NovelToon NovelToon
Ambil Saja Suamiku Untukmu

Ambil Saja Suamiku Untukmu

Status: tamat
Genre:Pelakor jahat / Poligami / Selingkuh / Tamat
Popularitas:617.1k
Nilai: 4.7
Nama Author: Eys Resa

Bagaimana jika di hari pernikahan setelah sah menjadi suami istri, kamu ditinggal oleh suamimu ke luar negeri. Dan suamimu berjanji akan kembali hanya untukmu. Tapi ternyata, setelah pulang dari luar negeri, suamimu malah pulang membawa wanita lain.

Hancur sudah pasti, itulah yang dirasakan oleh Luna saat mendapati ternyata suaminya menikah lagi dengan wanita lain di luar negeri.

Apakah Luna akan bertahan dengan pernikahannya? Atau dia akan melepaskan pernikahan yang tidak sehat ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Wajah Asli

Dua bulan berlalu bagai badai tak berujung bagi Luna. Rumah yang seharusnya menjadi tempat berlindung, kini terasa seperti medan perang. Uang bulanan dari Rafi, yang sejak dulu tidak cukup, kini bagai setetes air di gurun pasir. Setiap kekurangan, setiap celah pengeluaran, selalu ditutupi oleh uang pribadi Luna. Obat-obatan Bu Endah yang terus-menerus harus dibeli, kebutuhan dapur yang tak ada habisnya, semua itu menguras tabungannya perlahan namun pasti.

"Bu, Luna mau ke pasar beli beras lagi ya. Yang di rumah sudah habis," ujar Luna suatu pagi, mencoba bicara dengan nada setenang mungkin.

Bu Endah, yang sedang asyik menonton televisi, hanya melirik sekilas. "Loh, kemarin kan baru beli? Masa sudah habis lagi? Jangan terlalu boros lah, kasihan yang nyari uang jauh-jauh."

Hati Luna mencelos. Ia mengepalkan tangan, menahan emosi yang bergejolak. "Tapi, Bu, itu kan dipakai juga untuk makan, untuk kebutuhan sehari-hari. Belum lagi obat Ibu..."

"Sudahlah, kamu ini boros sekali. Kenapa nggak belanja bulanan aja sih?" potong Bu Endah, kembali fokus ke layar televisi.

Luna hanya bisa menghela napas panjang. Rasanya percuma berdebat. Mertuanya seolah menutup mata dan telinga terhadap semua pengorbanan finansialnya. Mereka hanya melihat angka besar yang dikirim Rafi, tanpa pernah peduli berapa banyak yang harus Luna tambahkan dari kantongnya sendiri.

Penderitaan Luna semakin bertambah dengan sikap Rafi yang mulai menjauh. Pria itu, yang dulu tak pernah absen menghubunginya setiap hari, kini bisa dihitung jari berapa kali ia menelepon dalam seminggu. Pesan singkat pun jarang dibalas. Luna merasa sendirian, terperangkap dalam sangkar emas yang perlahan menghimpitnya.

Dalam kegelapan yang menyelimuti harinya, Naura, sang sahabat, adalah satu-satunya harapan. Luna sering pergi keluar rumah, mencari pelarian dari semua tekanan. Di sebuah kafe kecil di sudut kota, ia akan menumpahkan semua keluh kesahnya.

"Naura, aku sudah tidak tahan lagi," keluh Luna suatu sore, air matanya menetes. "Aku merasa seperti bank berjalan. Rafi juga, dia berubah. Dia jarang menghubungiku sekarang."

Naura menggenggam tangan Luna erat. "Sabar, Lun. Aku tahu ini berat. Tapi kamu harus kuat."

"Kuat sampai kapan? Sampai uangku habis? Mereka tidak pernah melihat pengorbananku, Ra. Mereka hanya tahu uang dari Rafi, mereka kira aku nggak punya uang hanya karena aku nggak kerja pake baju kantoran. Tapi kamu tau kan kerjaan ku apa. Bahkan gaji Rafi itu nggak ada separuhnya dari gajiku.," suara Luna bergetar karena amarah yang sudah tidak bisa dikendalikan.

"Aku tahu. Tapi kamu tidak sendiri, Lun. Kalau ada apa-apa, langsung hubungi aku, ya," hibur Naura, matanya penuh empati.

