NovelToon NovelToon
BENANG KUSUT

BENANG KUSUT

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Siti Gemini 75

Kirana berusaha menjaga keluarga, sementara Riana menyimpan rahasia. Cinta terlarang menguji mereka. Antara keluarga dan hati, pilihan sulit menanti.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Gemini 75, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bangkit Dari Luka

Keesokan harinya, Riana terbangun dengan mata sembap yang terasa berat. Sisa-sisa mimpi buruk masih berputar-putar di kepalanya, bayangan Raka dan Kirana berpadu menjadi satu sosok yang mengejeknya. Ia mencoba bangkit dari ranjang, tapi tubuhnya terasa lelah dan enggan. Setiap ototnya seolah berteriak untuk tetap berbaring, untuk menyerah pada keputusasaan.

Dengan susah payah, ia menyeret langkah menuju kamar mandi. Air dingin yang mengguyur tubuhnya sedikit membantu menyegarkan pikirannya, meskipun tidak mampu menghapus rasa sakit yang menggerogoti hatinya. Ia menatap pantulan dirinya di cermin: wajah pucat dengan lingkaran hitam di bawah mata, rambut yang berantakan, dan tatapan kosong. "Aku harus bangkit," bisiknya pada diri sendiri, meskipun suaranya terdengar ragu dan tidak meyakinkan.

Setelah selesai mandi, Riana mengenakan pakaian seadanya dan keluar dari apartemennya. Ia berencana untuk bertemu dengan Sarah di sebuah kafe dekat apartemennya, kafe tempat mereka biasa menghabiskan waktu untuk berbagi cerita dan tertawa. Ia berharap, dengan bertemu Sarah, ia bisa mendapatkan sedikit ketenangan dan semangat untuk menghadapi hari yang terasa begitu berat ini.

Sesampainya di kafe, Riana melihat Sarah sudah menunggunya di salah satu meja sudut, meja favorit mereka. Sarah melambai dengan senyum lembut yang selalu berhasil menenangkan hatinya. Riana menghampiri Sarah dan duduk di hadapannya, merasa sedikit lebih baik hanya dengan melihat wajah sahabatnya itu.

"Hai, Riana," sapa Sarah dengan senyum lembut. "Bagaimana kabarmu hari ini?"

"Seperti yang kamu lihat," jawab Riana dengan nada lesu, menunjuk wajahnya sendiri. "Aku masih merasa hancur dan tak berdaya. Semalam aku tidak bisa tidur nyenyak."

Sarah mengangguk mengerti. Ia tahu bahwa Riana masih sangat terpukul dengan kejadian kemarin, pengkhianatan yang begitu menyakitkan dan sulit diterima. "Aku mengerti," ucap Sarah, menggenggam tangan Riana. "Tapi kamu tidak boleh terus-terusan seperti ini, Riana. Kamu harus bangkit dan melanjutkan hidupmu. Kamu berhak bahagia, Riana."

"Aku tahu, Sarah," jawab Riana, menatap kosong ke arah cangkir kopi di depannya. "Tapi aku tidak tahu bagaimana caranya. Aku merasa terlalu sakit dan bingung untuk berpikir jernih. Rasanya seperti ada lubang besar di dalam diriku, dan aku tidak tahu bagaimana mengisinya."

"Aku akan membantumu, Riana," jawab Sarah dengan nada meyakinkan. "Kita akan melewati ini bersama-sama. Sekarang, coba ceritakan apa yang ada di pikiranmu. Apa yang membuatmu merasa begitu terpuruk? Jangan simpan apa pun, keluarkan semua uneg-unegmu."

Riana menarik napas dalam-dalam dan mulai menceritakan semua yang ada di pikirannya kepada Sarah. Ia menceritakan tentang rasa sakit dan kecewanya terhadap Raka dan Kirana, tentang pengkhianatan yang terasa seperti pisau yang menusuk jantungnya, tentang ketakutannya akan masa depan yang terasa begitu suram dan tidak pasti, dan tentang keraguannya akan dirinya sendiri, apakah ia cukup baik, cukup cantik, cukup pantas untuk dicintai.

Sarah mendengarkan dengan sabar, tanpa menyela. Ia memberikan perhatian penuh kepada Riana, mencoba memahami perasaannya dan memberikan dukungan yang ia butuhkan. Ia sesekali mengangguk, memberikan isyarat bahwa ia mengerti apa yang dirasakan Riana.

