NovelToon NovelToon
DEMI IBU KU SEWAKAN RAHIM INI

DEMI IBU KU SEWAKAN RAHIM INI

Status: tamat
Genre:Mengubah Takdir / Angst / Romansa / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Poligami / Cinta Lansia / Tamat
Popularitas:1.3M
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

‘Dulu, ibuku pernah menjadi permaisuri satu-satunya, dan aku Putri mahkota dalam istana mahligai rumah tangga orang tuaku, tapi lihatlah kini! Kami tak ubahnya sampah yang dibuang pada sembarang tempat!’

Dahayu – wanita berpenampilan sedikit tomboy, harus menelan pil pahit kehidupan. Sang ayah menjual dirinya kepada sosok asing, yang mana ia akan dijadikan istri kedua.

Tanpa Dahayu ketahui, ternyata dirinya hendak dijerumuskan ke jurang penderitaan. Sampai dimana dirinya mengambil keputusan penting, demi sang ibu yang mengidap gangguan mental agar terlepas dari sosok suami sekaligus ayah tirani.

Siapakah sosok calon suaminya?

Mampukah Dahayu bertahan, atau malah dirinya kalah, berakhir kembali mengalah seperti yang sudah-sudah?

Pengorbanan seperti apa yang dilakukan oleh wanita berpendirian teguh, bersifat tegas itu …?

***
Instagram Author : Li_Cublik

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19 : Dia suami dari wanita lain

Amran meninju belakang jok mobil, perasaannya kacau balau, dia sendiri tidak mengerti tentang gejolak hatinya.

Pria dewasa itu terbiasa menjadi pusat perhatian sang istri pertama. Masira sangat memanjakannya, terlebih bila ada maunya. Dan Amran selalu mengabulkan setiap keinginan wanita yang dinikahi bukan karena perjodohan, tak pula disebabkan saling jatuh cinta.

Dua insan itu menikah dengan alasan, sudah sama-sama dewasa. Si pria malas menjalin hubungan asmara, waktunya habis untuk bekerja. Sementara sang wanita – ingin memiliki suami mapan, tampan, dan hartawan.

Pertemuan pertama mereka terjadi di pesta pernikahan salah satu kolega Amran, yang ternyata mempelai wanitanya teman Masira – itulah awal perkenalan biasa, berlanjut pada tahap serius. Tanpa tunangan langsung memutuskan untuk menikah.

Dia tidak munafik, tak pula menampik kalau kini sudah memiliki rasa cinta kepada istri pertamanya. Rasa itu datang seiring berjalannya waktu, terbiasa bersama, menghabiskan hari dengan bercerita dan bercinta.

Kini pria dewasa itu kesulitan menerka apa yang sedang melanda hatinya. Cinta? Sepertinya masih terlalu dini, dan sangat cepat.

Sehingga Amran langsung menepis praduga itu, dia membutuhkan waktu tak sebentar untuk belajar mencintai Masira – masa dengan Dahayu seperti sekejap mata saja hati terpaut, mustahil rasanya.

“Kata Nelli kau diantar suamimu, apa betul Yu?” tanya Mak Rita, dia duduk di bawah pohon mangga besar yang dikelilingi pot semen.

Dahayu merespon dengan mengangguk, lalu menatap sang ibu yang main balon sabun bersama Nelli.

Pak Jefri berdiri ketika seorang pria mengulurkan tangannya.

“Saya Amran, suaminya Dahayu.” Pria tampan itu tidak risih menjabat tangan sosok pekerja kasar di perkebunannya.

“Saya Jefri, Ayahnya Dahayu dan Nelli, Pak.” Dia tidak tahu kalau yang sedang bersalaman dengannya bukanlah sosok biasa.

Mak Rita mengamati penampilan suaminya Dahayu, walaupun tidak paham tentang barang murah, dan mahal – dalam hati meyakini pria dihadapannya ini, bukan seperti para pemuda pekerja di lapangan. Pakaiannya rapi, bersih, dan wangi parfumnya tidak membuat mual dan menyengat hidung.

Amran pun menyalami Mak Rita, lalu berkenalan dengan Nelli yang tadi belum sempat dilakukan karena celetukan bu Warni.

“Tuan, eh Bapak.” Randu menunduk. Dalam hati merutuk, dia kelepasan memanggil. Padahal sudah diberitahu tidak boleh menyebut Tuan.

“Mari masuk, dokternya sudah menunggu!” Dia berjalan duluan, lalu diikuti oleh pak Jefri serta lainnya.

Dahayu menggandeng tangan ibunya. Dia berhenti sebentar saat mereka tidak masuk lewat bagian depan, tapi samping yang biasanya tidak boleh dilewati oleh pengunjung.

“Yu, tadi kalau tak salah – nama belakang suamimu, Tabariq ‘kan?” Nelli berbisik. Langkah kakinya seirama dengan sang sahabat, dan juga ibunya sendiri.

“Iya.” Dayu mengangguk, dia dan ibunya memasuki pintu yang sedang ditahan oleh seorang security.

