Alina seorang wanita muda yang harus menerima kehancuran rumah tangganya karena ulah suami dan ibu tirinya yang suka bermain di belakang.
Selama ini dia sudah menganggap bu Nurma seperti ibu kandungnya sendiri tapi ternyata wanita itu malah mengambil suaminya.
"Emmhhh Rizal... Tambah lagi ya pompanya" Ucap Nurma sambil memejamkan matanya.
"Suka ya sayang?" Tanya Rizal dan menambah ritme pompaannya sesuai dengan permintaan Bu Nurma.
Mau tahu kisah mereka bertiga selanjutnya? baca terus novel ini ya kak, terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitriandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25: Nurma marah pada Alina
“Akhirnya sampai rumah juga” Gumam Nurma dan membuka pintu rumah.
Dia langsung ke kamar dan memasukkan kembali baju-baju miliknya yang ada di koper ke dalam lemari.
“Duh angkat kopernya kok susah sih, perasaan dulu aku biasa aja angkat turunin koper ke atas lemari” Gumam Nurma.
“Biarin aja lah disini, nanti tinggal nyuruh Rizal aja yang angkatin ke atas. Sekalian nurunin kotak berisi perhiasan dan sertifikat milik orangtua Alina” Gumam Nurma dan merebahkan dirinya di atas ranjang.
Dia mulai memejamkan matanya karena mata sudah ngantuk dan perut kenyang, apalagi siang-siang gini paling enak emang tidur.
Beberapa jam kemudian Alina pulang dari kantor dengan membawa beberapa sayuran dan daging yang dia beli di toko sayur sebelum komplek perumahan.
“Assalamualaikum..” Gumam Alina dan masuk ke dalam rumah.
Tidak ada jawaban dari Nurma, karena dia masih terlelap dalam tidurnya.
“Kemana pelakor ini” Gumam Alina dan menaruh belanjaannya di dapur.
Lantas dia langsung ke kamarnya dan berganti pakaian dengan baju santai.
Alina berniat langsung memasak sekarang, baru mandi.
Kalau nanti-nanti keburu mager masak karena rasa lelah seharian bekerja dan juga antri di kantor pengadilan tadi.
Alina kini sudah berada di dapur, dia mulai memotong-motong brokoli hijau di depannya dan mulai memasak.
Alina akan menumis brokoli saja dan membuat ayam kecap untuk makan malam.
Bau masakan Alina sudah menguar di dapur, bahkan Nurma yang masih tidur menjadi bangun karena bau harum dari masakan Alina.
“Hmm kok bau masakan sih” Gumam Nurma dan membuka matanya.
Lantas dia melihat jam yang ada di dinding ternyata sudah setengah empat sore.
“Pasti Alina yang masak, dia kan kalau hari senin pulang jam tiga” Gumam Nurma dan ke kamar mandi untuk mencuci muka dan gosok gigi.
Lantas dia segera keluar dari kamar dan berjalan ke dapur.
“Ngapain kamu Lin?” Tanya Nurma.
“Lagi masak ini ma, sebentar lagi matang. Mama kapan datang?” Tanya Alina.
“Tadi jam satuan, mama kan sudah bilang kalau masak itu urusan mama! Kamu paham gak sih, lagian Rizal itu selalu lahap jika makan masakannya mama Alina” Jawab Nurma dengan sangat emosi.
“Alina mana tahu kalau mama sudah pulang, lagian Alina tadi panggil-panggil juga gak nyahut. Apa salahnya sih bu, kalau Alina masakin mas Rizal? Dia itu suami Alina loh ma, sudah sepantasnya bagi Alina untuk melayani suami” Ucap Alina.
“Iya ibu tahu kamu istrinya Rizal, tapi kan mama hanya mau membantu mengurangi pekerjaan kamu Lin” Jawab Nurma.
“Hmm ya terimakasih mama sudah mau membantu Alina, tapi ya kenapa barusan mama marah-marah saat tahu Alina masak?” Tanya Alina dengan tatapan memicing ke arah Nurma.
“E-enggak, mama cuma kasihan aja sama kamu reflek aja gitu loh tadi Lin. Kamu kan seharian kerja gitu” Jawab Nurma.
“Oh gitu, mama mau minum apa biar Alina bikinin” Ucap Alina.
“Hmm gak usah deh Lin, mama mau nyapu teras aja lah” Jawab Nurma dan mengambil sapu yang ada di gantungan.
Setelah Nurma pergi, Alina tersenyum sinis melihat kemarahan Nurma saat tahu dia memasak untuk Rizal.
“Hmmm udah pas” Gumam Alina saat mencicipi masakannya.
Tanpa Alina ketahui jika di teras Nurma sedang mengadu pada Rizal karena dirinya masak untuk makan malam.
[pokoknya kamu nanti beliin makan malam buat kita, aku mau ikan bakar..!] Ucap Nurma.
[Alina kan sudah masak buat kita, kasihan dia sayang lagian masakannya kan nanti bisa mubadzir kalau kita beli makanan di luar] Jawab Rizal, sebenarnya bukan hanya itu saja sih alasannya tapi dia juga kasihan melihat effort Alina yang sudah masak untuk makan malam mereka.
[pokoknya aku gak mau tahu! Kamu beli makanan buat makan malam atau gak ada jatah buat kamu] Ancam Nurma.
[iya sayang iya, nanti aku beliin ya] Jawab Rizal.
Lantas dia langsung mematikan panggilan karena mau keluar kantor dan absen di bawah.
Rizal kadang heran dengan tingkah Nurma, sejak mereka bersama Rizal di larang makan masakan Alina.
Dia hanya boleh minum kopi saja agar Alina tak curiga.
Segala kebutuhan biologis dan perut Rizal semua harus Nurma yang menghandle.
Alina kini sudah fresh karena dia baru selesai mandi dan berdandan sedikit agar tak terlihat kucel, meskipun dia sudah mendaftarkan perceraiannya dengan Rizal ke pengadilan tapi Alina akan membuat Rizal tahu jika dia juga cantik.
“Sudah mandi Lin?” Tanya Nurma yang kini duduk di ruang tv.
“Baru selesai ma, mama lagi ngapain?” Tanya Alina.
“Ohh ini lagi lihat berita perselingkuhan artis, emang gila sih! Istri udah cantik kayak gitu malah selingkuh sama wanita yang kecantikannya standar kayak gitu” Jawab Nurma dan mengomentari berita di tv.
Dia tak sadar kini menjadi pelakor di hubungan anak tirinya.
“Assalamualaikum..” Ucap Rizal memasuki rumah.
“Wa'aikumsallam, loh bawa apa mas?” Tanya Alina dengan melihat tentengan di tangan Rizal.
“Ini sayang mas belikan kamu ikan bakar, kenapa sayang?” Ucap Rizal.
“Yaaah kok beli makanan sih mas, aku udah masak loh” Jawab Alina.
“Ya ampun maaf sayang, mas kan gak tahu kalau kamu masak sore ini” Ucap Rizal dengan suara di buat seperti merasa bersalah.
“Iya sih, salahku tadi gak beritahu mas Rizal” Jawab Alina dengan raut wajah sedih.
“Ini pasti ulah Nurma sialan yang udah nyuruh Rizal beli makanan di luar” Gumam Alina dalam hati.
“Maafin mas ya, oh ya buatin kopi sayang” Ucap Rizal.
“Iya mas” Jawab Alina dan mengambil bungkusan yang ada di tangan Rizal.
Alina segera membuatkan kopi untuk suaminya dan menata ikan bakar itu di piring serta di sajikan di meja makan.
🙏🙏👍👍👍