Lyra hanyalah gadis biasa yang hidup pas-pasan. Namun takdir berkata lain ketika ia tiba-tiba terbangun di dunia baru dengan sebuah sistem ajaib!
Sistem itu memberinya misi harian, hadiah luar biasa, hingga kesempatan untuk mengubah hidupnya 180 derajat. Dari seorang pegawai rendahan yang sering dibully, Lyra kini perlahan membangun kerajaan bisnisnya sendiri dan menjadi salah satu wanita paling berpengaruh di dunia!
Namun perjalanan Lyra tak semudah yang ia bayangkan. Ia harus menghadapi musuh-musuh lama yang meremehkannya, rival bisnis yang licik, dan pria kaya yang ingin mengendalikan hidupnya.
Mampukah Lyra menunjukkan bahwa status dan kekuatan bukanlah hadiah, tapi hasil kerja keras dan keberanian?
Update setiap hari bisa satu episode atau dua episode
Ikuti perjalanan Lyra—dari gadis biasa, menjadi pewaris terkaya dan wanita yang ditakuti di dunia bisnis!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madya_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Pesta ulang tahun
Pagi itu, sinar matahari masuk lembut melalui tirai kamar Lyra. Ia bangkit perlahan, lalu meraih gelang giok kekaisaran yang ia kenakan semalam.
“Zen, buka menu masuk hari ini,” ucap Lyra pelan sambil meregangkan tubuh.
(Ding: Selamat pagi Lyra. Anda berhasil masuk sistem hari ini. Hadiah yang diterima: 1 unit Restoran Luminare + 1 formula wewangian non-alkohol kelas premium.)
Lyra tersenyum lebar. “Restoran Luminare? Itu kan restoran yang katanya paling eksklusif di Jakarta?”
(Ding: Benar. Mulai hari ini, Luminare menjadi milikmu. Formula parfum dapat diproduksi dan dipasarkan untuk keuntungan tambahan.)
Lyra menarik napas dalam-dalam, rasa puas menyelimuti dirinya. “Zen, tolong tampilkan informasi lengkap tentang restoran itu.”
(Ding: Restoran Luminare – Restoran fine dining kelas atas. Memiliki empat jenis kartu keanggotaan:
1️⃣ Platinum – biaya keanggotaan Rp1 Miliar/tahun. Hak prioritas reservasi.
2️⃣ Emas – biaya keanggotaan Rp3 Miliar/tahun. Ruang semi-pribadi dan layanan khusus.
3️⃣ Berlian – biaya keanggotaan Rp8 Miliar/tahun. Ruang privat eksklusif dan akses menu rahasia.
4️⃣ Hitam – undangan khusus atau kepemilikan saham. Hak penuh untuk memesan tanpa reservasi, akses ke ruang VIP tertinggi, dan pelayanan setara pemilik.)
(Karena Lyra pemilik baru, ia otomatis memiliki kartu Hitam dengan hak penuh.)
“Bagus sekali. Jadi mulai sekarang aku bisa datang kapan saja, tanpa repot reservasi,” gumam Lyra puas.
Ponselnya berdering. Nama Manajer Luminare muncul di layar.
“Halo, selamat pagi, Nona Lyra,” suara pria paruh baya yang sopan terdengar. “Saya Adrian, manajer Restoran Luminare. Saya menelepon untuk memberi selamat atas kepemilikan baru Anda. Sesuai prosedur, saya akan mengirimkan kartu keanggotaan hitam eksklusif hari ini. Kartu ini akan menjamin akses penuh Anda ke semua fasilitas kami.”
Lyra tersenyum tipis. “Terima kasih, Pak Adrian. Saya akan datang hari ini. Mohon bantuannya untuk mempersiapkan ruangan terbaik.”
“Dengan senang hati, nona. Semua akan kami siapkan.”
...----------------...
Beberapa saat kemudian, Hera datang ke villa Lyra dengan gaun santai namun tetap elegan.
“Pagi, Lyra. Ada rencana hari ini?” tanya Hera sambil tersenyum.
“Aku baru saja mendapat restoran Luminare sebagai hadiah dari keluarga. Bagaimana kalau kita makan di sana?” jawab Lyra dengan santai.
Hera mengangkat alisnya, terkesan. “Luminare? Kamu serius? Itu restoran yang bahkan kakakku harus antre berbulan-bulan kalau mau reservasi, kemarin saja kita kesana karena aku sudah pesen dari bulan bulan kemarin!”
Lyra hanya tersenyum misterius. “Tenang saja. Kali ini kita tidak perlu antre.”
Sesampainya di Luminare, petugas segera menyambut mereka dengan sopan. Namun langkah Lyra terhenti saat mendengar suara yang familiar.
“Lihat itu. Seorang gadis kampung berani-beraninya datang ke Luminare. Apa dia tersesat?” suara sinis itu milik Ria, yang berdiri angkuh bersama beberapa temannya.
Ria melangkah mendekat, wajahnya dipenuhi ejekan. “Petugas, usir dia. Ini bukan tempat untuk orang yang sok kaya.”
Beberapa pengunjung mulai memperhatikan. Hera menatap Lyra, terlihat sedikit kesal.
Namun Lyra hanya menatap Ria dengan tenang. “Kalau aku mau, dengan satu kata, aku bisa membuatmu keluar dari restoran ini selamanya.”
Ria tertawa keras. “Hahaha! Lihat, dia masih bisa bercanda. Apa kamu pikir ini tempatmu?”
Tiba-tiba, seorang pria paruh baya mendekat dengan terburu-buru. “Nona Lyra, selamat datang. Kami sudah menyiapkan ruang VIP untuk Anda. Ini kartu anggota hitam Anda, tanda kehormatan tertinggi di restoran ini.”
Semua yang melihat, termasuk Ria, terdiam. Kartu anggota Hitam—bahkan para keluarga konglomerat besar jarang memilikinya.
“Pak Adrian, siapa gadis ini?!” tanya Ria panik.
Pria itu menatap Ria dingin. “Mulai hari ini, Nona Lyra adalah pemilik baru Luminare.”
Wajah Ria memucat. Ia langsung mundur dengan kaku, menelan rasa malu yang mendalam.
“Silakan, Nona Lyra. Kami sudah siapkan meja pribadi,” ucap Adrian dengan hormat.
Hera menahan tawa. “Kau benar-benar mengejutkan, Lyra. Aku makin penasaran denganmu.”
Di dalam ruang privat, Lyra dan Hera duduk menikmati hidangan.
“Teman-temanmu sepertinya banyak yang dari keluarga berpengaruh, ya?” tanya Lyra membuka percakapan.
Hera mengangguk. “Ayahku punya hubungan bisnis dengan banyak keluarga besar. Aku sendiri… kadang lelah dengan lingkaran sosial seperti ini. Semua hanya tentang status dan gengsi.”
Lyra tersenyum tipis. “Aku mengerti. Tapi memiliki koneksi juga penting, asal tahu cara memanfaatkannya.”
“Sepertinya kamu bukan gadis biasa, Lyra,” ucap Hera sambil tersenyum penuh arti.
...----------------...
Malam harinya, Lyra mengenakan gaun galaxy biru yang memeluk tubuhnya dengan anggun. Perhiasan giok kekaisaran di lehernya membuat semua mata tertuju padanya saat ia memasuki villa megah keluarga Lestavana.
Hera memegang tangan Lyra, membawanya mendekati kakeknya.
“Kakek, ini temanku Lyra. Dia ingin memberi hadiah untukmu,” ucap Hera.
Lyra menyerahkan sebuah lukisan kuno kerajaan Majapahit. Mata kakek Hera berbinar penuh kagum.
“Ini… karya bersejarah yang sangat berharga. Gadis muda, terima kasih banyak,” ucap kakek Hera dengan suara bergetar.
Kesannya terhadap Lyra langsung membaik. Beberapa tamu penting yang melihat adegan itu mulai berbisik-bisik tentang gadis misterius yang datang bersama Hera.
Di sudut ruangan, dua pemuda memperhatikan Lyra.
“Kenapa dia… mirip dengan ibu?” ucap salah satu dengan tatapan penuh keraguan.
“Sepertinya aku perlu menyelidikinya,” jawab yang lain, sebelum memanggil asistennya secara diam-diam.
Saat pesta masih berlangsung, suara sistem terdengar di telinga Lyra.
(Ding, Ada pihak yang mulai mencari informasi tentang identitas Anda. Berdasarkan analisis, mereka terkait dengan keluarga Kandiswara.)
Lyra memegang gelas anggurnya erat-erat, wajahnya tetap tenang meski jantungnya berdetak cepat.
“Jadi… akhirnya mereka mulai bergerak. Bagus. Aku sudah siap menghadapi kalian,” batinnya sambil melirik Zen dalam pikirannya.
(Ding, Jangan khawatir, Lyra. Selama aku ada, kamu tidak sendirian.)
Lyra tersenyum kecil. Hidup barunya baru saja dimulai.
