Kania nama gadis malang itu. Kehidupan sempurnanya kemudian berantakan setelah sang ibu meninggal dunia. Ayahnya kemudian menikahi janda beranak satu di desanya. Kehidupan bahagia yang sempat dirasakannya di masa lalu terasa seperti barang mewah baginya. Kania nama gadis malang itu. Demi menutupi utang keluarganya, sang ayah bahkan tega menjualnya ke seorang rentenir. Pernikahannya bersama rentenir tua itu akan dilaksanakan, namun tiba-tiba seorang pria asing menghentikannya. " Tuan Kamal, bayar utangmu dulu agar kau bebas menikahi gadis mana pun", pria itu berucap dingin. Hari itu, entah keberuntungan atau kesialan yang datang. Bebas dari tuan Kamal, tapi pria dingin itu menginginkan dirinya sebagai pelunas utang. Kania nama gadis itu. Kisahnya bahkan baru saja dimulai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourfee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB
Setelah sukses membuat Felix Senav naik darah, Edward memilih menyiapkan diri untuk bertemu dengan klien pentingnya hari ini. Mengabaikan rasa kantuknya, pria dewasa itu akhirnya masuk ke kamar mandi, mulai membasuh tubuhnya kilat secepat yang dia bisa. 30 menit kemudian, pria itu telah rapi dengan setelah jas mahal yang melekat indah di tubuh atletisnya. Pria itu kemudian keluar kamar. Tujuan pertamanya adalah mengganggu gadis ingusan itu, sebelum dirinya pergi.
TOK TOK TOK
Jemarinya mulai bersentuhan dengan pintu kokoh itu. Tak ada tanda-tanda pintu akan dibukakan. Edward Lamos berusaha memutar gagang kuncinya. "Oh tidak terkunci rupanya". Pria itu menyembulkan kepalanya perlahan, mengecek keadaan di dalam kamar. Terlihat gadis itu sedang tidur dengan rambut yang sangat berantakan, mirip singa jantan. Edward memutuskan masuk,mendekati istrinya. Pria itu terkikik geli melihat pemandangan di depannya. Ia menatap lekat wajah damai itu. Gadis mungil itu bahkan sangat lelap, tidak sadar bahwa dirinya sedang diperhatikan dengan intens. "Dilihat-lihat gadis ini lumayan juga, tidak jelek jelek amat. Sayangnya dia sangat bodoh. Aku sangat penasaran bagaimana dengan reaksi Felix ketika dia tau aku menikahi gadis kurang pintar ini". Edward Lamos berbicara pelan lebih tepatnya berbicara sendiri, persis orang sakit jiwa.
Melihat kedamaian gadis itu, Edward sedikit melupakan tujuan awalnya. Pria 30 tahun itu padahal ingin sekali mengusik si bocah. Edward mendekat, berusaha merapikan rambut sang istri yang terlihat sangat- sangat berantakan. Langkahnya hati-hati, berusaha keras untuk tidak menimbulkan keributan yang mungkin saja akan membangunkan gadis itu. Belum sempat merapikan, DUGGGG. Sakit sekali, Edward mengeluh tertahan. Perutnya sangat sakit ditendang gadis itu. Sang empunya kaki sedikitpun tidak sadar bahwa perbuatannya telah menyakiti manusia lain yang hidup seatap dengannya. Edward mengelus-elus perutnya berusaha mengurangi rasa sakit akibat gadis yang selalu dikatainya bodoh. "Selain bodoh, kau juga sangat anarkis hiks kalau begini kelakuanmu pantas saja kau dibenci ibu tirimu". Edward persis seperti ibu-ibu julid sekarang. Mulutnya komat-kamit menyumpahi gadis itu. Edward akan keluar kamar, tapi "Eh bagaimana kalau dia kelaparan? Ah kusuruh Bi Ratih untuk memasak saja sekarang". Pria itu keluar kamar, mulai menelpon Bi Ratih seorang pelayan kepercayaannya. "Jika dia mencariku, katakan padanya aku ada urusan sebentar. Aku akan pulang sebelum jam makan malam. Bi Ratih mengangguk hormat pada tuannya.
Pria itu perlahan keluar meninggalkan Bi Ratih yang diliputi rasa penasarannya. "Duh sebenarnya siapa gadis itu? Tuan Edward bahkan menyebutnya istri berulang kali".
Edward Lamos mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, mengabaikan puluhan panggilan telpon dari Felix Senav. Pria itu pasti sedang menyumpahinya habis- habisan. Edward terkikik geli. Membuat Felix naik darah seperti sebuah kesenangan tersendiri baginya. Ponselnya masih berdering berisik, Edward memutuskan untuk menerima panggilannya.
"Kau tidak lupa ucapanku tadi kan? Ayolah Edward klien ini sangat penting". Terdengar suara Felix yang bersungut kesal.
