Setelah melewati pernikahan selama empat tahun, semia kebahagiaan seakan sirna hanya karena belum bisa menghadirkan buah hati yang diidamkan oleh keluarga besar mereka. Terutama keluarga besar suaminya Jayandru Kertanegara
Ditambah lagi kesibukan mereka berdua yang makin menggila, pernikahan yang dulunya penuh cinta bisa terasa hampa.
Belum lagi keinginan Mama Jayandru yang menginginkan mantan kekasih Jayandru yang dulu menjadi istri putranya.
"Dia bisa memberikan Dru, anak, Nara. Keluarga Dru butuh pewaris."
**semoga suka, ya**
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diikuti
Andy mengepalkan tangannya ketika mendapat laporan dari pengawalnya.
"Jayandru selalu bersamanya?"
"Iya, tuan. Sulit menculik istrinya. Kecuali membuat mereka kecelakaan."
"Hemm....." Andy .mengeluarkan geraman kesal.
Padahal.dia ingin me niduri istri Jayandru sebagai ajang balas dendamnya.
"Lihat besok pagi Kalo menculiknya sangat sulit, buat saja mereka seperti kecelakaan."
"Siap tuan."
*
*
*
Baru saja mama Nara keluar dari dalam kamar putrinya, temannya-Ivana menelponnya
"Ivana telpon," ucapnya pada suaminya.
Satya mengangguk dan membiarkan istrinya berjalan ke ruang tamu.
"Halo," sapanya setelah menyandarkan punggungnya di sandaran kursi ukiran jatinya.
"Aku udah dengar gosipnya," ucap Ivana langsung.
"Ya," jawab Syaila.dengan suara lelahnya.
'Kata suamiku, Jayandru juga kelihatan stres di kantor," cerita Ivana.
Pastilah, batin Syaila.
"Semua staf dan pegawai membicarakannya," sambung Ivana lagi memberitau. Di komisinya juga terjadi kehebohan juga akan peristiwa ini.
Gosipnya sudah menyebar luas, batin Syarla lagi.
"Nara pasti terluka, ya."
"Begitulah. Dia sangat terguncang."
Terdengar helaan nafas kesal Ivana.
"Sudah tentu. Mereka sekarang bersama?' tanya Ivana merasa kasian.
"Nara diantar Jayandru ke rumahku," sahut Syaila sedih.
"Nara jangan sampai menuruti keinginan wanita itu."
"Aku juga sudah menasehatinya."
"Jayandru juga terlihat menyesal."
Syaila tau, dari gestur Jayandru saat mengantar Nara tadi malam. Laki laki itu merasa sangat menyesal dengan perbuatannya.
"Tapi Nara mungkin butuh waktu untuk memaafkan Jayandru.'
"Ya, aku rasa juga begitu. Menyembuhkan luka hati sangat lama."
Hening.
"Tapi kalo sampai mereka sudah tidur bersama---Maaf, Syaila." ivana jadi ngga enak karena sudah mengeluarkan praduga negatifnya.
"Ngga apa apa. Aku juga takut kalo berpikir.sampai ke sana," tukas Syaila getir.
Tidak bisa membayangkan sehancur apa hati putrinya.
"Jadi belum dipastikan, ya?" tanya Ivana.
"Maksudnya?" Syaila kurang mengerti maksud ucapan temannya.
"Jayandru dengan pelakor itu, sudah sejauh apa hubungan mereka?"
"Nara belum cerita soal itu."
"Oooh.... Semoga belum separah dugaan kita."
"Ya. Begitulah harapanku."
*
*
*
Besok paginya.
"Nara, kamu ngga nunggu Jayandru?" Papanya masih berusaha menahan kepergian putrinya.
Syaila-mamanya mendekat setelah terburu menyiapkan bekal. Nasi goreng. Nara melewatkan sarapannya.
"Aku belum mau ketemu dia, pa." Nara buru buru menyalim tangan papanya.
"Ini bawalah. Masih hangat." Mamanya menjejalkan tangan Nara pada kantong plastik bekas belanjaan minimarket yang dia temui dalam waktu singkat. Ngga kepikiran mencari paper bag karena melihat betapa terburu burunya Nara pagi ini.
"Iya, ma."
"Hati hati, sayang," pesan maminya lembut
Kedua orang tuanya menyadari kalo Nara sedang menghindari Jayandru.
Sepuluh menit Nara baru saja berangkat, mobil Jayandru memasuki halaman rumah Nara.
Kedua orang tua Nara saling tatap.
Jayandru menyadari ada yang tidak beres ketika papa Nara menghampirinya.
"Nara sudah berangkat, Jayandru. Baru saja," ucap Satya ketika menantunya menurunkan kaca jendela mobilnya.
"Oh iya, pa. Jayandru pamit. Salam buat mama."
"Ya. Hati hati."
Jayandru memilih menyusul Nara, memastikan istrinya baik baik aja.
"Aku tau Jayandru bersalah. Tapi entahlah, aku ngga tega tadi melihat wajah kecewanya," keluh Satya Legawa.
"Ya." Syaila juga berpikiran sama..
*
*
*
Beberapa buah mobil mengikuti mobil Nara.
"Bos, dia berangkat tanpa istrinya."
"Bagus. Sergap dia di tempat sepi." Andy menyeringai sinis. Telpon begini yang dia tunggu tunggu.
Jayandru, kamu akan menangis darah.
