Brakk
"Tidak becus! aku bilang teh hangat. Kenapa panas sekali? kamu mau membakar tanganku?"
Alisa tidak mengatakan apapun, hanya menatap ke arah suaminya yang bahkan memalingkan pandangan darinya.
"Tahunya cuma numpang makan dan tidur saja, dasar tidak berguna!"
Alisa menangis dalam hati, dia menikah sudah satu tahun. Dia pikir Mark, suaminya adalah malaikat yang berhati lembut dan sangat baik. Ternyata, pria itu benar-benar dingin dan tak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Dicelakai
Dengan penuh emosi, Karina berjalan begitu cepat ke arah kamar dimana para pelayan tadi membawa matras ke dalam sana.
"Pergi kalian semua dari sini!" bentaknya yang membuat semua orang yang tengah membantu Alisa membereskan kamar itu segera keluar dengan terburu-buru.
Semua pelayan di rumah ini sudah tahu, kalau Karina itu adalah kesayangan Mark. Apa yang diperintahkan oleh wanita itu, sama seperti perintah dari Mark. Maka semua hanya bisa pergi dari tempat itu dengan cepat. Karena tak mau juga sampai terkena masalah.
Alisa yang menoleh, mengetahui kalau itu adalah Karina. Masih diam di tempatnya. Seperti yang dikatakan oleh Mark. Alisa sama sekali tidak boleh memperlihatkan wajahnya pada Karina. Maka, Alisa berusaha untuk tidak membuat Karina melihat wajahnya dengan menundukkan kepalanya.
Sayangnya, Karina malah dengan cepat menghampiri Alisa dan segera menarik lengan Alisa dengan sangat kuat.
"Dasar perempuan jalangg!" pekik Karina yang langsung menghempaskan lengan Alisa dengan kuat sampai wanita itu terjatuh setelah di seret beberapa langkah dari tempatnya semula.
Brakk
Alisa sampai jatuh ke lantai. Dia benar-benar tidak berdaya. Seandainya saja dia tidak punya hutang budi pada Mark. Mungkin dia benar-benar akan melarikan diri dari tempat ini seperti yang selalu di sarankan oleh bibi Dini.
Semua orang berkuasa di rumah ini, benar-benar sangat kasar padanya. Dan memperlakukan dirinya seperti seorang yang hina dan tidak berharga sama sekali.
Alisa mengaduh kesakitan, kakinya sangat sakit. Tangannya juga.
Tapi sepertinya, melihat Alisa kesakitan dan terjatuh seperti itu belum membuat Karina puas. Wanita itu kembali menarik Alisa. Kali ini caranya sungguh tidak manusiawi sama sekali. Karina menarik rambut Alisa, bahkan menyeretnya keluar dari kamar.
"Tolong lepaskan, sakit... tolong lepaskan!"
Alisa memohon pada Karina agar melepaskan tangannya dari rambutnya itu. Dia merasa sangat kesakitan. Perih dan sakit seperti kulit akan terkelupass dan panas benar-benar membuatnya sangat kesakitan.
Karina yang melakukan perbuatan kejinya itu dengan penuh amarah. Bahkan mengerahkan seluruh tenaga yang dia miliki. Tanpa ampun, Karina menyerat Alisa sampai ke dekat tangga.
Alisa menangis, dia merintihh kesakitan. Dia berusaha sebisanya untuk menahan tangan Alisa, namun tetap saja beberapa helai rambut Alisa bahkan sudah tercabut dengan paksa.
"Dasar wanita tidak tahu diri! aku akan menghabisimu, beraninya kamu merayu Mark. Aku akan membuatnya mengingatnya, dan menyesalinya seumur hidup..."
Brakk
Karina yang memang sudah gelap mata, karena merasa Alisa telah membuat Mark membagi kasih sayangnya. Mendorong Alisa dengan begitu keras ke arah anak tangga.
Alisa terjatuh, berguling dari anak tangga paling atas, sampai anak lantai satu rumah mewah itu .
"Nyonya!" pekik bibi Dini yang memang sejak tadi hanya bisa menunggu di lantai satu.
Melihat Alisa terjatuh dari lantai dua, sampai saat bibi Dini melihat bagian bawah kepalanya mengeluarkan banyak sekali cairan merah. Bibi Dini berteriak sangat kencang.
"Tolong! pak Mamat, pak satpam, tolong! tolong!"
Bibi Dini panik, tangannya gemetar menahan kepala Alisa yang membuat tangannya berlumuran cairan merah itu.
"Nyonya, Nyonya..."
Suasana menjadi panik. Pelayan pria yang belum jauh dari tempat itu segara berlari menghampiri bibi Dini.
"Nyonya..."
"Tolong, tolong bawa ke mobil. Pak Mamat, tolong antar ke rumah sakit. Cepat pak, tolong!"