"Kau berisik sekali Felix. Tentu saja aku ingat, tenang saja aku sedang di jalan. Harusnya aku sudah tiba sejak tadi, tapi aku harus mengurus istriku dulu. Ah percuma saja berbicara dengan pria lajang sepertimu. Kau tidak akan mengerti, Felix Senav". Edward kemudian tertawa pelan. Ia tau ucapannya barusan mungkin tidak akan dipercayai dengan mudah oleh Felix.
"Edward Lamos, kukatakan sekali lagi. Berhentilah membual. Kau pikir mencari istri seperti membeli semangka? Hilang sehari langsung punya istri. Kurasa kita harus membatalkan agenda kita minggu depan. Mungkin kita akan ke psikiater, saat ini kesehatan jiwamu lebih penting dari harta duniawi". Suara Felix terdengar lelah. Lelah sekali menghadapi atasan iblisnya itu. Edward Lamos tertawa, tak peduli mendengar ocehan sahabatnya, orang kepercayaannya.
"Felix, apa menurutmu aku tidak sepantas itu untuk menikah?" Edward tiba-tiba sendu. Ia tau Felix sangat jujur perihal memberikan pendapat, sejujurnya sekarang ia sangat butuh pencerahan dari pria itu. Ia memang masih muda, namun di usianya yang sudah tergolong matang pria itu tak ingin membuang waktunya sia-sia. Cukup sudah bermainmya, begitu pikirnya. Ia sadar, sadasr sekali kenapa Felix Senav begitu tidak mempercayainya soal pernikahan dadakan itu. Urusannya juga akan semakin repot, karena ia harus menyusun alasan yang paling akal jika ibunya bertanya nanti. Astaga, Edward merasa seperti anak yang paling durhaka sekarang. Ia menikah secara mendadak, tanpa memberitahu ibunya ataupun Felix. Itukah yang disebut keluarga? Pria itu bahkan sangat siap kalau wanita tua itu memarahinya habis-habisan. Apapun itu Edward terima asal kehadiran istrinya bisa diterima baik oleh keluarga angkatnya. Edward yang hidup sebatang kara tentu saja sangat mencintai Felix dan ibunya. Dua orang itu hadir bak penolong dalam hidup berantakannya. Ia bahkan berbagi kamar dengan Felix, 10 tahun lalu. Felix Senav bahkan tidak protes ketika ibunya mencintai Edward dan memperlakukannya bak anak kandung. Di dasar hatinya, Felix begitu mencintai adik dadakannya, entah kenapa. Keduanya sangat cocok, mungkin karena latar belakangnya sama. Iya, sama-sama tidak punya ayah. Memori Edward berputar, dulu ia seribg protes pada ibunya. "Kenapa ibu tidak menyimpan foto ayah? Kata orang, aku tidak mirip ibu.. Baiklah kuputuskan aku mirip ayah walaupun aku tak pernah melihat wajahnya. Ibu, ayah mirip denganku kan? Tentu saja mirip, aku kan anaknya. Aihhh, kehidupan pernikahan macam apa yang pernah ibu jalani? Masa ibu tidak menyimpan foto suami sendiri", protes Edward kala itu. Ah, ia begitu merindukan ibunya. Wanita lembut itu pergi selamanya, membuatnya dirundung duka bertahun-tahun. Perasaan bersalah kerap kali menghantuinya. Andai saja ia lebih memperhatikan ibunya, andai saja ia lebih penurut, andai saja ia tak sering meninggalkan ibunya demi bersenang-senang dengan anak sebayanya pasti ibunya masih ada sampai saat ini, menyaksikannya menikah dan mungkin ikut andil dalam merawat anaknya di kemudian hari. Air mata turun tanpa permisi, membasahi wajah tampan Edward. Pria dewasa yang terkenal arogan itu menangis, ia rapuh sekali kalau mengingat ibunya. Untungnya, ia sekarang mendapatkan ibu yang tak kalah baik dengan ibunya. Doanya terkabul, Tuhan mengirimnya sosok ibu dalam diri wanita lain. Wanita tua itu berkali-kali msnyadarkannya untuk tidak terjebak dalam zona kesedihan yang ia buat sendiri. Harusnya waktu itu Edwad sujud syukur, Tuhan begitu berbaik hati padanya.
"Ed, kau masih di sana?" Felix bertanya serius. Sedikit heran karena pria di seberang sana diam saja sejak tadi.
"Aku mendengarmu". Jawab Edward terdengar tidak nyambung.
Edward memutuskan panggilannya, kali ini ia ingin menyetir dengan tenang tanpa ingin diganggu pria cerewet itu.
Edward tiba di sebuah restoran 20 menit kemudian. Restoran yang dipilih Felix sebagai tempat meetingnya dengan klien yang katanya penting itu. Ia mulai menghubungi Felix, menanyakan posisinya sekarang.
mungkin memang zaman sdh Berubah jd Hal seperti itu lumrah. pdhl kn wanita bersuami tp mau berdua dng lelaki lain di antar pulang🤣🤣🤣. jd kyak murahan dong.