Ibu dan anak itu jelas berkomplot mencegah Shu Yue jadi pusat perhatian. Trik lama yang sangat murahan itu tidak akan mempan padanya. Semakin mereka berusaha keras, Shu Yue akan semakin membuat mereka tidak nyaman.
“Oh, jangan pedulikan mereka. Biar ayahmu saja yang mengurusnya.”
Shu Yue mengernyit. Nyonya Shu dan Tuan Shu sangat serasi dan terlihat saling mencintai. Shu Yue bisa melihat kalau Tuan Shu sangat tulus kepada Nyonya Shu.
Hubungan mereka bukan hanya sekadar suami istri yang saling menghormati. Ada cinta yang besar di antara mereka.
Tapi, mengapa Tuan Shu menerima selir dan menjadikan orang bermarga Fang itu selirnya?
“Sebagai seorang nyonya kediaman, ibumu ini sudah sangat sibuk. Urusan selir memang menjadi tanggung jawabku, tapi mereka sungguh tidak pernah berhenti membuat kepalaku pusing.”
“Ibu, penyakit Adik Kelima begitu parah. Jika tabib biasa tidak bisa membantunya sembuh, bagaimana kalau kita meminta bantuan tabib istana?”
Tabib biasa mungkin bisa disuap untuk mengatakan sesuatu yang berkebalikan dari fakta aslinya. Kesaksiannya bisa dimanipulasi.
Tapi kalau tabib istana, itu akan menjadi sangat sulit. Integritas mereka tidak diragukan. Dahulu mungkin ada banyak tabib istana yang licik dan mencari keuntungan.
Tapi sejak Kaisar Muda yang baru naik takhta dan Pangeran Xuan menjabat sebagai Pangeran Pemangku, para tabib yang tidak bersih segera dihukum. Tidak ada lagi tabib istana yang akan berbohong memalsukan kesaksian, apalagi bersedia dibayar untuk memanipulasi fakta.
“Eh, ini bisa dicoba. Baiklah, aku akan bilang pada ayahmu untuk meminta izin dari Kaisar agar bisa mendatangkan tabib istana kemari.”
Nyonya Shu kemudian pergi setelah mendapat ide cemerlang. Pikirnya, ibu dan anak yang selalu berulah itu sudah harus diberi pelajaran.
Sampai kapan mereka akan terus membuat keributan yang tidak perlu itu?
Bibi Zhou kemudian dipanggil beberapa saat setelah Nyonya Shu pergi. Wanita tua yang sangat setia itu membungkuk penuh hormat.
Kini, dia semakin mengagumi Nona Keempat dalam hatinya. Jika Nona Keempat bisa terus mengembangkan karakternya, maka kediaman ini akan kembali menjadi miliknya.
“Nona, apakah Nona punya perintah untuk budak tua ini?”
“Bibi, kau adalah orang terdekat ibu. Kau mengikutinya kemari saat dia menikah dengan ayah. Seingatku, ibu memilih ayah karena ayah adalah laki-laki yang tulus dan lembut. Mereka saling mencintai dengan tulus dan begitu saling menyayangi. Lalu mengapa ayah bisa mengambil selir? Bukankah ayah sudah berjanji kepada ibu bahwa seumur hidup ini dia hanya akan memperistri ibu?”
Mendengar pertanyaan sang nona muda, kepala Bibi Zhou langsung menunduk lesu. Itu kejadian yang sudah sangat lama.
Entah dari mana nona muda keempat mengetahui masa lalu antara ayah dan ibunya, namun yang jelas dia berhak tahu mengapa semuanya berkembang menjadi situasi seperti sekarang.
“Bukan Tuan yang ingin mengingkari janji kepada Nyonya. Tapi, Nyonya Tua yang mengatur Fang Shi masuk kemari.”
“Nenek?”
Tidak ada ingatan yang jelas mengenai sosok nenek Shu Yue ini. Satu-satunya hal yang ia ingat adalah orang yang dipanggil nenek itu begitu tegas dan keras kepala.
Kehendaknya sulit dilanggar dan orang-orang di kediaman kesulitan melawan perintah orang tua. Jika tidak salah, orang yang kala itu menyetujui pemanggilan pendeta untuk memeriksa Shu Yue dan membuatnya dikirim ke pedesaan juga neneknya itu.
