Lahir Kembali Untuk Memeluk Kalian Season 2

Setelah pulang ke kontrakan, Alvin langsung mendesain pakaian untuk geng miliknya. Ia mendesain menggunakan laptop milik Gilang yang tadi ia pinjam di sekolah.

Sementara itu, Rendra kembali menjadi juru masak Alvin, karena dia tidak bisa mendesain. Alvin sendiri mewarisi kemampuan mendesain pakaian dari ibunya yang merupakan desainer top dunia. Karya ibunya sering dipakai artis internasional dan dipamerkan di berbagai peragaan busana internasional.

Setelah cukup lama mendesain, akhirnya Alvin selesai membuat desain sebuah jaket dengan sayap elang di punggungnya serta tulisan "The Falcon" di bawahnya yang terlihat sangat keren. Di bagian dada juga terdapat gambar elang.

Setelah menyelesaikan desainnya, Alvin langsung mengirimkan desain itu pada Gilang untuk segera diproduksi.

---

Sementara itu, Azalea sedang bersiap-siap pulang ke rumah. Ia sudah bosan berada di rumah sakit.

“Daddy kenapa lama sekali, Mom? Aku sudah gak betah nih ada di rumah sakit,” ucap Azalea yang sebenarnya ingin segera menghubungi Alvin. Saat di rumah sakit, ayah dan ibunya selalu mengawasi bergantian, jadi ia tidak punya kesempatan menghubungi Alvin.

“Mungkin belum pulang dari kantor, tunggu sebentar lagi ya,” ucap Christin yang heran melihat Azalea buru-buru sekali ingin pulang.

“Iya Mom, aku mengerti,” jawab Azalea.

“Baru satu hari gak bertemu aku sudah sangat merindukan Alvin. Dulu aku selalu mengejek anggota gengku yang merindukan pacar mereka, sekarang aku tahu apa yang mereka rasakan saat itu,” batin Azalea.

Tak lama kemudian, Alex datang menjemput mereka. Ia langsung ke rumah sakit setelah pulang dari kantor.

“Daddy kenapa lama sekali? Aku sudah bosan menunggu,” ucap Azalea.

“Iya sayang, maafin Daddy. Tadi ada rapat mendadak dan gak bisa ditunda,” jawab Alex.

“Iya Dad, aku maafin. Ayo kita segera pulang,” ucap Azalea sambil berjalan perlahan karena kakinya masih sedikit sakit.

Mereka bertiga pun meninggalkan rumah sakit dan pulang ke mansion.

---

Di sisi lain, Cheline yang baru saja pulang dari kantor mendapatkan telepon dari ibu angkatnya, Maria.

Tut... Tut... Tut...

“Halo Bu, ada apa?” ucap Cheline setelah panggilan tersambung.

“Ada sedikit masalah, sayang. Geng Yakuza yang ada di negara Sakura sudah tahu kalau kita membantai cabang mereka di kota Jakarta. Mereka mengirim ultimatum: kita harus menyerahkan setengah wilayah kita, kalau tidak mereka akan berperang besar-besaran melawan kita,” ucap Maria yang baru saja menerima surat ancaman dari geng Yakuza.

“Sepertinya mereka sudah benar-benar bosan hidup. Aku yang akan mengurusnya, Bu. Kali ini aku akan mencabut mereka sampai ke akar-akarnya,” jawab Cheline, lalu menutup panggilan.

“Ada apa sayang? Kenapa kamu kelihatan begitu kesal?” tanya Andrew yang melihat wajah putrinya saat melewati ruang keluarga.

“Ada yang mencari masalah lagi dengan kita, Ayah. Mereka komplotan yang sama dengan yang terakhir aku musnahkan,” jawab Cheline.

“Sepertinya mereka sudah tidak menganggapku di kota Jakarta ini. Aku akan turun tangan langsung kali ini, supaya mereka tahu akibatnya,” ucap Andrew.

“Tidak perlu, Ayah. Aku masih mampu menghadapi mereka. Mereka telah menyinggung orang yang salah,” balas Cheline yang sudah tidak sabar membantai geng Yakuza itu.

“Baiklah kalau begitu. Kalau nanti butuh bantuan, langsung beritahu Ayah. Walaupun Ayah sudah keluar dari dunia mafia, Ayah masih punya beberapa koneksi,” ucap Andrew yang pernah menaklukkan beberapa geng mafia besar luar negeri sebelum menyerahkan kekuasaannya pada Cheline.

