💔 Dikhianati & Dibangkitkan: Balas Dendam Sang Ibu
Natalie Ainsworth selalu percaya pada cinta. Keyakinan itu membuatnya buta, sampai suaminya, Aaron Whitmore, menusuknya dari belakang.
Bukan hanya selingkuh. Aaron dan seluruh keluarganya bersekongkol menghancurkannya, merampas rumah, nama baik, dan harga dirinya. Dalam semalam, Natalie kehilangan segalanya.
Dan tak seorang pun tahu... ia sedang mengandung.
Hancur, sendirian, dan nyaris mati — Natalie membawa rahasia terbesar itu pergi. Luka yang mereka torehkan menjadi bara api yang menumbuhkan kekuatan.
Bertahun-tahun kemudian, ia kembali.
Bukan sebagai perempuan lemah yang mereka kenal, melainkan sebagai sosok yang kuat, berani, dan siap menuntut keadilan.
Mampukah ia melindungi buah hatinya dari bayangan masa lalu?
Apakah cinta yang baru bisa menyembuhkan hati yang remuk?
Atau... akankah Natalie memilih untuk menghancurkan mereka, satu per satu, seperti mereka menghancurkannya dulu?
Ini kisah tentang kebangkitan wanit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7: Perencanaan di Bawah Ancaman
Dua minggu setelah melahirkan, Natalie sudah tidak lagi berbaring. Ia tampak kurus, tapi tekadnya membakar lebih terang dari sebelumnya. Ia duduk di lantai kamar kos, dikelilingi peta, dokumen, dan catatan tangan. Di ranjang, Kenzo tertidur pulas dalam pelukan Maya.
"Kau yakin tentang Tuan Hadiningrat?" tanya Maya, suaranya dipenuhi kecemasan. "Dia dipecat oleh Keluarga Whitmore. Dia mungkin hanya ingin balas dendam dan akan menggunakan informasimu."
Natalie mengangkat kepala dari dokumennya. "Tentu saja dia ingin balas dendam, Maya. Itu sebabnya aku memilihnya."
"Maksudmu?"
"Dendam adalah mata uang paling berharga. Tuan Hadiningrat dipecat tanpa kehormatan. Dia butuh pembalasan, dan dia butuh uang. Aku menawarkan keduanya. Aku memberinya informasi internal Keluarga Whitmore yang bisa menghancurkan reputasi mereka, dan imbalannya, dia memberiku akses modal, pelatihan, dan perlindungan hukum di luar negeri," jelas Natalie, matanya fokus.
"Risikonya terlalu besar, Nat. Jika Aaron tahu kau masih hidup, apalagi bersekongkol dengan musuh lamanya..." Maya gemetar.
"Dia tidak akan tahu," potong Natalie tegas. "Aku akan menggunakan nama samaran yang benar-benar baru. Di mata Tuan Hadiningrat, aku adalah 'Ny. Elara', seorang investor muda yang mewakili klien anonim yang sangat membenci Keluarga Whitmore. Dia hanya tahu aku punya sumber informasi terpercaya."
Natalie menunjuk pada sebuah peta yang digarisinya. "Aku akan pergi ke Singapura dulu. Di sana, aku akan mengambil kursus keuangan real-time dan membangun jaringan. Setelah enam bulan, aku akan pindah ke Eropa untuk mendirikan perusahaan."
Dialog mereka terpotong oleh tangisan Kenzo. Natalie segera menggendong anaknya, menciumnya lembut.
"Kami harus membuat penyamaran Kenzo sempurna, Maya," ucap Natalie, suaranya melembut hanya saat berbicara tentang anaknya. "Aku sudah menyiapkan dokumen. Kenzo akan lahir dari ibu tunggal bernama Maya Sanjaya. Dia tidak punya ayah."
"Aku sudah mendaftar akta kelahirannya dengan namaku. Tapi bagaimana dengan biayanya, Nat? Dan jika aku harus pindah kerja, bagaimana aku bisa menjelaskan Kenzo?" tanya Maya.
Natalie mengeluarkan sebuah flash drive kecil yang terbungkus rapi. "Ini adalah sebagian kecil dari perhiasan dan emas yang berhasil aku selamatkan sebelum kehancuran. Jumlahnya cukup untuk membiayai kebutuhanmu dan Kenzo selama dua tahun tanpa kau harus bekerja, Maya."
Maya menatap flash drive itu dengan kaget. "Nat, ini terlalu banyak. Aku tidak bisa."
"Ini adalah investasi untuk keamanan anakku. Ambil, dan gunakan untuk membeli rumah kontrakan yang jauh lebih aman, dan mulailah usaha kecil dari rumah. Dengan begitu, kau punya alasan kenapa kau tidak bekerja di kantormu lagi, dan tidak ada yang tahu kau mendapat uang dariku," desak Natalie. "Kita harus memutus semua jejak Natalie Ainsworth."
"Baiklah," kata Maya, matanya berkaca-kaca. "Tapi aku akan mencatat setiap rupiahnya, Nat."
"Tidak perlu," jawab Natalie dingin. "Cintamu pada Kenzo adalah pembayaran yang tak ternilai."
Di malam terakhirnya sebelum keberangkatan, Natalie menghabiskan waktu sendirian dengan Kenzo. Ia menatap wajah anaknya, mencetak setiap detail di memorinya. Ia tahu, lima tahun adalah waktu yang sangat lama.
"Kau adalah alasan Ibu harus menjadi monster, Sayang," bisik Natalie, suaranya bergetar. "Mereka merampas cinta, tapi mereka meninggalkan dendam. Dan dendam ini akan memberimu semua yang pernah mereka ambil."
Ia mengenakan liontin emas kecil dengan ukiran inisial 'K' di leher Kenzo, lalu menyelipkannya di balik bajunya. Itu adalah pengingat.
Pagi buta, di sebuah terminal bus kecil yang jauh dari bandara mewah, Natalie berpamitan dengan Maya dan Kenzo.
"Jaga diri baik-baik, Nat. Jangan pernah lupakan Kenzo," ujar Maya, memeluk Natalie erat.
"Aku akan kembali, Maya. Jangan pernah khawatir. Dan ingat, kau tidak akan tahu siapa 'Ny. Elara'. Kau tidak akan pernah menghubungi nomor asingku, kecuali dalam keadaan darurat," pesan Natalie, menekankan kerahasiaan.
Natalie memeluk Kenzo untuk terakhir kalinya, mencium pipinya lama sekali. Kemudian, ia melepaskan diri. Ia melangkah ke dalam bus. Ia tidak menoleh ke belakang. Ia tahu, menoleh ke belakang berarti ia akan goyah.
Saat bus mulai melaju, Natalie menatap ke luar jendela. Wajahnya yang dulu diwarnai kepedihan, kini mengeras, menjadi topeng wanita yang kejam dan penuh tekad. ****
