Istriku! Oon!?.
Eric Alaric Wiguna , seorang Mafia & CEO perfeksionis, mendapati hidupnya jungkir balik setelah menikahi Mini.
Mini Chacha Pramesti adalah definisi bencana berjalan: ceroboh, pelupa, dan selalu sukses membuat Eric naik darah—mulai dari masakan gosong hingga kekacauan rumah tangga yang tak terduga.
Bagi Eric, Mini itu oon tingkat dewa.
Namun, di balik ke-oon-annya, Mini punya hati yang tulus dan hangat. Mampukah Eric bertahan dengan istrinya yang super oon ini?
Atau justru kekonyolan Mini yang akan menjadi bumbu terlezat dalam pernikahan kaku mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon simeeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8: Ujian Garpu Perak dan Mata Sang Matriark
Eric Alaric Wiguna mengemudikan mobilnya menaiki bukit curam di wilayah pedalaman Calabria. Di puncaknya, berdiri Castello Vescovo (Kastil Uskup), Markas Besar Klan Conti. Kastil batu kuno yang kokoh itu tampak megah, dikelilingi pagar besi tebal dan dijaga oleh pria-pria berjas gelap. Udara di sini terasa dingin dan dipenuhi bau tanah basah bercampur aroma lavender liar.
Mini Chacha Pramesti menatap kastil itu dengan mata terbelalak. “Eric, ini… ini seperti kastil Drakula. Aku harap tidak ada kelelawar di sini.”
“Ini markas klan, Mini. Bukan tempat wisata,” desis Eric. Ia memarkir mobil di halaman utama.
Saat pintu mobil terbuka, sambutan pertama Mini bukanlah Nenek Alessandra, melainkan seekor anjing penjaga besar jenis Cane Corso bernama Lupo (Serigala), yang langsung menyalak ganas dan menerjang ke arah Mini.
Mini menjerit. Ia mundur, tetapi justru tersandung batu dekoratif. Saat Lupo hampir mencapai kakinya, Eric melangkah di depan Mini.
“Lupo! Diam!” perintah Eric dingin, tetapi Lupo tidak patuh.
Mini, dalam keadaan panik yang aneh, secara refleks mengangkat tangan kanannya yang mengenakan cincin besi Seguro dan tanpa sadar menepuk udara di depan Lupo.
Lupo, yang seharusnya menerkam, mendadak berhenti mendadak, hanya berjarak beberapa inci dari Mini. Ia menundukkan kepala, mengendus sepatu Mini, lalu mundur pelan dan duduk, menyalak lembut seolah meminta belas kasihan.
Mini terkejut. Eric lebih terkejut lagi.
“Dia… dia takut padamu?” Eric berbisik. Lupo adalah anjing penjaga paling ganas di klan Conti, tidak pernah tunduk pada siapa pun selain Eric dan Nenek Alessandra.
Mini mengangkat bahu. "Mungkin dia suka baunya. Aku habis makan roti isi tuna bekal Bibi Titi."
Dari balik bayangan, muncul Nenek Alessandra Conti, ditemani oleh Luca Wiguna dan Elara. Nenek Alessandra, mengenakan gaun beludru hitam yang membuatnya tampak seperti ratu kuno, menatap adegan Lupo itu dengan mata menyipit.
"Selamat datang di rumah, Nyonya Valerius," sambut Nenek Alessandra, nadanya seperti belati tersembunyi. "Kau berhasil menjinakkan Lupo. Menarik."
Elara buru-buru memeluk Mini. "Mini! Kau menakjubkan! Padahal Lupo pernah menggigit tukang pos sampai harus dioperasi."
Luca Wiguna, Ayah Eric, hanya mengangguk kaku. "Masuk. Kita bicarakan pertunangan ini di ruang makan."
Ruang Makan utama Castello Vescovo adalah aula panjang yang dipenuhi meja kayu gelap dan lukisan leluhur Conti yang bermata dingin. Mini duduk di samping Eric, di seberang Nenek Alessandra dan Luca. Elara duduk di sebelah Mini, berusaha menghibur.
Eric menyusun rencana pertahanan mentalnya: menjaga Mini tetap diam dan menutupi penemuan kunci ganda.
"Mini Chacha Pramesti," Nenek Alessandra memulai, suaranya menguasai ruangan. "Aku tidak peduli dari mana kau berasal, atau wasiat konyol apa yang kau bawa. Klan Conti adalah tentang loyalitas dan kesempurnaan. Malam ini, kau akan diuji di meja ini."
Mini menelan ludah. "Diuji? Apa... saya harus menghitung berapa butir nasi di piring saya?"
Luca memijat pelipisnya. Eric menyentuh tangan Mini di bawah meja, memberi isyarat agar diam. Mini merasakan energi tenang Eric mengalir, efek dari Kode Emosi Valerius-nya.
"Ujian pertama," Nenek Alessandra tersenyum tipis, senyum yang tidak mencapai matanya.
"Adalah Ujian Garpu Perak. Di klan kami, ini menunjukkan bagaimana kau menghargai kehormatan dan kemakmuran klan. Ada sepuluh hidangan, sepuluh set peralatan perak di mejamu. Kau harus menggunakan semuanya dengan urutan yang benar. Jika kau salah, itu adalah penghinaan."
Mini menatap deretan garpu, sendok, dan pisau perak yang berkilauan. Totalnya ada lebih dari dua puluh alat makan. Mini yang sehari-hari hanya menggunakan satu sendok dan garpu untuk semua hidangan, langsung panik.
"Jangan khawatir, aku sudah mengajarinya tadi malam," bohong Eric cepat, berusaha menyelamatkan Mini.
"Benarkah? Kalau begitu, tunjukkan, Mini," desak Nenek Alessandra.