“Iya Ayah, aku mengerti. Aku pamit ke kamar dulu mau beristirahat,” ucap Cheline, yang langsung diangguki Andrew.

“Entah bagaimana keadaan bocah itu di luar, aku lupa menanyakan keadaannya pada Cheline tadi,” batin Andrew. Ia lalu kembali fokus pada layar laptopnya, menyelidiki geng Yakuza yang sudah dua kali mengganggu keluarganya.

---

Sementara itu, Alvin dan Rendra sedang bersantai sambil bermain game PlayStation yang dibawa Gilang kemarin. Tiba-tiba ponsel Alvin berbunyi.

Tut... Tut... Tut...

“Siapa, Al?” tanya Rendra.

“Gak tahu, Ren. Nomor baru,” jawab Alvin.

“Angkat aja, Al. Siapa tahu penting,” ucap Rendra sambil menghentikan permainan.

“Halo, ini siapa ya?” tanya Alvin setelah panggilan tersambung.

“Halo Al, ini aku Azalea. Aku dapat nomormu dari Dian. Bagaimana kondisimu Al? Apa kamu baik-baik saja? Kenapa kamu langsung pulang kemarin, gak dirawat dulu?” ucap Azalea yang langsung memberondong Alvin dengan pertanyaan.

“Oh, Azalea. Aku baik-baik saja, hanya demam biasa. Tinggal istirahat sebentar sudah sembuh. Kamu sendiri bagaimana? Aku dengar dari Dian kamu masih dirawat,” jawab Alvin.

“Aku sudah baik-baik saja dan sudah pulang ke rumah. Ngomong-ngomong, makasih ya sudah menyelamatkanku. Aku gak sempat bilang makasih, waktu itu kamu sudah pingsan,” ucap Azalea.

“Santai aja, Lea. Kita kan teman,” jawab Alvin.

Setelah itu mereka terus mengobrol hingga dua jam. Azalea selalu mencari topik pembicaraan saat Alvin hendak menutup panggilan, karena ia ingin mendengar suara Alvin lebih lama.

Setelah menutup panggilan, Alvin kembali ke ruang tamu dan melihat Rendra sudah tertidur karena bosan menunggu.

“Bangun Ren, jangan tidur di sini,” ucap Alvin sambil menggoyangkan tubuh Rendra. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya Rendra bangun.

“Sudah selesai nelponnya, Al? Siapa yang nelpon? Kenapa lama sekali?” tanya Rendra.

“Azalea, Ren. Dia menanyakan kondisiku,” jawab Alvin.

“Lama amat. Apa dia tertarik padamu?” ucap Rendra heran.

“Mungkin saja, aku ini kan tampan gak ada obat,” ucap Alvin bercanda, padahal Azalea memang tertarik padanya.

“Hoek, mual aku Al lihat sifat narsismu. Aku mau istirahat saja,” ucap Rendra lalu berjalan ke kamarnya.

Setelah itu, mereka berdua langsung beristirahat karena sama-sama sudah mengantuk.

---

Pagi hari, seperti biasa Alvin bangun lebih dulu. Ia langsung menyiapkan sarapan, karena kemarin Rendra sudah menyiapkan sarapan dan makan malam mereka.

Saat Alvin sedang memasak, Rendra memutuskan untuk mandi dan berganti pakaian sekolah. Sementara Alvin sendiri sudah mandi lebih dulu.

“Pagi Al, gimana kondisimu? Apa masih demam?” tanya Rendra yang sudah rapi.

“Pagi juga Ren. Aku sudah tidak demam lagi. Setelah beristirahat semalam, keadaanku pulih total,” jawab Alvin sambil mengaduk nasi goreng buatannya.

Lima belas menit kemudian, Alvin selesai memasak. Ia membuat nasi goreng sederhana, namun aromanya tetap wangi.

“Ayo sarapan dulu Ren, nasi goreng spesial sudah siap,” ucap Alvin sambil membawa dua piring ke ruang tamu.

“Gak sekalian minumannya, Al?” ucap Rendra yang bertingkah seperti majikan.

“Ambil sendiri lah. Buruan makan, nanti kita terlambat,” ucap Alvin sambil mulai menyantap makanannya.

“Baru jam setengah tujuh Al, buru-buru amat ingin ke sekolah,” balas Rendra santai.

“Terserah kamu saja. Kalau kamu makannya lambat kayak gitu, aku tinggal nanti,” jawab Alvin yang sukses membuat Rendra buru-buru makan.

---

Bersambung...