Pertemuan dengan Naura selalu menjadi penawar sejenak. Namun, saat kembali ke rumah, Luna harus kembali menghadapi realitas pahit. Cibiran dan sindiran dari mertuanya sudah menjadi makanan sehari-hari.

"Baru pulang, Nak? Asyik sekali keluar rumah, sampai lupa kalau di rumah ada pekerjaan yang belum selesai," sindir Bu Endah suatu malam, saat Luna baru saja masuk pintu.

Luna hanya bisa menunduk, tak ingin memperpanjang masalah. Ia mencoba menelan semua cibiran itu, berharap suatu hari semuanya akan berakhir

Tiga bulan berlalu, dan rumah keluarga Rafi berubah menjadi neraka bagi Luna. Sikap manis yang dulu diperlihatkan mertuanya di awal pernikahan kini luntur, menampakkan wajah asli mereka yang semena-mena. Mereka sering mengungkit-ungkit masalah uang, seolah-olah Luna adalah parasit yang hanya menguras harta Rafi.

Puncaknya terjadi suatu siang. Luna baru saja pulang dari apotek, setelah membeli obat rutin Bu Endah dengan uang pribadinya. Ia meletakkan kantong obat itu di meja makan.

"Bu, ini obatnya sudah aku beli, diminum sampai habis ya, " kata Luna, mencoba bersikap biasa.

Bu Endah mengambil kantong obat itu, lalu menatap Luna dengan pandangan menyelidik. "Mahal sekali ya obat ini? Apakah harganya memang segini? atau kamu memanipulasi nya? "

Kesabaran Luna sudah di ambang batas. Kata-kata itu, yang telah ia dengar berulang kali, kini terasa seperti pisau yang menghujam hatinya. Ia sudah menahan diri terlalu lama.

"Ibu! Kenapa Ibu selalu mengungkit-ungkit uang Rafi?! Ibu tidak tahu berapa banyak uang yang sudah ku keluarkan untuk menutupi semua ini?!" Luna membentak, suaranya menggelegar di seluruh ruangan.

Bu Endah terkejut, matanya membulat. Ia tak menyangka Luna akan membentaknya. "Berani sekali kamu membentak Ibu?! Kamu ini menantu macam apa?!"

"Menantu macam apa Ibu bilang?! Lalu Ibu mertua macam apa yang tidak pernah menghargai pengorbanan menantunya sendiri?! Ibu pikir saya tidak punya uang?! Ibu pikir saya tidak punya kehidupan?! Saya sudah capek, Bu! Capek sekali selalu mendapatkan cibiran dari ibu. !" Luna tak bisa lagi menahan tangisnya. Air mata yang selama ini ia tahan, kini mengalir deras.

Bu Endah berdiri, wajahnya merah padam. "Kurang ajar! Kamu menganggap kami menyusahkan?!"

"Terserah Ibu mau anggap apa! Saya akan buktikan, siapa yang sebenarnya mengeluarkan uang lebih banyak di rumah ini! Selama ini apa ibu tau berapa rafi memberi uang padaku, lima juta,hanya lima juta. " Dengan langkah gemetar, Luna meraih tasnya dan berlari keluar rumah. Kemarahannya telah mencapai titik didih. Ia harus menunjukkan bukti, bukti nyata dari semua pengorbanannya. Tujuannya satu: bank. Ia akan mencetak rekening koran pribadinya.

Dengan langkah tergesa-gesa dan hati yang berdegup kencang, Luna menuju bank. Ia membutuhkan bukti nyata untuk membungkam mulut mertuanya. Setelah proses yang terasa sangat lama, akhirnya rekening koran tercetak. Luna menatap angka-angka di sana, angka-angka yang menceritakan kisahnya selama beberapa bulan terakhir. Saldo yang terus berkurang, menandakan pengeluaran yang tak henti-hentinya.

Saat ia melangkah keluar dari bank, ponselnya berdering. Nama "Naura" tertera di layar.

"Halo, Lun? Kamu baik-baik saja? Suara kamu tadi di telepon..." Naura terdengar khawatir.

