Ketika di bangku SMA, Gaffi Anggasta Wiguna dan Bulan Noora selalu berjalan berdampingan layaknya sepasang kekasih yang penuh dengan keserasian. Di balik kedekatan yang mengatasnamakan pertemanan, tersembunyi rasa yang tak pernah terungkapkan. Bukan tak memiliki keberanian, melainkan Bulan Tengah mengejar seseorang. Anggasta memilih jalan sunyi, memendam dan mencoba tetap setia mendampingi sampai kebahagiaan itu benar-benar datang menghampiri perempuan yang sudah membuatnya jatuh hati. Barulah dirinya mundur pelan-pelan sambil mencoba untuk mengikhlaskan seseorang yang tak bisa dia genggam.
Lima tahun berlalu, takdir seakan sengaja mempertemukan mereka kembali. Masihkah cinta itu di hati Anggasta? Atau hanya bayang-bayang yang pernah tinggal dalam diam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Pra Nikah
Tangan Jeno sudah mengepal keras ketika baru saja menginjakkan kaki di perusahaan kakek Alma. Sungguh darahnya sudah sangat mendidih mendengar ucapan para karyawan yang seperti manusia tak pernah disekolahkan.
"Pakaian bermerk itu pasti dibeliin Bu Alma. Mana mampu cowok mokondo beli barang begituan."
Kepala Jeno sudah sangat panas seperti ingin meledak. Deheman dari orang yang di belakangnya membuatnya harus sabar. Karena semua ini adalah skenario yang orang itu buat.
"Bang sat!!"
Alma yang tengah fokus pada pekerjaan di jam istirahat mendadak menegakkan kepala mendengar umpatan yang penuh kemarahan. Ditatapnya lelaki yang kini menghampiri sambil membuka topi.
"Kurang jatah," jawab Anggasta sangat santai.
"Ini semua gara-gara lu ya, Angsa. Coba kalau lu enggak--"
Ting!
Suara notifikasi terdengar. Amarahnya menghilang ketika melihat angka yang tertera di sana. Segera dia menatap ke arah lelaki yang tengah mengusap lembut rambut Alma.
"Lanjutin deh pacarannya. Gua mau main game."
Alma merasa aneh dan kembali menatap Anggasta. Tak ada jawaban, malah lelaki itu memeluk Alma dengan begitu erat.
"Besok enggak usah kerja, ya."
Pelukan itu Alma longgarkan. Menatap Anggasta dengan begitu serius.
"Besok kan acaranya malam, Gas. Paling aku kerja dari pagi sampe sore."
Hembusan napas kasar membuat Alma mengusap lembut pundak sang calon tunangan.
"Masih banyak yang harus aku selesaikan."
"Pulang kantor aku akan bantu kamu selesaikan semua kerjaan kamu. Supaya besok kamu bisa istirahat."
Mencelos hati Alma mendengarnya. Kepalanya pun mengangguk dengan pelan dengan mata yang sudah saling tatap dengan lelaki yang begitu tampan. Tubuhnya menegang ketika ibu jari Anggasta sudah mengusap lembut bibir pink natural. Kepala perempuan itu menggeleng dengan pelan, tapi Anggasta dengan sengaja memajukan bibirnya.
"Jangan takut, Sayang. Aku enggak semesoem itu."
Alma tersenyum. Dan wajahnya mulai dibenamkan di dada bidang Anggasta. Serta tangannya yang melingkar dengan sangat erat di pinggang bagian belakang lelaki yang tengah melengkungkan senyum yang begitu lebar.
.
Jam pulang kantor sudah tiba. Alma segera keluar dari ruangannya. Sudah terlihat mobil hitam mengkilap menjemputnya. Namun, langkahnya terpaksa terhenti karena cekalan dari seseorang.
"Kamu enggak salah pilih pasangan?"
Alma sangat tahu siapa yang berbicara. Perlahan, dia memutar tubuh. Menatap orang itu dengan begitu datar.
"Saya bilang jangan campuri urusan saya." Alma sudah menarik tangannya, tapi tenaga Haidar lebih kuat.
"Aku kira lepas dari aku, kamu dapet lelaki yang sepadan. Tapi, malah di luar dugaan."
Alma hanya tersenyum kecil. Sudah enggan meladeni lelaki satu ini.
"Ejeklah saya sesuka hati Anda," ucapnya sambil melepaskan cekalan tangan Haidar. Lalu, pergi meninggalkan mantannya itu.
"Gua liat."
Alma tak merespon apapun. Tangannya sibuk memasang seatbelt dan membuat Jeno tak bisa banyak bertanya lagi. Tapi, bukan Jeno namanya jika tak melapor pada Anggasta.
Perempuan itu sedikit terhenyak ketika tiba di kawasan apartment mahal. Dia menatap ke arah sahabat sang tunangan.
"Calon laki lu punya aset di sini."
Jeno membawa Alma menuju lantai di mana unit Anggasta berada. Tak lama pintu terbuka dan senyuman hangat ditunjukkan. Tangan yang direntangkan membuat Alam bergegas memeluk tubuh Anggasta. Dan seperti biasa Jeno akan menjadi penonton.
