Seorang anak laki-laki kala itu masih berusia 10 tahun, tidak di kenal oleh siapapun karena identitasnya telah di sembunyikan oleh sang Ibu.
Suatu hari sang lelaki itu harus menerima kehidupan yang pahit, karena sang Ibu harus di bunuh, namun sayang dia tidak dapat menolongnya, sialnya lagi dia harus mengikuti keinginan sang Ibu yaitu bersembunyi di suatu tempat agar bisa menjaga sang adik dan membalaskan dendam sang Ibu, dan juga bisa mengambil alih apa yang telah menjadi haknya.
Dan saat tiba di sebuah tempat di mana dana Dan naya di selamatkan, Dana menemukan seorang wanita yang menarik hatinya, namun sayang ketika dewasa, dia harus meninggalkan wanita itu untuk merebut perusahaan dan berpura-pura mencintai wanita lain, yaitu anak dari pembunuh Ibunya sekaligus yang telah merebut perusahaannya.
Bagaimana cerita cintanya dan apakah Dana mampu setia?, lalu apa yang terjadi dengan perusahaannya ketika Dana hadir di perusahaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 ~ Pendekatan vs bekerja
Dana mengikuti saran Sylvia, karena tidak ingin berdebat kembali. Meski hatinya menolak untuk duduk berleha-leha.
Dana duduk namun netranya terus memandangi makhluk ciptaan Tuhan yang begitu indah melebihi bunga-bunga yang ada di kebun ini.
Ish kenapa sih Dana terus lihatin aku gini? apa dia ga ada kerjaan lagi gitu?. Batin Sylvia salah tingkah.
Dana tersenyum melihat tingkah Sylvia, Dana beranjak hendak mendekati Sylvia.
"Dana ... sudah datang?" sapa shifa.
"Eh Bu ... iya di rumah ga ada kerjaan bawaannya mengantuk, jadi ke sini saja karena tahu pasti sylvia sedang sibuk niatnya mau bantu," kilah Dana dan memang ada niatan mau membantu.
"Memangnya tidak apa-apa jika nanti tangan Nak Dana jadi kotor?" tanya Shifa tersenyum, dia sudah menebak ke arah mana niatan Dana.
Dasar anak muda ... maunya berduaan, untungnya ini tempat terbuka, tapi jika dia mau bantu kenapa tidak, mungkin saja bisa membantu proses perawatan bunga-bunga di sini lebih cepat di bandingkan sendiri. Batin Shifa.
"Siap saja bu, asal di kasih tugas karena saya belum paham sepenuhnya dalam hal perkebunan seperti ini," ujar Dana jujur.
"Tapi harus serius untuk mengembangkan perkebunan ini, jujur permintaan di luar sana tinggi sedangkan kita kekurangan orang, karena yang mengurus kebun ini hanya kita berdua. Di sini kita kekurangan orang, orang-orang sudah di sibukkan dengan perkebunan, persawahan dan lain sebagainya." jelas Shifa.
"Wah kalau begitu pas banget Dana di sini ya bu, tapi Dana tidak bisa fokus bekerja dalam waktu seharian, paling bisanya hanya pagi sampai sebelum belajar sama Ibu," sahut Dana.
"Tak apa jika kamu berniat serius, cuma berapa jam saja sudah sangat membantu, mungkin ke depannya saya minta bantuan kamu untuk menjualnya, bagaimana?" tanya Shifa.
"Wah setuju Bu," ucap Dana penuh semangat.
Dana pun memulai waktu bekerjanya hanya dalam waktu 1 jam sebelum belajar, Dana masih memperioritaskan Belajar juga bela dirinya.
Dana masih di bimbing oleh Shifa untuk mengurus perkebunan bunga yang cukup besar ini, apa saja yang harus di kerjakan dan bagaimana cara merawat berbagai bunga, karena setiap bunga akan mempunyai caranya tersendiri. Ada yang butuh pencahayaan tinggi, pupuk ataupun di tempat teduh.
Dana terperangah kaget dengan membulatkan kedua bola matanya.
"Kenapa?" tanya Shifa.
"Banyak banget ya, apa saya bisa hafal bagaimana mengurusnya?" tanya Dana kepada dirinya plus menjelaskan kepada Shifa.
Shifa dan sylvia tersenyum melihat ekspresi dan kata-kata Dana.
"Apa kamu sanggup? atau mau berhenti di sini?" tanya Shifa.
"Lanjutkan saja Bu, tapi mohon bimbingannya ya," ucap Dana.
"Tenang, kamu bisa meminta tolong pada saya atau sylvia," jawab shifa.
"Tapi untuk sekarang segini dulu ya pengenalannya, besok kita lanjut lagi, sekarang kamu harus belajar, ini lebih utama daripada bekerja," tutur Shifa.
"Baik Bu," timpal Dana sambil tangan di kening seperti menghormati bendera saat upacara.
