NovelToon NovelToon
Transmigrasi Gadis Angkuh

Transmigrasi Gadis Angkuh

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Misteri / Romansa / Reinkarnasi
Popularitas:8.2k
Nilai: 5
Nama Author: Adira_Mutiara

Lisa Anggraeni , seorang gadis yang tengah berjalan dengan sahabatnya setelah dari aktifitas kuliah mengalami kecelakaan saat dia tengah menunggu bus yang ada di sebrang jalan. Dia menoleh dan melihat ada motor melanu cepat membuatnya mendorong Hani. Dan membuatnya menjadi korban kecelakaan. Lisa yang mengalami luka luka sempat di bawa ke rumah sakit. Namun sayang, saat dirinya sedang di operasi, nyawanya tak bisa di selamatkan.
Lisa yang tahu dirinya mengalami kecelakaan sebelumnya mengira dia selamat, dan berada di salah satu rumah sakit.
Tapi saat dia sadar justru, dia sedang di salah satu ruangan kosong gelap dan pengap.
Namun saat dirinya berusaha mencari jalan keluar, dia justru melihat bayangan seseorang dari kaca hias kecil.
"Aaaaaa... Wajah siapa yang ada di mukaku ini!!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adira_Mutiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DramaJen

Mobil milik Afdal tiba di parkiran sekolah Rubyy. Di luar sana, banyak murid lainnya berjalan memasuki gedung sekolah. Rubby masih menatap silih berganti murid murid yang berlalu lalang di parkiran sekolah. 

"Kamu enggak turun?" Tanya Afdal dengan datar tanpa menoleh. 

"Hmmm, kak!" Panggilnya ragu-ragu. 

Dia ingin mengatakan jika dirinya tak tahun seluk beluk sekolah. Tapi ada rasa takut dan malu secara bersamaan. jadilah dia ragu-ragu meminta tolong.

"Kenapa?"

"Hmmmm.. Kakak kan tau aku lupa ingatan. Jadi.... Mmmm, aku nggak tau dimana kelas aku" Lirihnya dengan mata menatap ke depan tapi tangannya justru memilih sisi roknya. 

Afdal terdiam, dia lupa akan kenyataan beberapa hari yang lalu. Dengan menghela nafasnya sejenak, Afdal melepas seat belt lalu keluar mobil dan berjalan mengitari mobilnya ke pintu samping dan membukakan pintu untuk Rubby. 

"Ayo. Gue temenin ke kelas lo."

Ragu tapi tetap saja Rubby harus mengikuti tekad yang sudah dia terapkan sebelum memulai hidup untuk kebahagiaan tubuh ini. 

Kini, Afdal berjalan dengan langkah tenang di depan, sementara Rubby mengikuti di belakangnya dengan wajah yang sedikit tertunduk. Matanya sesekali menatap ke sisi kanan dan kiri, seolah ingin menghindari pandangan teman-teman sekelas yang mulai berbisik-bisik dan menatap mereka berdua dengan penuh perhatian. Suara-suara kecil terdengar samar, “Liat tuh, Rubby kok jalan jauh banget ya sama kakaknya,” atau “kakaknya mana mau jalan bareng, selalu dianggap beda sama orang rumah.”

Di dalam hati, Afdal merasakan sakit yang menusuk. Bisikan itu bagai duri yang terus menggores perasaannya. “Kenapa hati gue sakit liat dia malah disindir kayak gini,” pikirnya sambil menahan agar ekspresi wajahnya tetap tenang. Sebelumnya, Rubby memang sering bikin kesal, dengan sikapnya yang kadang sulit dimengerti dan tingkahnya yang nyeleneh, tapi sekarang, melihat adiknya begitu rapuh dan terpinggirkan, Afdal merasa ada beban berat di dadanya.

Saat mereka sampai di depan pintu kelas Rubby, Afdal berhenti dan menoleh, menatap adiknya yang kini menatap balik dengan mata berbinar sedikit lega. “Makasih, kak,” ucap Rubby pelan, suaranya bergetar namun tulus. Afdal mengangguk tanpa kata, “Pulang kuliah nanti gue jemput lo.”

Rubby hanya tersenyum kecil, mengangguk, lalu melangkah masuk ke kelasnya. Afdal berdiri sejenak, memandang ke arah pintu itu dengan perasaan campur aduk, antara sayang, sakit hati, dan tekad untuk melindungi adiknya dari segala omongan yang menyakitkan.

Di sudut ruangan, Jenia menatap Rubby dari kejauhan, rahangnya mengeras, tangan kanannya terkepal erat hingga urat-urat di lengannya tampak menonjol. Matanya yang biasanya tenang kini menyala penuh amarah dan kebencian yang membara.

Di dekatnya, beberapa murid saling berbisik sambil melempar pandang kagum ke arah Rubby yang kini tampil dengan pakaian longgar, berbeda dari biasanya yang ketat dan mencolok. Jangan lupakan riasan tebal dan bibir merah merona. 

"Rubby udah nggak pakai baju ketat lagi, ya?" suara seorang murid terdengar jelas, diikuti tawa kecil dari yang lain.

"Iya, dia malah jadi makin cantik," sahut murid lain, membuat komentar itu semakin menusuk hati Jenia. Dia merasakan gelombang iri yang menjalar di dadanya, seolah dunia sedang berpihak pada Rubby.

Jenia mengerang pelan, bibirnya bergetar menahan amarah. "Gue nggak bakal biarin orang lain muji lo," bisiknya dengan suara serak, penuh tekad. Tanpa menunggu lama, dia membalikkan badan dan melangkah pergi, setiap langkahnya dipenuhi niat untuk mencari celah menjatuhkan Rubby, agar gadis itu kembali menjadi bulan-bulanan, dihindari, dan dicemooh oleh teman-teman mereka.