Setelah Riana selesai bercerita, Sarah berkata dengan lembut, "Riana, aku tahu ini pasti sangat berat bagimu. Pengkhianatan itu memang sangat menyakitkan, dan wajar jika kamu merasa hancur. Tapi kamu harus ingat, kamu adalah wanita yang kuat dan hebat. Kamu sudah melewati banyak hal sulit dalam hidupmu, dan kamu selalu berhasil melewatinya. Kamu pasti bisa melewati ini juga."

"Tapi kali ini berbeda, Sarah," jawab Riana dengan suara bergetar, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. "Kali ini aku merasa benar-benar hancur. Aku tidak tahu apakah aku bisa bangkit kembali. Rasanya seperti aku kehilangan segalanya."

"Tentu saja kamu bisa, Riana," jawab Sarah dengan tegas. "Kamu hanya perlu percaya pada dirimu sendiri. Kamu punya banyak potensi dan kemampuan yang belum kamu sadari. Jangan biarkan satu kejadian ini menghancurkan seluruh hidupmu. Raka dan Kirana memang menyakitimu, tapi mereka tidak berhak menentukan kebahagiaanmu."

Sarah meraih tangan Riana dan menggenggamnya dengan erat, menyalurkan kekuatan dan keyakinan kepada sahabatnya itu. "Aku akan selalu ada di sini untukmu, Riana," ucap Sarah dengan tulus. "Aku akan membantumu untuk bangkit kembali, untuk menemukan kebahagiaanmu lagi. Kamu tidak sendirian. Aku akan selalu mendukungmu, apapun yang terjadi."

Riana menatap Sarah dengan tatapan penuh terima kasih, air mata mulai menetes membasahi pipinya. Ia merasa terharu dengan dukungan dan perhatian yang diberikan oleh sahabatnya itu. "Terima kasih, Sarah," ucap Riana dengan suara bergetar, mencoba menahan isak tangisnya. "Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpamu. Kamu benar-benar sahabat terbaik yang pernah kumiliki."

"Sudah seharusnya aku membantumu, Riana," jawab Sarah, tersenyum lembut. "Kita kan sahabat. Sekarang, coba pikirkan apa yang ingin kamu lakukan selanjutnya. Apa yang bisa membuatmu merasa lebih baik? Apa yang bisa mengalihkan perhatianmu dari rasa sakit ini?"

Riana terdiam sejenak, mencoba memikirkan apa yang bisa membuatnya merasa lebih baik. Ia merasa bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Pikirannya terasa kosong dan hampa.

"Aku tidak tahu, Sarah," jawab Riana akhirnya, menggelengkan kepalanya. "Aku merasa kosong dan tidak punya tujuan. Semuanya terasa begitu sia-sia."

"Itu wajar, Riana," jawab Sarah dengan sabar. "Kamu baru saja mengalami kejadian yang sangat traumatis. Kamu butuh waktu untuk memulihkan diri dan menemukan kembali tujuan hidupmu. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Beri dirimu waktu untuk berduka dan menerima kenyataan ini.

"Tapi aku tidak ingin terus-terusan seperti ini, Sarah," jawab Riana, menyeka air matanya dengan tisu. "Aku ingin segera bangkit dan melanjutkan hidupku. Aku tidak ingin membiarkan Raka dan Kirana menghancurkan masa depanku. Aku ingin membuktikan kepada mereka, dan kepada diriku sendiri, bahwa aku bisa bahagia tanpa mereka."

"Aku tahu, Riana," jawab Sarah, mengangguk mengerti. "Kalau begitu, mari kita buat rencana. Apa yang ingin kamu capai dalam hidupmu? Apa yang bisa membuatmu merasa bahagia dan berarti? Jangan hanya fokus pada hubunganmu dengan Raka, pikirkan tentang dirimu sendiri, tentang impianmu."

Riana kembali terdiam sejenak, mencoba memikirkan apa yang ingin ia capai dalam hidupnya. Ia menyadari bahwa selama ini ia terlalu fokus pada hubungannya dengan Raka, sehingga ia lupa untuk memikirkan dirinya sendiri, tentang apa yang benar-benar ia inginkan.

"Aku ingin sukses dalam karierku," jawab Riana akhirnya, dengan nada yang lebih mantap. "Aku ingin menjadi wanita yang mandiri dan berprestasi. Aku ingin membuktikan kepada semua orang, termasuk Raka dan Kirana, bahwa aku bisa bahagia tanpa mereka. Aku ingin meraih impianku, bukan hanya menjadi bayang-bayang orang lain."