Kembali Sylvia dan Shifa tersenyum melihat tingkah Dana.
"Sylvia ... aku tinggal ya, semangat ya," ucap Dana menyemangati sambil mengangkat tangan kanannya, dan berjalan menuju rumah Shifa.
Dana kembali fokus belajar dengan pelajaran umum dan khususnya, Dana belajar bagaimana menjadi pengusaha sukses juga menjadi pemimpin. Untungnya ilmu Shifa begitu tinggi dan memiliki link dengan kepala sekolah ataupun perguruan tinggi yang tidak pernah putus. Oleh sebab itulah dia tetap bisa membuat Dana belajar selayaknya di sekolah umum, lebih tepatnya katakanlah homeschooling.
Shifa tersenyum, melihat bagaimana kefokusan dan semangat Dana dalam belajar begitu tinggi, juga bagaimana dia ingin belajar dalam bidang perkebunan bunga, membuat Shifa semakin memujinya.
Seandainya kamu memang jodoh anakku, mungkin hati ini akan sangat bahagia, kamu anak yang baik, perhatian dan penuh pengertian. Santun pula, dan begitu semangat memperjuangkan sesuatu untuk keluarga itu nilai plus dariku Dana, meski usiamu masih sangat muda yang semestinya kamu itu bermain, tapi kamu tak patah semangat atau menyerah. Ibu benar-benar bangga. Batin Shifa memuji.
Hebat sekali Cantika, bisa mendidik anak hingga seperti ini, padahal tidak mengenal lingkungan sebelumnya, namun dengan cepat dia bisa beradaptasi tanpa perlu aku ajarkan. Benar hebat kamu can. Batin Shifa memuji ibunya Dana.
Belajar pun selesai dengan cepat karena Dana bisa mengerjakan soal dengan cepat hingga lebih cepat selesai.
Dia dan Shifa bergegas menuju perkebunan, dalam waktu setengah jam menuju latihan bela diri kembali Dana meminta Shifa membimbingnya dalam mengurusi bunga.
Tepat bagian bersama Sylvia, Dana belajar dengan melihat bagaimana cara Sylvia mengurus tanamana anggrek, namun perhatian Dana sedikit teralihkan oleh kecantikan alami Sylvia.
Pantas saja dia di sebut bunga desa, sungguh cantik dan memesona. Batin Dana memuji.
"Kamu paham bagaimana mengurusnya?" tanya Sylvia yang tak menyadari jika Dana sempat memperhatikannya.
"Emm saya mengerti," jawab Dana sedikit ragu, karena ada yang tidak dia dengarkan saat netranya beralih fokus kepada Sylvia.
Sylvia mengerutkan keningnya, Sylvia yang tak kalah pintar pun berpikir.
"Kamu kurang fokus, untuk sementara tolong fokus kepada tujuan sampai kamu benar-benar paham," tegur Sylvia yang kini dia sadar jika ternyata Dana memperhatikannya.
Sylvia berdiri lalu meninggalkan Dana di tempat tersebut, hingga membuat Dana mengernyit dahinya keheranan.
Kenapa lagi dengan Sylvia, baru saja aku memujinya kenapa lagi dengan dia? apa kesalahanku hingga membuatnya kembali merajuk. Batin Dana.
Tanpa di sadari Sylvia ternyata ada sosok seseorang yang sedang memperhatikan mereka di balik pohon besar yang berada tepat di sebrang perkebunan.
Namun Dana yang selalu fokus, dia sempat melihat seakan ada bayangan, dan ternyata orang itu menyadarinya hingga dia bersembunyi kembali.
Dana yang hendak memastikan itu terhenti langkahnya, karena ada yang memegang pundaknya.
Dana pun berbalik, melihat orang yang memegang pundaknya.
"Kamu sedang melihat apa Ka?" tanya Sylvia heran yang kini telah berada tepat di belakang Dana.
"Oh tidak, kenapa?" tanya Dana.
"Ini makan dulu sebelum belajar bela diri, Ibu khawatir kamu sakit jika banyak belajar tapi dengan perut yang kosong," ucap Sylvia.
"Oh terimakasih," ucap Dana bahagia.
Seseorang yang sedang bersembunyi itu melirik kembali.
Sylvia... kamu menolak aku tapi kenapa tidak dengan Dana, apa kurangnya aku via? padahal aku begitu mencintaimu, dan dia ... baru saja mengenalmu tapi kamu bisa se-welcome itu kepadanya?. Batin pria itu sedih bercampur emosi dan merasakan api yang mendidih dalam dirinya.
Namun pria itu tidak ingin berlama-lama bersembunyi karena Dana yang telah mencurigainya. Dan menjaga agar Dana tidak memastikan kecurigaannya.
Dengan jalan mengendap dan bersembunyi di setiap pohon membuatnya selamat dari pandangan Dana, yang kebetulan Dana pun sedang asik makan siang bersama dengan Sylvia.
Bersambung ...