“Perkebunan tempat kita kerja, namanya PT Tabariq – apa kau tak curiga, Yu? Jangan-jangan, itu milik suamimu.”

“Terima kasih.”

Dahayu dan Nelli bersamaan mengucapkan terima kasih kepada sosok berseragam navi.

“Kalaupun iya, apa gunanya bagiku?”

“Bodohnya kau ini!” Ia tarik lengan Dayu, langkah mereka pun terhenti. “Ya bisa dirimu manfaatin. Pamerin ke Fiya, bilang kalau suamimu bukan tua bangka, malah sepertinya kaya raya, mana ganteng, dan berwibawa – aroma duitnya kecium dari jarak seratus meter. Biar kejang-kejang si mentel itu!”

Dayu mendorong kening Nelli menggunakan jari telunjuknya. “Hiduplah sesuai isi dompetmu. Jangan berkhayal terlalu tinggi, sebab kalau terjatuh bukan main sakitnya. Berharap lah pada sesuatu yang sudah pasti, agar bila kenyataan tak sesuai harapan, rasa kecewa mu dapat teratasi.”

“Untuk apa repot-repot menunjukkan sesuatu yang sifatnya cuma sementara. Senangnya hanya sesaat – rasa malunya tertinggal hingga akhir hayat. Ayok!” Kembali Dahayu melangkah dan menuntun sang ibu.

‘Dia suami dari wanita lain – yang kalau aku tak melakukan protes, cuma akan dinikahi secara siri. Lantas, apa yang bisa dibanggakan?’

“Ayah, kenapa ke sini?” Dayu mendekati pak Jefri. Matanya menatap plakat kayu bertuliskan; Juwita SpKJ (Spesialis Kedokteran Jiwa).

Amran mendekati ibu mertuanya. “Buk, ayo kenalan dengan teman baru. Baik dan ramah orangnya, juga suka makan agar-agar.”

Bu Warni bergeming, ada raut cemas pada wajahnya. Dia belum pernah masuk ke ruangan yang terlihat bagus, selain ruangan dokter umum.

"Kalau kau tak mau kenalan, biar aku saja, War! Nanti jatah jajanmu, untukku semua.” Mak Rita memanasi sahabatnya, dia mengetuk pintu yang sudah terbuka.

Tanpa ragu bu Warni mengekor, menarik ujung baju tetangga rasa saudara.

“Wah, ini ternyata teman barunya, mari masuk. Ayo kita mengakrabkan diri, supaya bisa jadi teman dan sering jalan-jalan ala-ala anak muda meskipun umur sudah tua ya, Jeng.” Sosok wanita berpenampilan menarik, raut wajah ramah, senyum menenangkan – mendekati pasiennya.

Mak Rita terlebih dahulu menyambut jabat tangan, lalu disusul Bu Warni yang ragu-ragu.

"Namanya siapa, Jeng?” tanya dokter Juwita.

“Warni.”

“Saya panggil Rani saja, mau tidak? Biar kelihatan lebih muda dengan nama kekinian. Lagipula memang masih seperti gadis belia,” candanya, tetapi matanya sangat cepat menelisik, menilai, mencoba mengukur seberapa buruk penyakit mental pasiennya.

Sebenarnya hari ini dokter Juwita libur. Jam kerjanya cuma dari hari Senin - Jumat. Namun, khusus permintaan pemilik rumah sakit – dia diminta menangani pasien VIP.

Seseorang menyembunyikan jatuhnya air mata. Dahayu mengintip lewat sela pintu yang sengaja tidak tertutup rapat. Ibunya terlihat nyaman, duduk di sebelah Mak Rita. Sangat antusias menceritakan hobinya main kartu, mandi di sungai, sampai mengatakan kalau tidak suka makan telur.

'Seharusnya sedari dulu aku bawa ibu kesini, bukan cuma memberinya obat penenang setiap kali tanda-tanda penyakit epilepsinya mau kambuh,’ ia didera rasa bersalah. Ketidakmampuan nya memberikan yang terbaik – adalah hal menyakitkan.

Dahayu merasa gagal menjadi seorang anak. Uang hasil kerjanya habis untuk makan sehari-hari, adapun tabungan tidak seberapa nilainya.

Sementara kartu kesehatan – tidak mencakup semua biaya perawatan. Ada vitamin harian wajib diminum bu Warni, susu untuk kesehatan tulang, belum lagi wanita itu suka sekali makan udang, dan ikan laut. Tentu saja Dahayu menyanggupi tanpa sedikitpun mengeluh, dia ikhlas merawat ibunya.

"Mau masuk tidak?" Amran menunduk sedikit membungkuk, posisinya sangat dekat hingga dagunya nyaris bertumpu di pucuk kepala Dahayu.

"Tidak, sepertinya ibu mulai nyaman. Kalau aku masuk, takutnya malah menganggu," bisiknya lirih, belum menyadari bila yang berbicara bukan Nelli.

"Ada bodoh-bodohnya si Dahayu ya, Yah? Kalau sudah menyangkut tentang ibunya, mana bisa dia membedakan mana betina dan jantan." Nelli menatap geli sahabatnya.

"Astaghfirullah, Nak. Kapan kau berubahnya Nelli?" pak Jefri beristighfar, putrinya ini memang luar biasa.

"Sepertinya Ibuk masih lama diajak mengobrol nya, lebih baik kita cari makan dulu di kantin." Amran menggenggam tangan istrinya.

Seperti dihipnotis dikarenakan hatinya masih terbawa suasana haru, dan bahagia. Dahayu menurut, melangkah beriringan seraya bergandengan tangan. Pun, ketika melewati Nelli, sahabatnya itu seperti makhluk tidak kasat mata.

.

.

"Itu Dahayu 'kan? Sama siapa dia?"

.

.

Bersambung.

1
Hamidah SuGiyono
bagussss
mimief
act service-nya ugal ugalan yaa
mantab lah
mimief
ya Allah....
ampuni pikiran hambamu yg bayangin ke gabrutan ini🤣🤣🤣
mimief
pantesan si nelli bayanginya geli sendiri 🤣
mimief
susah ya kalau udah bucin
apa itu istri yg ngelayanin suami
ini...yg ada kebalik🤣🤣

bukan nya takut istri
tapi menghargai,ya ga bang?🤣🤣
Ana Azra
akhirnya happy ending. makasih kk cerita nya menyenangkan, ditunggu cerita selanjutnya 😍😍💪💪💪
Cublik: Kembali kasih Kakak 🥰🥰
total 1 replies
mimief
iya...ya.lupa kalau mereka itu sebenarnya sultan
membujuk menantu nya Ampe segininya
mimief
posesifnya sama ibunya
yah..vu
bukan apa-apa
trauma tersakiti masih membekas
mimief
percaya donk nelli anak siapa
mulut gacor nya dari siapa🤣🤣
mimief
sumpah..
aku terharu banget pas baca part ini
Ampe berinding
ya..manusia ga ada yg sempurna bukan
karena kesempurnaan tetep punya yg maha kuasa
kita puntidak bisa selalu merasa paling benar sendiri walaupun terkadang memang di kondisi itu kita benar
coba ambil dari sudut pandang yg lain😭😭
mimief
gaa da pelukanyg paling terhangat dan ternyaman selain pelukan ibu
ga ada tempat yg ter aman dan rumah yg dirindukan selain ibu

huaaaa 😭😭
aku kangen ibu ku
mimief
anak Sholeh
untungdi asuhdi pesantren
masih bisa diselamatkan moral nya
mimief
hiks ..hiks
walaupun seperti nya mereka dapet karma
tapi ttp hati ini terasa sakit sekali..
kemaren itu adalah watu yg lama bukan
bukan sehari dua hari😭😭
Bun cie
alhamdulillah...tamat dengan happy ending setelah berliku liku naik tutun gunung ibaratnya perjalanan dahayu😍

trims kak cublik u karya2nya yg luar biasa bikin baper..bikin candu..bikin gemes bikin nano2 rasanya🤣
sehat murah rezekinya dan sukses u karyanya2 selanjutnya🙏👍💐
novel destiny
akhir yg indah buat mereka yaaa..
tapi nelli sama sari belom berlayar ini 🙈
terimakasih kakaka..
karya mu selalu jadi candu buat aku sebagai IRT yg butuh hiburan di kala suntuk ❤️
Cublik: Kembali kasih Kakak 🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Didi Setiadi
kongratulasiong 🤣🤣🤣 mbak ,sampe juga hepi ending nya . karena kesempurnaan hanya milik Allah saya kasih point 9,8 dari 10 mantulll.
Awak tunggu tulisan berikutnya semoga sukses mbaknya , sehatkan mbaknya , banyak dan berkah rezeki mbaknya, selalu dilindungi Allah mbaknya dan selalu bahagia ammminnn.
entek beras mangan gabah
horas bahhh
assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu
salam terima kasih buat penulis dari awak.
"maturnuwun sanget mbakyu "
Cublik: Aamiin Allahumma Aamiin 🤲

Maturnuwun nggeh Kang😊😊😊
total 1 replies
novel destiny
sahabat rasa saudara yg tak terikat darah tapi terikat oleh rasa.. semoga segera di kasih jodoh ya sama Kaka author 🤭
novel destiny
yg matang semakin menantang 🔥
ya Mak beti yaaaa 🤣🤣
Defvi Vlog
makasih banyak KA cublik ceritanya bagus banget, bukan cuma cerita ini doang tapi yang lain juga bagus, yg ga aku baca cuma cerita horor 😬 ga berani baca😁. ditunggu karya selanjutnya KA🥰
moon
alhamdulillah
ditunggu kisah Hanif & Hana selanjutnya 😍
Cublik: Terima kasih banyak Kakak atas dukungannya 🥰❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!