Setelah menangkap basah suaminya bersama wanita lain, Samantha Asia gelap mata, ia ugal-ugalan meniduri seorang pria yang tidak dikenalnya.
One Night Stand itu akhirnya berbuntut panjang. Di belakang hari, Samantha Asia dibuat pusing karenanya.
Tak disangka, pria asing yang menghabiskan malam panas bersamanya adalah CEO baru di perusahaan tempat dirinya berkerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Payang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Mantan Ibu Mertua
Samantha mengamati jalan yang mereka lalui, merasa heran bagaimana bisa bosnya itu tahu arah menuju rumahnya.
"Pak, persimpangan lampu merah di depan, belok kiri ya?" Samantha bersuara di tengah keheningan mereka.
"Tidak perlu repot-repot menipuku, menuju ke rumahmu lurus saja." Kiano melajukan mobilnya, tepat disaat rambu-rambu lampu lintas berubah berwarna hijau saat ia akan menghentikan mobilnya di perempatan.
Samantha tidak bersuara lagi, apalagi Kiano kini berbelok ke arah kanan, memasuki jalan Kebangsaan, komplek perumahannya.
Batang leher para ibu-ibu komplek memanjang, mengikuti mobil mewah yang terlihat asing memasuki pagar rumah Samantha dengan wajah-wajah penasaran mereka yang kontras.
"Kak Dona! Sini!" Samantha keluar dari mobil.
Ibu berdaster lebar hingga mata kaki itu tersenyum lebar begitu namanya dipanggil oleh Samantha, ia segera menarik teman ibu-ibunya yang lain untuk mengikutinya.
"Aku bawa bahan sayuran untuk buat gado-gado, Kak... tuh!" Samantha menunjuk isi bagasi yang sudah dibuka oleh Kiano.
"Ih, banyak kali, Sa..." kaget Dona senang. "Ini bisa buat makan warga sekomplek," cerocosnya penuh binar.
"Tapi aku kelupaan beli kacang tanah sama cabenya, Kak." Samantha menepok jidatnya, ia benar-benar lupa.
"Gampang, banyak di kios Jeng Yeni, Sa. Nanti kami yang handle sisanya. Siapa nih, Sa? Kenalin dong," Kiano yang berdiri di sisi mobil tidak luput dari perhatian Dona.
Samantha menoleh, mengikuti arah mata Dona.
"Oh, ini mas supir, Kak. Namanya Kiano, kebetulan saja mengantarku pulang setelah mengantarkanku menyambangi beberapa toko material," sahutnya, sedikit tegang.
Sekalipun ia memiliki hubungan baik dengan hampir semua ibu-ibu komplek yang super ceriwis itu, tetap ia harus berhati-hati.
Apa yang dialami Elias kemarin sudah membuktikan, bahwa ibu-ibu komplek itu begitu solid. Entah apa yang bisa mereka lakukan, bila tahu ada hubungan apa antara dirinya dan Kiano.
"Oh, supir aja rupanya.... kirain siapa?" Dona terkekeh, kecurigaannya segera menguap.
"Pokoknya ya, Sa... Kita para ibu-ibu komplek sini, nggak bakal ngebiarin lakimu itu gangguin kamu lagi, asal kamu juga bener kelakuannya, jangan sembarang terima laki-laki nggak jelas, apa lagi sampai mau ditidurin!"
"Uhuk!" Samantha langsung tersedak, wajahnya memerah, terus terbatuk-batuk, terlihat sangat menderita.
"Air! Air! Air!" teriak ibu-ibu lainnya panik, termasuk Dona.
"Ini airnya!" Kiano yang cepat tanggap segera memberikan botol mineral sisa minumnya dari dalam mobil. Segera disambar Dona dan meminumkannya pada Samantha.
"Bikin semua orang panik saja, hati-hati dong. Apa kamu punya salah?" Dona kembali nyerocos, setelah melihat Samantha tidak terbatuk-batuk lagi.
"Sudah, jangan ditanya yang macam-macam, nanti Samantha kesedak lagi," timpal salah satu ibu lainnya.
"Mending semua sayuran ini kita eksekusi cepat. Lumayan, bisa bikin kenyang."
Wajah Samantha berubah lega, merasa terlepas.
"Mantap lah kalau begitu. Bawa gih, kalau udah jadi, aku minta dianterin sepiring aja, Kak." Ujar Samantha cepat, padahal dalam hati, masih dag-dig-dug.
"Beres, don't worry lah..."
"Heleh... gayamu... sok keinggris-inggrisan," Dona menyundul pelipis temannya, seketika disambut tawa riuh oleh semuanya.
Begitulah tingkah polah para ibu-ibu komplek itu, mereka memang suka absurd, selau kompak, solid, juga sangat minim dari kata mudah tersinggung.
"Eh, mau liat wajah mas supirnya!" Dona tiba-tiba ingat, dari tadi ia memang penasaran melihat wajah pria itu, yang bersembunyi di balik masker dan kaca mata hitamnya.
Samantha yang baru saja merasa lega kembali menegang, ia takut para ibu-ibu itu melihat bibir Kiano yang masih belum sembuh benar.
"Harus ya?" Kiano nampak keberatan.
"Harus lah... Biar kalau ketemu dimana gitu, kita bisa saling menyapa, orang-orang sini anti sombong loh, Mas." Dona yang jadi pentolan para ibu-ibu komplek tetap bersikeras.
Tidak ada pilihan. Kiano tanpa ribet dan basa-basi, langsung membuka masker dan kaca mata hitamnya, lalu menyugar rambut bagian depan yang menghalangi jidat lebarnya yang glowing.
Dona tidak berkedip, begitu pula ibu-ibu komplek lainnya. Samantha yang melihat respon para tetangganya itu hanya bisa memijat pelipisnya yang tidak pusing.