Bibir Jeno terangkat ketika melihat Anggasta dan Alma sudah fokus pada benda segiempat. Terdengar juga debatan kecil di antara keduanya. Seperti ditarik ke masa kuliah jika tengah berpacaran. Bukan bermesraan, melainkan adu argumen.
Otot sudah diregangkan dan senyuman terukir tatakan kepala Alma sudah diletakkan di pundak Anggasta.
"Capek?" Alma hanya menganggukkan kepala. Anggasta mulai memeluknya dengan erat.
"Tidur di sini aja, ya."
Alma terkejut dan mulai menegakkan kepala.
"Aku udah ijin ke Opa Setta." Alma tersenyum mendengarnya.
Tak pernah Alma bayangkan sebelumnya jika Anggasta akan menjadi lelaki yang jauh lebih hangat. Alangkah terkejutnya Alma ketika melihat desain kamar utama di apartemen Anggasta. Seperti yang dia inginkan ketika menikah kelak.
"Semoga tidur nyenyak, ya."
Alma kembali menatap Anggasta. Kini, begitu dalam dan serius.
"Jika, kelak kamu bosan, bilang ya. Biar aku yang angkat kaki tanpa perlu sakit hati."
Anggasta sedikit terkejut. Tangannya mulai merengkuh pinggang Alma.
"Aku enggak akan pernah bosan sama kamu, Al."
Alma tersenyum kecil mendengarnya. Ditatapnya Anggasta dengan begitu lamat. "Kalimat itu sering aku dengar. Tapi, tak pernah benar-benar dilakukan."
Sorot matanya menunjukkan kemarahan, kekecewaan, serta kesedihan yang mendalam. Bahkan, ada luka yang sorot mata itu tunjukkan.
"Aku tak ingin seperti Mami aku. Dinikahi, tapi disakiti. Dan ketika ingin pergi malah dihalangi. Bahkan lebih rela melihat mami mati di depan anak sendiri."
Anggasta berhambur memeluk tubuh Alma. Trauma itu ternyata masih ada.
"Biarkan aku hidup lebih lama. Walaupun tak bahagia." Sakit sekali mendengarnya.
Anggasta mulai mengurai pelukan. Menangkup wajah Alma dengan sorot mata penuh cinta.
"Bukan hanya kamu yang akan hidup lebih lama. Tapi, kita berdua akan hidup lebih lama dengan rasa bahagia yang tak terkira."
"Terlalu klise," balas Alma dengan senyum getirnya.
Anggasta meraih ponsel di dalam saku. Menghubungi seseorang dan meminta orang itu datang ke apartment didekat hunian Jeno. Bukan yang sekarang dia tempati bersama Alma
"Sekarang, bersihin tubuh kamu dulu. Terus ikut aku sebentar."
"Ke mana?"
"Nanti kamu akan tahu," sahut Anggasta serta tersenyum.
.
Kedua alis Alma menukik sangat tajam ketika sudah ada Jeno dan seorang lawyer yang cukup Alma kenal. Alma segera menatap Anggasta, tapi lelaki itu menyuruhnya untuk duduk.
Tanpa banyak berkata, lawyer itu mulai menyerahkan sebuah map kepada Alma. Perempuan itu kembali bingung.
"Bacalah!" Suara Anggasta terdengar.
Sesuai dengan perintah, Alma mulai membuka map tersebut. Dibacanya lembaran kertas yang berada di sana dan sontak matanya hampir terlepas.
"Ini bisa dibilang perjanjian pra nikah. Di mana jika Pak Anggasta mengkhianati Bu Alma dan berakhir dengan perceraian. Maka, seluruh aset yang Pak Anggasta miliki akan jatuh ke tangan Bu Alma. Bahkan, untuk ATM pribadi Pak Anggasta pribadi pun akan jadi milik Bu Alma. Pak Anggasta harus pergi dengan keadaan finansial nol."
Jeno sangat syok mendengarnya. Dia tak habis pikir jikalau sang sahabat akan melakukan hal sejauh ini hanya untuk seorang perempuan.
"Gas--"
"Aku siap miskin jika kelak aku melakukan hal tercela seperti itu. Aku menikahi kamu bukan untuk menyakiti kamu, tapi untuk membuat kamu bahagia."
Mata Alma mulai berair. Ditariklah tangan Alma untuk menandatangi kertas tersebut. Perempuan itu menatap serius ke arah Anggasta setalah lawyer pergi. Hanya seulas senyum penuh keteduhan yang Alma lihat.
"Tindakan aku ini mungkin enggak akan bisa menghilangkan trauma kamu. Tapi, aku juga ingin menunjukkan jika ada seorang lelaki yang rela kehilangan semuanya karena sangat mencintai kamu. Dan lelaki itu adalah aku."
...**** BERSAMBUNG ****...
Mana atuh komennya ... Yuk, dikomen. Gratis kok biar aku up rutin lagi 🤧
lnjut trus Thor
semangat
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
cuman gyan yg turun tangan 🤭gimana kalo opa nya Aksara Wiguna
pengsan kalean Setya sama alsa
itu lah keturunan Wifuna
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