Kehidupan sempurna. Paras cantik, harta melimpah, suami yang berkuasa. Nayla merasa hidupnya begitu sempurna, sampai ketika Stefan suaminya membawa seorang gadis muda pulang ke rumahnya. Kecewa dan merasa terkhianati membuat Nayla memutuskan untuk menuntut cerai suaminya ...
Dan di saat terpuruknya, ia menerima lagi pinangan dari seorang pria muda bernama Hayden yang menjanjikan kebahagiaan baru padanya ...
Apa yang akan terjadi selanjutnya? Mari bersama-sama simak ceritanya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nikma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membuang
Roselyn di temani Helen sedang berjalan-jalan di taman sekitar paviliun belakang sore itu. Namun, karena bosan hanya melihat pemandangan yang sama di taman paviliun yang juga tak terlalu besar, Roselyn memberanikan diri berjalan lebih jauh lagi dan mulai memasuki taman kediaman utama.
"Nona, bukankah ini taman kediaman utama? Lebih baik kita kembali saja, ya." Bujuk Helen yang cemas, andai saja majikannya itu bertemu dengan nyonya Nayla.
Walaupun, ia memang pelayan pribadi Roselyn, namun ia tahu posisi nonanya itu yang merupakan simpanan tuan rumah, bukanlah posisi yang baik.
Terlebih selama bekerja di kediaman Saverio itu, ia juga tak mendapatkan perundungan, karena ia mendengar bahwa nyonya rumah sendiri yang meminta agar pegawai lain tak merundungnya. Jadi, ia merasa berhutang budi dan berusaha menghindari konflik sebisa mungkin.
"Tidak apa Helen. Jam segini biasanya taman sudah sepi. Lagipula taman ini juga sangat besar, kemungkinan kecil aku akan bertemu nyonya Nayla ... Terlebih ini semua kan sebenarnya aset tuan Stefan. Dan aku adalah kekasih tuan Stefan, jadi aku juga punya hak dong untuk melihat-lihat taman ini." Jawab Roselyn sambil terus berjalan ke taman utama.
Keindahan taman utama dan taman paviliun memang sangat berbeda. Baik luasnya juga aneka tanaman yang ada di sana. Roselyn benar-benar mengangguminya.
"Tapi ..."
"Cukup ikuti aku saja, Helen. Tuan Stefan memperkerjakanmu sebagai pelayan pribadiku. Harusnya kamu tinggal patuh dan mengikutiku saja." Seru Roselyn tegas.
"Baik, nona." Jawab Helen pasrah. Ia tak bisa lagi membantah, karena yang dikatakan majikannya itu memang benar adanya.
Roselyn terus berjalan menyusuri taman. Sampailah ia di depan labirin bunga mawar tempat favorit Nayla berada. Karena penasaran, ia pun memutuskan untuk masuk ke dalam. Tak lama setelah ia menyusuri labirin itu, ka menemukan gazebo dan ayunan anyaman milik Nayla di sana.
"Wah, aku tak menyangka di dalam labirin seperti ini, bisa ada tempat seindah ini." Seru Roselyn antusias. Ia segera berkeliling dan mengamati gazebo itu. Dan diakhiri dengan ia mencoba ayunan anyaman di sana. Ia seperti anak kecil yang menemukan mainan baru. Roselyn terlihat begitu senang dan tertawa dengan ceria.
"Nona ... Saya rasa ini tempat nyonya Nayla. Mana mungkin tempat seindah ini, memang hanya kebetulan dibuat. Sebaiknya, kita segera pergi dari sini nona." Bujuk Helen yang takut jika ada yang datang.
"Sebentar saja. Aku ingin mencobanya. Aku belum pernah main sesuatu seperti ini." Jawab Roselyn keras kepala. Helen sampai kehilangan kata-katanya.
...
Di tempat lain, Nayla sedang mencari sapu tangan kesayangannya. Itu Adalah sapu tangan dengan sulaman bunga mawar pemberian dari ibunya. Ia selalu membawa sapu tangan itu kemanapun. Tapi, ia tak melihat itu hari ini.
"Kapan anda terakhir melihatnya nyonya? Untuk pakaian terakhir anda kemarin dan pagi ini, saya tidak melihat sapu tangan itu sama sekali." Ucap Ana yang juga membantu mencari sapu tangan itu. Begitupun juga dengan Lisa dan Risa.
Nayla terdiam berusaha mengingat kapan terakhir kalinya ia melihat sapu tangan kesayangannya itu. Dan ia baru ingat kalau kemarin sempat ia pakai saat di tempat favoritnya.
"Sepertinya aku ingat. Mungkin ada di tempat favoritku. Kemarin sempat aku pakai di sana." Seru Nayla pada para pelayannya.
"Kalau begitu, anda tenang saja nyonya. Selain anda dan kami, tidak ada orang lain yang berani ke sana. Dan kemarin, kami belum ke sana. Harusnya sapi tangan anda masih aman di sana." Kata Ana menenangkan Nayla.
"Kalau begitu ayo kita cari bersama nyonya." Ajak Lisa. Nayla mengangguk dan mulai melangkah menuju tempat favoritnya.