"Itu tujuan yang bagus, Riana," jawab Sarah dengan senyum bangga. "Aku yakin kamu bisa mencapainya. Kamu punya bakat dan kemampuan yang luar biasa. Kamu hanya perlu fokus dan bekerja keras. Aku akan membantumu mewujudkannya."

"Tapi aku tidak tahu harus mulai dari mana, Sarah," jawab Riana, merasa sedikit kewalahan. "Aku merasa tidak punya motivasi dan semangat untuk bekerja. Semuanya terasa begitu berat dan sulit."

"Aku akan membantumu, Riana," jawab Sarah dengan nada meyakinkan. "Kita akan membuat rencana yang realistis dan terukur. Kita akan mencari cara untuk meningkatkan motivasimu dan semangatmu. Kita akan bekerja sama untuk mencapai tujuanmu. Langkah pertama, kita identifikasi apa yang benar-benar kamu sukai dan kuasai dalam pekerjaanmu."

Sarah mengeluarkan sebuah buku catatan dan pena dari tasnya. Ia mulai menuliskan beberapa poin penting

Sarah mengeluarkan sebuah buku catatan dan pena dari tasnya. Ia mulai menuliskan beberapa poin penting tentang tujuan karier Riana, langkah-langkah yang perlu diambil, dan jadwal yang harus diikuti. Ia juga mencatat ide-ide tentang bagaimana meningkatkan motivasi dan semangat Riana, seperti mencari mentor, mengikuti pelatihan, atau bergabung dengan komunitas profesional.

Riana merasa termotivasi dengan semangat dan dukungan yang diberikan oleh Sarah. Ia mulai ikut berpartisipasi dalam membuat rencana, memberikan ide-ide dan saran yang konstruktif. Ia merasa seperti ada secercah harapan di tengah kegelapan yang melandanya.

Setelah beberapa jam berdiskusi, Riana dan Sarah berhasil membuat sebuah rencana karier yang komprehensif dan realistis. Riana merasa lebih bersemangat dan termotivasi untuk mencapai tujuannya. Ia merasa memiliki tujuan yang jelas dan langkah-langkah yang konkret untuk mencapainya.

"Terima kasih, Sarah," ucap Riana dengan senyum tulus, merasa sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Sarah. "Kamu benar-benar sahabat terbaik yang pernah kumiliki. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpamu. Kamu telah membantuku melihat cahaya di ujung terowongan."

"Sama-sama, Riana," jawab Sarah, tersenyum hangat. "Aku akan selalu ada untukmu, apapun yang terjadi. Kita akan saling mendukung dan menyemangati. Sekarang, mari kita rayakan keberhasilan kita dengan makan siang yang enak. Kita berhak mendapatkan sedikit kebahagiaan setelah semua ini."

Riana dan Sarah tertawa bersama dan memesan makanan di kafe tersebut. Mereka menikmati makan siang mereka sambil bercerita dan bercanda, melupakan sejenak masalah yang sedang mereka hadapi. Riana merasa lebih ringan dan optimis. Ia tahu bahwa jalan yang ada di depannya masih panjang dan penuh tantangan, tetapi ia tidak lagi merasa sendirian. Ia memiliki Sarah, sahabat yang selalu ada untuknya, dan ia memiliki tujuan yang jelas untuk dikejar. Ia siap untuk bangkit dan melanjutkan hidupnya, menjadi wanita yang lebih kuat dan bahagia.

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

1
SitiGemini75
tunggu aja nanti 🤣
SitiGemini75
iya kak hukum aja 😍
SitiGemini75
kapan ya kak soalnya aku masih seneng mainin hidup Riana sih kak
SitiGemini75
iya ya kak kenapa nggak di blokir aja 😄😄🤭
kalea rizuky
riana oon blokir no semua mantan qm. itu bodoh
kalea rizuky
riana di hancur kan berkali. kali. kapan bahagia nya thor jahat lu
kalea rizuky
jahat qm. bim ya ampun riana nasib mu
kalea rizuky
moga Bima obat ya bukan luka baru
kalea rizuky
heleh g punya pilihan tp doyan buktiknya lu hamil najis
kalea rizuky
nunggu karma para penghianat
kalea rizuky
kasian riana adek kurang ajar
Heny
Kasian Riana di khianati
SitiGemini75: sebenarnya kasian juga tapi namanya takdir harus gimana lagi
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!