Bibi Dini sungguh sangat panik. Dia tidak perduli lagi apakah Karina akan marah atau tidak dengan apa yang dia lakukan ini. Yang dia pikirkan hanya bagaimana menyelamatkan Alisa yang sudah tidak sadarkan diri dengan kepala yang sudah berlumuran darahh.
Semua pelayan membantu bibi Dini. Dari lantai dua, Karina bahkan tidak sama sekali terlihat menyesal atas apa yang dia lakukan. Wajahnya sangat puas, dan terlihat masih ada kebencian pada Alisa.
"Berani merayu priaku. Inilah akibatnya!" geramnya seolah dia belum cukup melakukan hal keji itu pada Alisa.
Seolah Karina tidak akan mengalami masalah apapun setelah dia melakukan hal jahat itu pada Alisa.
Di mobil, bibi Dini tak berhenti menangis. Dia menggunakan sweaternya sendiri untuk menyeka pendarahan di bagian kepala Alisa itu.
"Nyonya, nyonya bertahanlah. Setelah ini, pergilah nyonya. Bibi sudah tidak sanggup melihat nyonya di perlakukan seperti ini. Nyonya..."
Pak Mamat yang merupakan sopir dari kediaman Mark. Sesekali melihat ke arah spion. Dia mencoba mengemudikan mobil itu secepat yang dia bisa. Dia sangat berusaha.
Dalam hati pak Mamat. Juga merasa kasihan pada Alisa. Tapi mau bagaimana, situasinya memang dia juga tidak bisa berbuat apa-apa.
"Bibi, apa yang terjadi?" tanya pak Mamat, lalu kembali melihat ke arah depan, tapi selanjutnya pak Mamat kembali melihat sekilas ke arah bibi Dini yang air matanya sudah berderaian itu, "bagaimana nyonya bisa terluka?" tanya nya lagi.
Bibi Dini masih berusaha menghentikan isak tangisnya.
"Nona Karina mendorong nyonya Alisa dari lantai dua, nona Karina marah karena nyonya Alisa pindah ke rumah utama lagi!" kelas bibi Dini sesuai dengan apa yang dia lihat dan ketahui.
"Ck, kenapa seperti itu ya bi. Padahal nyonya istri sahnya tuan. Di nikahi secara sah di mata hukum. Bahkan resepsi waktu itu juga cukup besar kan. Kenapa malah harus tinggal di halaman belakang, dan nona Karina yang bukan siapa-siapa malah bersikap seperti istri tuan Mark. Cemburu membabi-buta!"
Mendengar ucapan pak Mamat. Bibi Dini juga tidak bisa mengatakan atau berkomentar apapun. Dia sendiri adalah saksi hidup. Alisa tidak pernah diperlakukan pantas di rumah itu. Baik itu sebagai istri sah Mark. Atau bahkan sebagai manusia.
Ketika mereka tiba di rumah sakit. Pak Mamat juga segera keluar dari mobil dan minta bantuan dari para perawat yang terlihat di depan rumah sakit.
"Tolong, tolong bantu saya. Nyonya saya terluka. Dia berdarahh banyak sekali, tolong bantu!" kata pak Mamat.
Dan dengan cepat, para perawat pria menarik tempat tidur pasien dorong mengikuti arah lari pak Mamat.
Beberapa perawat wanita juga ikut menyusul sambil berlari dan membawa alat medis seadanya di dekat mereka.
Bibi Dini membantu para perawat dengan perlahan membaringkan Alisa di tempat tidur dorong.
"Apa yang terjadi pada pasien?" tanya salah satu perawat wanita yang segera menempelkan kain putih yang sudah di beri cairan obat sebelumnya di belakang kepala Alisa.
Bibi Dini dengan tergagap menjelaskan apa yang terjadi pada Alisa. Begitu sampai di ruangan unit gawat darurat, perawat itu meminta agar bibi Dini segera menyelesaikan administrasinya.
Pak Mamat yang masih mengikuti terlihat bingung.
"Bi, kenapa tidak telepon tuan saja. Memangnya bibi tahu nama lengkap nyonya, usianya, golongan darahnya!" tanya pak Mamat.
Bibi Dini langsung mengangguk paham.
"Iya benar, telepon tuan. Aku akan telepon tuan!" kata bibi Dini yang berharap tuannya itu datang dan mengurus administrasi Alisa. Bukan masalah biaya, tapi bibi Dini memang sama sekali tidak tahu tentang Alisa. Dan setahu bibi Dini, Alisa mengalami amnesia.
Jadi, bibi Dini sangat berharap. Tuanya bisa datang. Pria itu adalah suaminya, sedikit banyak pasti tahu tentang Alisa.
***
Bersambung...