Dari kecil Raka tidak pernah merasakan kasih sayang seorang Ibu, Ibu nya selingkuh saat ia baru berusia satu tahun. dan saat itu Ayah nya tidak pernah menjalin hubungan dengan seorang perempuan.
Sampai Raka di usia 22 tahun, Ayah nya memutuskan untuk menikah dengan janda satu orang anak.
Disanalah hidupnya berubah setelah berkenalan dengan Adik tirinya bernama Nadine, Nadine baru berusia 20 tahun, mahasiswi semester 4 jurusan Tata boga.Dan ternyata mereka satu kampus.
Nadine tidak ikut tinggal dengan keluarga barunya, ia memilih untuk tinggal di apartemen nya, tapi sesekali ia akan menginap di rumah keluarga barunya, dan disanalah Mereka sering bertemu dan berinteraksi. mau di rumah ataupun di luar.
Ada kejadian dimana membuat Raka mulai jatuh cinta dan tertarik kepada Nadine.
kira-kira kejadian Apa ya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Halaman Delapan
***
Raka sudah kembali pulang, ia sengaja pulang cepat agar bisa bertemu dengan Nadine.
Namun sayangnya, saat ia sudah sampai di rumah. Nadine tidak ada, kata Ibu nya Nadine sedang pergi dengan Tari.
Di hari Minggu biasanya memang Nadine jarang berada di rumah, kalau tidak ke toko berarti pergi ke tempat lain.
Raka menjatuhkan tubuhnya di atas sofa, ia memejamkan matanya sejenak.
Bu Rini datang membawa Minum serta Ubu rebus.
“Hari Minggu memang suka ada yang bimbingan? Ibu kira kalau hari Minggu libur.” ucap Bu Rini.
Raka mengubah posisi menjadi duduk. “Tadinya nggak ada, tapi tiba-tiba aja dosen ngasih tahu ada bimbingan. Soalnya satu Minggu kedepan katanya mau ke luar kota.” balas Raka. Ia mengambil Minum yang sudah di sediakan Ibu nya, setelah itu ia mencicipi Ubi rebus.
Raka sedang menimbang-nimbang, apa ia harus memberitahu Ibu nya soal Ayah nya Nadine? Atau diam saja?.
Bu Rini memperhatikan Raka, sepertinya sedang ada yang menggangu pikiran nya. Gitu-gitu juga Bu Rini pernah kuliah ngambil jurusan psikologi, namun tidak sampai lulus baru sampai semester enam. itu juga Karena keburu melahirkan dan di ceraikan, beliau memilih untuk berhenti dan menjauh sejenak dari orang-orang yang di kenal nya.
“Kenapa Bang? lagi banyak pikiran?” tanya Bu Rini.
Raka terkejut, ia Melirik ke arah abu Rini. Ia baru ingat kalau Ibu sambung nya ini pernah kuliah psikologi walaupun nggak sampai lulus, pasti sudah mempelajari beberapa ilmu soal psikolog.
“Tapi Ibu jangan tersinggung ya.” ucap Raka.
Bu Rini tersenyum. “Nggak janji, memangnya mau bahas apa?”
“Emm.... Mantan suami Ibu.” cicit Raka.
Deg
Bu Rini terdiam, tapi hanya beberapa detik saja. langsung menetralkan keterkejutan nya. belum sempat bicara, suaminya sudah ikut bergabung.
“Cerita aja, kalau memang masih ada sangkut pautnya sama Nadine.” titah Bu Rini.
“Cerita Apa nih?” tanya pak Irawan.
“Ayah diam dulu, kalau nanti cemburu atau nggak suka jangan dulu nyela.” ucap Raka.
“Di mulai aja Bang, ceritanya.” ucap Bu Rini.
“Nadine sempat bilang mau ketemu Ayah nya, pengen lihat sehat atau nggaknya. Terus Abang baru sadar kalau Mata Nadine itu mirip sama Fahri, teman Abang. Nah Fahri juga sudah dari lama nyari Adik seayah nya, soalnya Ayah nya mau ketemu sama anaknya yang pernah nggak di akuinya itu, terus mau minta maaf. Kalau boleh tahu, nama Mantan suami ibu siapa? kalau kata Fahri, nama mantan Istri Ayah nya itu namanya Ani.”
Bu Rini menghela napasnya. “Namanya Andi, dulu memang Ibu di panggil nya Ani, tapi semenjak kejadian waktu itu, Ibu sengaja ganti nama panggilan.”
Raka tercekat, namanya sama dengan Ayah Fahri. Ia langsung mengambil ponsel untuk mencari foto Ayah nya Fahri yang sempat Fahri kirim di Grup.
“Yang ini bukan, Bu?” Tanya Raka memberikan Ponselnya pada Bu Rini.