Saat ia sudah memasuki labirin samar-samar ia mendengar suara gelak tawa dari dalam. Nayla segera mempercepat langkah kakinya. Matanya melebar saat ia melihat Roselyn berada di sana, di tempat favoritnya. Terlebih ia duduk di atas ayunan kesayangannya.
"Apa yang kau lakukan di sini?!" Tanya Nayla dengan nada dingin dan sorot mata yang tajam sarat ketidaksukaan.
Helen segera membungkuk hormat pada Nayla, sedangkan Roselyn masih tetap diam dan asyik duduk di ayunannya. Hal itu membuat Nayla mengerutkan kening heran. Ia berjalan mendekati Roselyn berada.
"Aku tanya sekali lagi, kenapa orang yang harusnya ada di paviliun belakang, malah datang ke sini tanpa seizinku?!" Seru Nayla dengan tatapan tajam serta nada bicara yang dingin terkesan merendahkan.
Barulah disitu, Roselyn bangkit dari duduknya dan berdiri di depan Nayla tanpa rasa malu sedikitpun. Ia justru membalas tatapan tajam Nayla dengan tatapan polos seakan-akan ia tak bersalah.
"Oh, nyonya! Itu sapu tangan anda!" Seru Risa yang langsung berlari untuk mengambil sapu tangan Nayla yang tergeletak di tanah tak jauh dari kaki Roselyn.
Setelah mengambilnya, Risa segera memberikannya pada Nayla. Di sana bisa Nayla liat kalau sapu tangan kesayangannya itu sudah kotor dan terdapat bekas injakan sepatu. Nayla mengepalkan tangan saat emosi seakan menguasai dirinya.
Ia sangat marah saat itu. Benda kesayangannya dan tempat favoritnya sudah diusik oleh wanita kotor, simpanan suaminya. Tapi, Nayla berusaha menahan amarahnya agar tidak meledak di depan Roselyn.
"Helen, tolong bawa majikanmu pergi dari sini. Sudah menjadi peraturan umum di rumah ini, kalau tidak ada yang boleh masuk ke area labirin kecuali aku dan pelayanku." Ucap Nayla dengan nada dingin sambil tetap menatap tajam ke arah Roselyn.
"Kenapa anda begitu sombong. Saya tahu, anda memang nyonya rumah ini. Tapi, taman ini kan masih milik tuan Stefan. Jadi, anda juga tak punya hak melarang saya kemari. Bagaimanapun, saya juga orang yang penting bagi tuan Stefan!" Seru Roselyn dengan tak tahu malunya.
"Apa Stefan sudah memberimu izin untuk datang kemari? ... Asal kamu tahu, bahkan Stefan tak punya izin untuk datang kemari. itu sudah menjadi kesepakatan diantara kami. Haahh.. Aku ingin tau bagaimana pendapatnya nanti." Jawab Nayla dengan nada mengejek. Ia juga segera berbalik dan hendak pergi.
"Kenapa anda begitu membenci saya?! Padahal saya ingin bisa akrab dan berteman dengan anda!" Teriak Roselyn yang mulai menangis seakan-akan apa yang baru saja ia alami sangat tidak adil. Ia sudah mulai merasa terpojok.
Lagi-lagi Nayla sampai terdiam mendengar perkataan konyol dari pelac*r suaminya itu. Bagaimana dia masih bisa berpikir kalau mereka bisa akrab?! Ia merasa mungkin rasa malu dari gadis itu sudah hilang semenjak ia memilih menjadi kekasih suaminya.
"Kau bisa berteman dengan pelac*r lain yang akan dibawa Stefan suatu hari nanti ..." Ucap Nayla dingin dengan nada mengejek. Baru setelah itu ia berjalan pergi meninggalkan tempat favoritnya itu diikuti pelayan-pelayannya.
Roselyn terdiam mendengar perkataan Nayla. Ia mulai merasa cemas dan takut, kalau saja apa yang dikatakan Nayla menjadi kenyataan. Ia takut, jika Stefan akan membawa gadis lain selain dirinya. Lalu, ia akan dibuang oleh Stefan.
"Panggil para pekerja untuk menghancurkan tempat ini nanti malam. Aku ingin, saat pagi nanti tempat ini sudah hilang sepenuhnya. Panggil tukang kebun dan katakan padanya ia bebas merubahnya menjadi apapun, dan menanam apapun di sana. Yang jelas, aku tak ingin melihat tempat ini lagi. Buang apapun yang ada di dalam sana. Bakar saja kalau bisa. Aku tak akan memakai barang bekas yang sudah kotor." Perintah Nayla pada Ana sambil menatap labirin di belakangnya. Itu sudah bukan lagi tempat favoritnya. Semenjak Roselyn menginjakkan kaki di sana, tempat itu sudah tercemar. Jadi, lebih baik itu dihilangkan.
"Baik nyonya, sesuai perintah anda." Jawab Ana dengan patuh. Ia sebenarnya menyayangkan tempat favorit nyonya kesayangannya, harus dimusnahkan. Namun, ia bisa memahami alasan dibaliknya. Dan Ana hanya bisa menjalankan perintah.
.
.
.
Bersambung ...