*
*
*
Nara baru merasa dia diikuti setelah melewati jembatan menuju jalan alternatif yang biasa dia lewati. Dia berusaha tenang dan tetap fokus. Tentu saja dengan menginjak gas lebih dalam.
Kalo hanya ada satu mobil ngga masalah, tapi Nara yakin ada tiga mobil suv.
Nara ngga akan biarkan mobil itu menyalibnya, karena itu artinya tamat. Mereka akan langsung menghentikan mobilnya tanpa dia bisa melakukan apa apa.
Saat perasaan khawatir dan cemas memenuhi saraf saraf di kepalanya, Jayandru menelponnya. Nara setengah mengumpat.
Jarak ponsel dan headsetnya cukup jauh untuk bisa dia gapai. Bisa bisa mobil oleng saat dia tetap memaksa mengambilnya.
Posisinya sulit. Jalan lurus yang cukup sepi ini terlalu panjang. Setelah sampai di ujungnya barulah dia akan bertemu jalan rame penuh kemacetan yang bisa menyelamatkannya.
Ini rutenya menghindari macet. Biasanya dia lega saat melewatinya, tapi sekarang dia menyesalinya.
*
*
*
Jayandru menghela nafas panjang saat Nara tidak mengangkat telponnya. Dia tidak melihat keberadaan mobil Nara. Jalan alternatif ini sepi karena hari masih sangat pagi.
Kata papa Nara, istrinya baru saja berangkat, mengapa dia sampai kehilangan jejak? Jayandru menginjak pedal gasnya lebih dalam. Mendadak dia merasa khawatir.
Beberapa menit kemudian dia merasa aneh melihat ada empat buah mobil berhenti di depannya. Ada beberapa orang laki laki di sana.
DEG.
Jayandru menghentikan mobilnya tepat di mobil paling depan. Karena ada mobil Nara yang diapit di tengah tengahnya.
Pantas saja dia merasa khawatir yang agak berlebihan ketika Nara tidak menerima.telponnya. Kalo hanya sekadar marah, dia ngga akan sekhawatir ini.
Jayandru meraih pis tol kecil yang ada di dashboard mobil. Dua sekaligus.
Sementara itu orang orang kekar yang barusan keluar dari dalam mobil terkejut melihat ada mobil yang berhenti di depan mobil mereka.
Mereka saling pandang. Sebelum mereka berbuat sesuatu, sesosok laki laki yang mereka kenal keluar dari dalam mobil dan mengacungkan dua pistol sekaligus pada mereka. Mimik wajahnya sangat menakutkan.
DOR DOR
Jayandru melepaskan tembakannya pada aspal.di dekat mereka.
Setelah saling pandang, mereka gercep memasuki mobil dan menggas lebih dalam meninggalkan Jayandru yang terus saja mengacungkan pistolnya.
Mereka bahkan meninggalkan mobil yang diparkir persis di belakang mobil Jayandru.
Jayandru membiarkannnya. Dia lega karena mereka sudah pergi. Baginya keselamatan Nara jauh lebih penting. Dia hanya takut kalo orang orang itu akan berbuat nekat pada Nara.
Siapa mereka, batinnya
Dia mendekati mobil Nara. Mengetok pelan kaca jendelanya.
Nara yang sudah melihat kedatangan Jayandru dan melihat kepergian orang orang yang ngga dikenalnya segera membuka pintu dan menghambur dalam pelukan Jayandru.
Seketika Jayandru bergeming. Ngga menyangka dengan reaksi Nara. Kemudian bibirnya melengkung tipis, kedua tangannnya membalas pelukan itu.
Jantung Nara berpacu sangat cepat, berkejaran dengan jantungnya. Dapat dia rasakan ketakutan istrinya.
"Kamu ngga apa apa?" tanyanya lembut.
Dalam pelukannya Nara menggelengkan kepalanya.
"Aku takut banget, Dru. Aku udah ngebut sampai ngga berani angkat telpon kamu. Takut oleng." Suara Nara terdengar bergetar hebat. Begitu juga tubuhnya.
Jayandru mengangguk mengerti. Tadi dia sempat berpikir macam macam. Wajar istrinya tidak angkat telpon darinya, karena berada dalam situasi sulit.
"Mereka siapa?" tanya Nara saat melonggarkan pelukannya.
"Aku ngga tau. Kamu juga ngga tau?"
Nara menggeleng. Dia menyadari sedang diikuti ketika memasuki jalan alternatif. Mobil mobil itu sejak tadi sengaja di belakangnya, tapi tiba tiba saja nge gas.
Jayandru mengajak Nara ke.arah mobil yang ditinggal. Memeriksa platnya.
"Platnya bohongan," komennya memberitau. Kemudian menelpon asistennya. Secara singkat Jayandru meminta pengawalnya datang untuk mengurus semuanya yang ada di sini.
Jadi Adel memaksa bahwa Nara harus = posisi dia saat Jayandru poligami atw selingkuh, sakit jiwa akut kau Adel Adel
😛😛
ngomongnya ga pernah enak di depan menantu.
kak Rahma , tolong napa jangan di tekan Mulu hatinya Nara.
sesekali bikin hancur juga hati atau badannya Adel
lah si Monica kabarnya gimana???
keenakan Monica dong lebih gampang lagi buat deketin & menghasut Adel, biar Jayandaru mau nikahin Monica.