Bu Rini mengambil ponsel tersebut dan melihat foto yang di maksud Raka, Pak Irawan juga tidak mau kalah, beliau ikut melihat.
Hanya sebentar, Benda pipih yang di pegang nya itu langsung di berikan lagi kepada pemiliknya. “Iya, beliau Ayah Nadine.”
“Sudah lama sakit, Fahri juga jadi kerja part time di bengkel abang.”
“Sakit Apa?” tanya Bu Rini.
“Stroke.”
Pak Irawan menatap lekat Istrinya. “Ibu masih suka sama laki mokondo itu?”
Kedua alis Bu Rini sampai menyatu. “Loh kenapa Ayah tanya begitu?” tanyanya.
“Barusan tanya sakit apa? pengen tahu banget sih sama mantan.” ketus Lam Irawan.
Bu Rini geleng-geleng kepala, sementara Raka sudah tertawa.
“Ya ampun, sudah tua juga masih cemburuan.” ledek Raka.
“Syirik aja kamu, biarin lah terserah Ayah.” sinis pak Irawan.
“Ibu cuma pengen tahu aja Ayah, tanya keadaan bukan berarti masih suka. perasaan Suka itu sudah hilang dari 20 tahun yang lalu.” ucap Bu Rini.
“Udah-udah jangan cemburu lagi.” Lerai Raka. “Jadi gimana Bu, Nadine mau di kasih tahu kapan?”
“Nanti Malam aja, tapi Abang aja ya yang ngasih tahu.”
“Iya nanti Abang yang langsung ngasih tahu, tapi malam ini Nadine pulang kesini atau ke Apartemen nya?” tanya Raka.
“Pulang kesini katanya, katanya masih pengen makan masakan Ibu.” kekeh Bu Rini.
.
Sementara di tempat lain, Hari ini Nadine dan Tari pergi ke Panti. setiap satu bulan sekali pasti mereka berdua akan pergi ke panti.
Kegiatan mereka tidak jauh dari bermain dengan anak-anak dan makan bersama saat menjelang siang.
Kini mereka baru saja selesai pamitan untuk pulang, Nadine tidak membawa Mobil atau motor nya, Tari yang bawa.
“Baru jam dua siang, nongkrong dulu nggak di kafe?” tanya Tari.
“Mau balik cepat Gue, udah ngantuk banget.” jawab Nadine.
Di tengah jalan, Tari ngerasa Ban motor nya kurang angin. Beruntungnya di depan gang sana ada bengkel.
Mereka mampir dulu di Bengkel, saat sedang menunggu karyawan bengkel nya sedang mengisi Angin Ban motor nya Tari. Pandangan Nadine tidak sengaja bertubrukan dengan Fahri.
Hanya sebentar, Nadine merasa ada getaran aneh di hatinya. seperti lagi bertemu dengan orang terdekat yang sudah lama tidak bertemu.
Tapi seingat Nadine, ia tidak kenal dengan Pria tersebut. Hanya pernah ketemu sekali, itu juga saat baru selesai menghadiri Seminar. Seingat Nadine kalau peria tersebut masih temannya Raka.
Sama halnya dengan Fahri, ia juga merasakan perasaan yang sama. Seperti ada rasa kangen.
Fahri memperhatikan Nadine dan Tari yang sudah meninggalkan Bengkel.
“Kenapa kayak nggak asing? Mata itu? kenapa bisa mirip Gue sama Ayah juga.” ucapnya dalam hati.
Fahri kembali mengerjakan pekerjaan nya, ia akan pikirkan itu nanti kalau sudah pulang kerja.
Ada rasa berharap di hatinya, berharap kalau perempuan tadi Adik nya yang ia cari selama ini.
.
Nadine sudah berada di dalam kamar nya, tadi di lantai bawah hanya bertemu Ibunya saja.
Nadine merebahkan tubuhnya di atas ranjang, ia mengingat soal Tadi di bengkel. Ia tahu kalau peria tadi itu salah satu sahabat Abang nya.
“Nggak mungkin kan kalau dia salah satu anak saudara Ibu atau Ayah? Soalnya Ibu nggak punya saudara, ada sih tapi jauh di Aceh. Sementara dari pihak Ayah juga Gue pada kenal.”
“Huh. Pusing kepala Gue.” Nadine memijat pelipisnya.
Walaupun membuat kepalanya pusing, tetap saja Nadine penasaran. Memang sih di Dunia ini ada memiliki kesamaan dalam bentuk wajah, walaupun orang tersebut bukan saudara sedarah.
Tapi ini rasanya beda, seperti mereka itu saling terikat satu sama lain.
“Nggak mungkin, kalau dia.....,