"Aku tidak baik-baik saja, Nau. Aku membentak Ibu mertuaku. Aku sudah tidak tahan lagi," jawab Luna, suaranya masih bergetar. "Aku sedang dalam perjalanan pulang. Aku baru saja mencetak rekening koran. Mereka harus tahu kebenarannya."

"Oke, hati-hati ya, Lun. Kalau ada apa-apa, telepon aku lagi," kata Naura.

Luna mengakhiri panggilan dan melanjutkan perjalanan pulang. Pikirannya dipenuhi dengan skenario perdebatan yang akan terjadi. Ia siap menghadapi apa pun. Dengan rekening koran di tangan, ia merasa memiliki senjata.

Setibanya di depan rumah, Luna menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Ia membuka gerbang dan melangkah masuk. Namun, pemandangan yang menyambutnya membuat langkahnya terhenti. Di ruang tamu, ia melihat sosok yang sangat ia kenal, sosok yang sudah lama ia rindukan, namun juga sosok yang telah menyakitinya. Rafi.

Tapi Rafi tidak sendiri. Di sampingnya, duduk seorang wanita cantik dengan senyum manis di bibirnya, dan sebuah koper besar tergeletak di lantai. Mata Luna melebar. Dunia seolah berhenti berputar. Apa yang terjadi?

1
Anonymous
Sbnrnya klo pengajuan cerai dr pihak wanita tidak perlu ttd pria. Klo sidang, hakim ud putus cerai. Mau suami ga mau jg, ttp cerai. Jd gada hub dgn ttd.
Sri Fit
bagus kok, Dewi mandiri dan bisa menentukan arah hidupnya dg positif agar tidak tertekan
Sri Fit
bagus
Sri Fit
lanjut
Desi Revani
ko aneh yah so Saras bisa ngomong seenaknya di depan ceo dan kaga di pecat cuman di tegur biasa bukan tindakan tegas masa seorang karyawan bisa seenaknya di depan ceo dan ceo kaga bisa ngapain aneh karyawan lebih berani dan berkuasa ketimbang ceo sendiri
Betty
bagus
Ummi Rafie
aah.., bakalan seru nich
Sapna Anah
bima itu apa anak buahnya Arya y
Vivi Yanti
yg penting kebutuhan biologis kan rafi begooo kamprettt seetttt settt seeetaaaaaan🤣🤣🤣
Hua Hua
maaf tnya, lak doni bapaknya rafi kemana ya??
Diny Julianti (Dy)
katany Luna tinggal di apartemen, ko djemput depan rumah
Diny Julianti (Dy)
untung Luna masih segel masih perawan
℘ℯ𝓃𝓪𝔇𝔞𝔯𝔞𝔥𝔅𝔦𝔯𝔲ᵃᶠʸᵃ☂
Saras dasar ga sedar diri, muka ga tau malu.. sama 2x5 dgn si mario playboy 🤣
Dewa Rana
mestinya Sara's dipecat tuh
ceuceu
akhirnya setelah badai terbitlah pelangi untuk rafi dan luna, masing" sudah menemukan kebahagiaan.
happy ending
ceritanya bagus tdk bertele" thor.
Ani Maryani
y kaya nya Rafi atau Saras korupsi uang perusahaan
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝: Halo kak baca juga d novel ku 𝙖𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya, trmksh🙏
total 1 replies
Ani Maryani
menceritakan perselingkuhan dan penghianatan dan keluarga laki tidak BS menghargai pengorbanan luna
Modish Line
Happy wedding Arya & Luna 💞💕🍷🍷
Sushy
d tmpar kok gak balesas gemess bgt sihhh jadi wanitaa kok mau2 nyaa d kasar ii
Alyanceyoumee: Assalamualaikum. Thor permisi, ikut promo ya🙏.

Kaka, Jika ada waktu luang, boleh coba baca karya ku yang berjudul "PARTING SMILE" ya, siapa tau Kaka suka.

Berkisah tentang penyanyi religi yang terjerat pernikahan kontrak dan cinta masa lalunya yang sangat rumit. Ditambah dia tipe yang gengsian dan menyebalkan, hiih dah lah.

Insyaallah seru ka... xixi
di tunggu ya ☺️🙏
total 1 replies
Dewa Dewi
mantap Luna 👍👍 good job 👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!