Hidangan pertama, Caviar Beluga (telur ikan termahal), disajikan. Eric mengambil sendok terkecil dari paling luar. Mini, yang panik, mencoba meniru Eric, tetapi ia justru menjatuhkan semua peralatan peraknya ke lantai.
KLONTANG!
Suara logam beradu dengan lantai marmer. Mini langsung membungkuk, wajahnya memerah.
"Maaf! Saya akan membereskannya!" Mini merangkak di bawah meja untuk mengumpulkan perak-perak yang berserakan.
Mini merangkak di bawah meja dan secara tidak sengaja menabrak kaki Eric. Eric yang terkejut karena kakinya ditabrak, refleks menjatuhkan sendok caviarnya ke pangkuannya sendiri.
Mini, yang kini berada di bawah meja, berbisik panik. "Eric! Aku tidak tahu harus pakai garpu yang mana! Semuanya sama!"
"Ambil saja yang paling kecil, bodoh!" bisik Eric.
Saat Mini mendongak, matanya yang besar melihat sepatu kulit Eric yang mengkilap. Mini secara refleks menyentuh sepatu Eric, mencoba menenangkan dirinya. Kode Emosi bekerja lagi. Eric, yang tadinya marah karena caviarnya tumpah dan kakinya ditabrak, mendadak merasa tenang.
"Mini," Eric berbisik pelan. "Kau... sentuh saja sepatu itu dan tetap di sana
sampai aku memberimu isyarat."
Nenek Alessandra menatap Eric yang tampak santai meskipun caviarnya tumpah dan calon istrinya merangkak di bawah meja. "Eric, kau yakin dia baik-baik saja di sana?"
"Tentu, Grandma. Dia sedang... menghayati keindahan lantai marmer Italia. Itu kebiasaan Valerius, katanya," bohong Eric, wajahnya datar.
Mini akhirnya keluar dari bawah meja, memegang dua sendok yang sudah ia lap dengan tisu.
"Saya sudah siap, Nyonya!"
Ujian berlanjut. Mini berhasil melewati lima hidangan berikutnya hanya karena Elara diam-diam menendang kakinya untuk memberi isyarat garpu mana yang harus digunakan.
Saat hidangan keenam, Sup Kura-kura Eksklusif, disajikan, Nenek Alessandra memasang jebakan terakhir.
"Mini," Nenek Alessandra tersenyum licik.
"Kau tahu pepatah klan Conti? 'Jangan pernah berbicara bisnis di meja makan.' Ini adalah kode tertulis kita."
Mini mengangguk. "Saya tahu, Nyonya. Bibi Titi juga bilang begitu kalau lagi arisan."
"Bagus. Tapi malam ini, aku akan melanggarnya. Eric, katakan padaku tentang Situasi Pelabuhan Tiga Hari Lalu dan bagaimana Capo Conti yang baru bisa gagal mengamankan pengiriman penting kita."
Nenek Alessandra dengan sengaja menekan Eric di depan Mini, menuntut penjelasan tentang bisnis Mafia klan mereka, secara terang-terangan melanggar kode Conti. Mini, yang tahu ancaman rekaman itu melibatkan transaksi di pelabuhan, merasa tegang.
Eric membuka mulut untuk menjawab dengan hati-hati.
Tiba-tiba, Mini teringat kode yang diajarkan Eric di mobil: "Jangan pernah mengambil potongan terbesar, tapi pastikan yang kau ambil adalah yang paling penting."
Mini memutuskan untuk melakukan hal yang paling tidak terduga, melanggar Omertà (Kode Diam) Italia, tetapi mematuhi kode oon-nya sendiri.
Mini mengambil sendok supnya. Alih-alih menyuapkan sup ke mulutnya, Mini justru mengaduk sup itu perlahan, lalu secara sengaja menumpahkan sedikit sup panas ke gaun Nenek Alessandra.
"Aduh, Nyonya! Maaf! Tumpah!" seru Mini panik.
Nenek Alessandra terlonjak berdiri, kaget, gaunnya kini ternoda kuah sup.
"Mini! Kau!" desis Nenek Alessandra, matanya menyala.
"Maaf, Nyonya! Supnya panas sekali! Saya jadi kaget," Mini merengek.
Eric menyadari apa yang dilakukan Mini.
Naluri Kekacauan Mini telah bekerja lagi. Mini tidak menjawab pertanyaan bisnis Mafia (melanggar Omertà), tetapi dia menciptakan gangguan yang jauh lebih besar dan pribadi—membuat Nenek Alessandra fokus pada noda daripada bisnis sensitif. Mini berhasil mengubah topik pembicaraan secara drastis.
Luca Wiguna dan Elara menahan napas. Ini adalah penghinaan yang tak termaafkan bagi Matriark Conti.
Nenek Alessandra menatap Mini, amarah dan kekaguman bercampur dalam matanya. Ia menyentuh noda di gaunnya, lalu menatap Mini.
"Kau menghina kehormatanku, gadis Valerius," Nenek Alessandra berbisik. "Tapi kau juga berhasil membungkam Capo-mu dari berbicara bisnis di meja makan. Aku tidak tahu apakah kau bodoh, gila, atau jenius."
Nenek Alessandra tersenyum, senyum yang kali ini mencapai matanya.
"Ujian selesai," katanya. "Kau diterima di bawah atap ini, Mini Chacha Pramesti. Tapi ingat, di rumah ini, kecerobohanmu bisa berarti kematian."
Eric, yang duduk di samping Mini, diam-diam tersenyum bangga pada tunangannya yang konyol.
BERSAMBUNG
contohnya:
"Lari! Jangan diam saja!"
"Dan, kenapa istrimu lama sekali?!"
Begitulah yang di ucapkan konsen padaku.
jadi mudah dipahami kan?