"Mana ada supir seganteng mas Kiano..." setelah berucap demikian, Dona gegas menyadarkan diri. Pantang baginya berpaling dari suaminya, pria pejuang yang selalu mengusahakan apapun bagi dirinya dan anak-anaknya.
"Iya, gak ada tampang sopir! Pantesan bersembunyi dibalik masker dan kacamata gelap, takut ditaksir ibuk-ibuk ya, Mas?" goda ibu berpakaian hitam serba ketat, spontan disambut tawa riuh termasuk Dona.
Prok! Prok! Prok!
Samantha menoleh, begitu juga Dona dan team ngumpulnya.
Ternyata sumber suara itu berasal dari tangan gemuk seorang perempuan gembrot yang berdiri di depan pagar rumah Samantha, menatap mereka dengan tatapan sinis.
"Mama?" Samantha bergumam, sedikit kaget melihat ibu mertuanya itu ada disana, entah sejak kapan.
"Kaget?!" Gayatri melangkah masuk, hening seketika, tawa riuh para ibu komplek seketika lenyap.
"Mama sudah lama menunggumu pulang, Samantha. Rupanya begini kelakuanmu! Suami sekarat di rumah sakit, bukannya merawat... kamu malah berpesta membagi-bagikan banyak sayuran pada orang-orang yang telah menyebabkan suamimu dirawat di rumah sakit! Dasar isteri tidak bisa diuntung, pantas saja Tuhan menutup kandunganmu, sampai sekarang tidak punya anak! Selamanya kamu akan mandul!"
"Heh, perempuan gembrot! Jangan bawa-bawa nama Tuhan dengan mulut jahatmu itu!" Dona langsung emosi.
"Pantas saja kelakuan pak Elias-nya amit-amit seperti itu, ternyata ibunya lebih parah, bermulut empedu, keluarnya sampah semua!"
"Kamu?! Siapa yang mengizinkan kamu bicara disini, hah?!"
"Kak, aku mohon. Pergilah, ini urusan keluarga," Samantha cepat menengahi.
Bibir Dona yang terbuka, sudah siap memuntahkan perkataan yang lebih pedas lagi mengatup kembali. Samantha benar, ia tidak mau semakin menyulitkan tetangganya itu.
"Baiklah, kalau sampai tangan gemuk itu berani menyakitimu, lapor saja padaku, kami ibu-ibu tidak akan tinggal diam, tidak akan sungkan memberi hukuman seperti pada anaknya." Dona gegas pergi mengajak semua teman-temannya, tidak lupa membawa sayuran pemberian Samantha.
"Mas Elias bukan suamiku lagi, Ma, setelah aku memergoki sendiri perselingkuhannya dengan Olin. Aku tidak berkewajiban lagi merawatnya. Aku juga sudah mendaftarkan gugatan cerai kami," Samantha berucap pelan, setelah Dona dan ibu-ibu lainnya sudah tidak ada disana.
"Tidak semudah itu cerai, Samantha! Rumah yang kamu tempati ini adalah harta bersama, semua harta gono-gini harus dibagi rata. Kalau tidak mau, kamu tidak bisa cerai dengan Elias!"
"Aku yakin Mama pasti tidak lupa pada surat yang pernah mas Elias dan aku tanda tangani diawal pernikahan kami, karena Mama sendiri yang membuatnya. Bahwa harta bawaan mas Elias dan aku harus tercatat terpisah didepan notaris, agar bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, misalnya perceraian, harta kami masing-masing akan kembali pada pemiliknya."
"Rumah cicilan mas Elias, bukankah itu yang ditempati Mama bersama adik-adiknya mas Elias sekarang? Rumah yang aku tempati ini, adalah hasil cicilanku sebelum aku menikah dengan mas Elias, dan sampai sekarang aku masih aktif membayarnya dengan gajiku sendiri."
"Gaji mas Elias, bukankah Mama yang memyimpannya semua? Dengan alasan karena kami belum memiliki anak, jadi gajinya mas Elias disimpan buat anak dari hasil pernikahan kami kelak."
Gayatri terkesiap, apa yang dikatakan menantunya itu memang benar. Tapi ia tidak bisa menerimanya begitu saja.
"Itu katamu, Elias tidak mungkin tidak membeli perabotan rumah tangga, aku harus mengambilnya!"
"Maaf, Mama tidak boleh masuk ke rumahku dengan niat jahat seperti ini," Samantha cepat menghadang di depan pintu.
"Minggir!" Gayatri mendorong sekuat tenaga, tubuh ramping Samantha yang hampir terjatuh segera ditangkap oleh kiano yang sejak tadi tidak ikut campur.
"Cukup, Bu. Anda ingin kami laporkan atas tindakan tidak menyenangkan?" tekan Kiano dengan nada mengancam.
"Hei, sopir sepertimu tidak pantas bicara seperti itu padaku! Samantha memang payah! Lepas dari Elias yang adalah PNS malah dapat sopir tidak berguna, menang ditampang saja!"
Kiano naik pitam. Hanya bermodal satu lengan kekarnya saja, Tubuh bulat Gayatri sudah tersampir pada pundaknya bak karung beras.
"Pak Kiano, apa yang Anda lakukan?!" Samantha panik.
"Cepat tunjukan rumah pak RT, sebelum aku main hakim sendiri!"
"Ba-baik!" Samantha tergopoh-gopoh berlari diikuti Kiano yang menggendong Gayatri.
"Sopir sialan! Lepasin saya! Saya akan menuntutmu!" teriaknya tidak karuan, menjadi tontonan warga komplek dari depan rumah mereka masing-masing sore itu.
Bersambung✍️
syang.. aku ijin pergi ke sana yaa... semangat kerjanya.. papay.. muaahh/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer/