Nyai Arum (Pembalasan Di Kehidupan Kedua)

Suara ketukan pintu terdengar hati-hati. Seolah tidak ingin mengangguk sosok yang ada didalamnya. Sosok itu masih terlihat tertidur dengan nyenyak. Sedangkan sosok disebelahnya tampak terjaga. Tubuhnya yang polos membuat nya langsung mengambil baju tidur berbahan tipis itu dan melenggang keluar.

'Saatnya sedikit pertunjukan!'

"Iya." Ujar Arum dengan ramah. Tampak seorang wanita keturunan Belanda yang merupakan pelayan pribadi Caroline didepannya.

"Maneer. Dia sudah bangun?" Tanya wanita itu berusaha ramah. Tapi Arum tersenyum kecil melihatnya, sungguh akting yang buruk.

"Kenapa kau hanya tersenyum?" Ujarnya tidak suka.

"Tidak apa, aku hanya bingung. Bukankah pelayan disini, terlebih pelayan untuk nyonya Caroline pastinya pintar menganalisis keadaan. Tapi lihatlah? Tidak tau bagaimana Tuan Frans sekarang? Tentu saja dia sedang tidur. Dia masih lelah saat bersama dengan ku semalaman, bukan! Subuh tadi hingga sekarang." Jawab Arum.

"Apa kau tidak tau bicara dengan siapa?"

"Tentu saja tau."

"Seharusnya kau tau bagaimana bersikap. Aku ini lebih tinggi darimu."

"Tinggi? Ya, dari segi tubuh memang! Tapi dari segi yang lain .... Aku rasa, tidak!" Jelas Arum, dia menyilangkan kedua tangannya dengan senyuman yang mengandung ejekan.

"Kau! Jaga sikap mu, aku kesini karena perintah langsung dari nyonya Caroline. Dia adalah istri dari maneer! Sedangkan kau! Kau hanyalah seorang Nyai diantara nyai-nyai lainnya!" Geram nya.

"Lalu? Aku peduli? Tentu saja tidak! Kalau kau memang diutus langsung oleh nyonya! Suruh dia kemari, dan jemput suaminya yang bersamaku saat ini!"

"Kau!" Arum tersenyum mengejek dan menutup pintu kamar dengan cepat.

"Hei! Buka pintunya! Dasar kurang ajar!" Tapi Arum tidak peduli. Wanita yang merupakan pelayan khusus dari Caroline adalah sosok yang menyiksa nya disini dan itu harus dia balas dengan cara yang tersusun rapi.

"Hei!" Wanita itu menahan tangannya yang ada di udara, dia tidak bisa bertindak seperti ini. Karena sedang ada sang tuan di dalam.

"Aku akan laporkan pada nyonya! Kurang ajar sekali!"

"Dia pasti melapor pada Caroline. Itu bagus! Akan aku buat wanita itu kepanasan melebihi matahari." Ucap Arum sambil memandangi tubuh dengan otot yang terlihat sempurna itu.

"Nyonya!"

"Kenapa? Bagaimana? Suamiku sudah bangun? Kau sudah katakan bukan? Aku sudah menunggu nya di meja makan." Jelas Caroline, teh yang berada di dalam cangkir dihadapannya, tidak tau yang kesekian berapa kalinya.

"Maaf nyonya, tapi maneer masih tidur."

"Lalu? Arum?"

"Dia membuka pintu nyonya. Tapi dia begitu berani menjawab ku!"

"Apa!" Sendok perak itu berdenting dan membuat babu di sekitarnya segera mengambilnya.

"Kau bilang apa?" Tanyanya sekali lagi dengan nada marah.

"Iya nyonya, dia berani menjawab dan memberikan senyuman mengejek padaku."

"Dia juga menantang nyonya!"

"Apa!" Ujarnya tidak percaya. Pelayan nya mengangguk mantap.

"Iya nyonya! Dia bilang, kalau nyonya yang memerintahkan ku, maka nyonya yang datang kesana."

"Kurang ajar! Aku sudah sedikit berbaik hati menunggu hingga lusa, tapi tampaknya ..... "

"Nyonya!" Wanita itu segera mengejar sang nyonya dengan langkah seribu.

*********************

Arum sedang bergelung dengan bunga melati. Dirinya belum bisa mandi, karena akan ada pertunjukan yang bagus. Arum menyapa lembut rambutnya yang sedikit kusut dan memperbaiki pakaiannya. Sambil menghitung sosok yang berada di sebelahnya terbangun.

"Satu!" Tubuh Frans menggeliat dan manik birunya terbuka menatap Arum yang menyambutnya dengan senyuman manis.

"Selamat pagi tuan." Sapa Arum dengan sangat manis.

"Pagi, Arum .... " Wangi khas melati langsung menyambut hidung mancung itu.

"Kemari! Aku ingin memelukmu!"

"Ini sudah pagi, mungkin juga akan siang. Tuan harus bangun kan?"

"Aku masih ingin dengan mu!"

"Tuan, waktu sarapan pagi pastinya sudah tiba dan lewat. Mungkin nyonya Caroline ..... "

"Jangan membahas apapun. Terlebih saat aku dengan mu. Mengerti?" Arum merasakan hembusan napas dari Frans yang mengecup bahu dan punggung nya.

"Aroma mu memabukkan ku. Dia kembali bangun. Ayo, mulailah menari diatas ku."

"Nyonya, biar ...." Tapi ketukan itu kembali tergantung di udara dengan tubuh yang mematung. Telinganya mendengar suara yang membuat amarah dalam dirinya kembali mencuat.

"Oh Arum! Kau luar biasa! Ya! Ohhh!"

'Satu kosong!'

Bersambung ....

Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak 🥰 🙏 🙏