Tapi, dia sepertinya sudah meninggal tiga tahun lalu. Kediaman ini diurus oleh Nyonya Shu, yang telah menderita banyak keluhan selama beberapa tahun terakhir. Maka tak heran setelah Nyonya Tua meninggal, Nyonya Shu jadi lebih leluasa mengatur kediaman.
“Fang Shi adalah kerabat yatim piatu Nyonya Tua, juga kerabat Janda Permaisuri. Nyonya Tua tidak mau membiarkannya terlantar sendirian di luar, sehingga mengaturnya kemari. Namun karena di sini sudah ada Nyonya, maka Nyonya Tua hanya bisa membuatnya menjadi selir dari Tuan.”
Ah, jadi begitu rupanya. Dunia memang tidak adil. Bahkan ketika dua orang saling mencintai ingin menikmati hidup dan memenuhi janji, selalu ada orang yang mengacaukan mereka.
Nyonya Shu tidak berbeda dengan dirinya. Hanya saja Nyonya Shu lebih beruntung karena tidak dikhianati sampai mati.
“Tidak menginginkan selir, namun menidurinya sampai punya anak. Benar-benar seorang pria,” ucapnya.
Bibi Zhou panik, lalu menunduk dan meminta Shu Yue agar menjaga ucapannya. Jika pelayan lain mendengarnya dan melaporkannya kepada Selir Fang, nona akan mendapat masalah besar.
Dia bisa dianggap tidak menghormati Tuan Shu dan menghina Selir Fang, yang dapat dijatuhi hukuman melanggar moral wanita terhadap senior di keluarga.
“Wajahmu tidak usah panik seperti itu. Akan sangat bagus kalau orangnya mendengarnya langsung.”
Shu Yue paling benci seorang selir dan paling benci laki-laki yang tidak setia. Jika bisa, dia ingin mengacaukan hidup mereka sampai hancur.
Perselingkuhan yang dilakukan atas nama penyelamatan hidup adalah hal paling konyol di dunia. Dia tidak percaya masih ada laki-laki setia di dunia ini.
“Nona… bukan Tuan Shu yang menginginkannya. Tuan menuruti perintah Nyonya Tua karena tidak ingin melanggar bakti. Tapi, beliau juga tidak ingin membuat Nyonya sakit hati lagi. Tuan tidak pernah dengan sengaja tidur dengan Selir Fang.”
“Maksudmu, ayahku diberi obat oleh ibunya sendiri?”
Pada bagian ini, Bibi Zhou menolak menjawabnya. Kejadian memalukan itu sudah berlalu belasan tahun lalu.
Tuan Shu begitu setia, bahkan tidak ingin pergi memeluk wanita lain meski ada selir di rumahnya. Namun, Tuan Shu juga manusia. Dia bisa kehilangan kendalinya setelah dibius dan diperdaya, dijebak oleh ibunya sendiri.
Shu Yue tertawa sumbang. Hal rendahan seperti membuat mabuk kemudian mengirim orang ke kamar untuk berhubungan suami istri sungguh bisa terjadi di kediaman para bangsawan sekalipun. Tak disangka, dia bisa mendengarnya secara langsung di sini.
Ibunya dulu juga seorang selir, namun tidak pernah menggunakan cara yang rendah untuk memikat ayahnya. Semuanya didasarkan pada kesediaan dan suka sama suka. Walau terkadang setelah itu, mereka seperti orang asing yang baru berkenalan setelah terjadi kecelakaan.
“Ah, jadi, Shu Mengli adalah anak yang tidak diinginkan.”
Tawa sumbang Shu Yue berubah menjadi senyum mengembang yang penuh ejekan. Jika dia mengungkit masalah ini ke hadapan adik kelimanya itu, akan seperti apa reaksinya?
Mungkin saja wajahnya akan berubah jadi hijau. Sama seperti saat Shu Yue yang pernah cemburu karena Ling Baichen lebih menyukai Shen Jia dibandingkan dengan dirinya.
“Aku mau keluar sebentar. Bibi, kau tetaplah di sini.”
“Nona mau pergi ke mana?”
“Restoran Jiluo.”
Emang enak di tampar kenyataan
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