Dalam benaknya, berbagai rencana jahat mulai terbentuk, dari gosip yang akan dia sebarkan hingga cara-cara halus untuk memecah belah pertemanan Rubby. Kebenciannya tak lagi bisa dibendung; dia yakin, hanya dengan menghancurkan citra Rubby, dia bisa mendapatkan kembali apa yang pernah hilang darinya.

*

*

Kring..... 

Bel jam istirahat berbunyi, 

Murid murid yang sudah jenuh akan pelajaran menjadi semangat saat Bel itu berbunyi nyaring. Bel yang membuat jiwa semangat empat lima untuk makan dan keluar dari kelas begitu membara.

Begitu juga dengan Rubby yang sedang merapihkan buku pelajarannya. Pelajaran pertama begitu mudah baginya yang masih terasa di otaknya. Pelajaran yang dulu sewaktu hidupnya sebagai Lisa, pelajaran IPA. Karena tidak begitu sulit untuk sedikit di pahami. Bahkan saat guru menunjuknya untuk menjawab pertanyaan yang ada di papan tulis pun terasa begitu mudah. Seolah dia begitu pintar dalam menulis jawaban tanpa berfikir. Tapi yang jadi masalahnya, guru yang mengajar justru curiga dengan jawaban benar yang dia tulis di papan putih itu. 

"Bagaimana kamu bisa menjawab dengan benar? Bahkan setiap ulangan yang saya adakan saja kamu pasti hanya mendapatkan nilai tujuh lima"

Hanya.?.? 

Yang benar saja, bahkan angka tersebut baginya terasa berat saat dulu hidup sebagai Lisa. Dia harus belajar sepanjang malam agar nilainya bagus. Dan mempertahankan beasiswa miliknya. 

Kembali ke saat ini, 

Rubby duduk santai di kantin sekolah, piring baksonya hampir habis sementara tawa ringan mengalun antara dia dan Salsa, teman sebangkunya. Mereka saling bertukar cerita kecil, sesekali saling melempar candaan yang membuat suasana semakin hangat. Mata Rubby bersinar cerah, bibirnya tersungging senyum tulus, menikmati momen sederhana itu.

Tiba-tiba, sebuah suara kecil terdengar dari sisi lain meja. "Awww!" Pekik Rubby mendadak pecah, wajahnya berubah kaget saat rok birunya terkena tumpahan kuah bakso yang panas. Matanya membelalak, lalu cepat-cepat ia mengangkat tangan menahan rasa panas dan malu. Bibirnya bergetar menahan sakit dan sedikit kesal.

Dari lantai, Jenia yang baru saja tersandung, tampak gugup namun tak kunjung berdiri, wajahnya memerah seperti tomat matang. "Hiks.. hiks, maaf Rubby... aku... aku," ujarnya terbata-bata, suara gemetar menunjukkan rasa bersalah yang dalam.

Salsa, yang duduk di depan Rubby, langsung berdiri dengan ekspresi panik. "Ya ampun Rubby, Kamu gapapa? Astaga!" tanyanya dengan suara lembut tapi tegas, matanya menyapu ke arah tumpahan kuah di rok Rubby.

Rubby mengangguk perlahan, mencoba menenangkan diri sambil mengusap-usap bagian yang basah, menahan senyum yang mulai merekah di sudut bibirnya. Namun kejadian kecil itu tiba-tiba menarik perhatian beberapa siswa yang duduk di sekitar mereka.

Di samping Jenia, seorang pemuda yang baru jongkok mendekat bertanya dengan nada prihatin, "Jen, kamu ngapain? Kamu nggak kenapa-kenapa, kan?" Wajahnya serius, mencerminkan kekhawatiran tulus yang membuat suasana mendadak menjadi hangat, meski di tengah kekacauan kecil itu.

Lalu dia mendongak, dan berdiri seraya membantu Jenia agar berdiri di sampingnya seolah dia menjadi pahlawan. 

Sorot matanya yang tajam menatap ke arah Rubby yang juga menatapnya dengan tajam tanpa ragu. Dia menggenggam jemari Jenia, bahwa dia ada di pihak gadis itu. 

"Lo kenapa sih?? Selalu buat masalah sama Jenia?"

"Hah!!! Maksudnya apa ya?"

"Maksudnya? Mata lo dimana? Lo dorong Jenia kan" Tuduhnya. 

Rubby berdecak, "gila lo!! Gue yang ketumpahan. Malah kena tuduh yang ngga jelas. Fitnah banget lo."

"Allaaaah.. Lo tuh suka bully murid lain. Lo ngga Terima kan kalo Jenia pacaran sama gue"

"Eh bego!! Model tampang begini aja sok sokan di rebutan cewek kayak gue yang cantik ini,, cih.... "

"Apa!!"

"Kuping lo budek ya. Tanya semua penghuni kantin. Gue dorong dia lalu sengaja tumpahi kuah bakso panas di rok gue,, ck setan bat dah ketemu modelan cowok nggak jelas"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

jangan lupa like komen nya biar aku makin semangat nulis.

makasih udah baca cerita pertama aku💜💜💜

1
Gedang Raja
balas dengan cara lebih Badas Dan bar bar lagi Ruby tapi tetap bagus dengan elegan biar kapok, untuk author nya semangat untuk terus berkarya lanjut ke bab selanjutnya ya Thor hehehe 💪💪💪👍👍👍🤭
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Sribundanya Gifran
lanjut thor💪💪💪💪💪
Sribundanya Gifran
lanjut thor
riani
ini ngak bakal gantung kan ceritanya, jadi up dong kak
Nur Ani
up LG dong ka
Nur Ani
cerita bagus suka bngettt alurnya
Nur Ani
d tunggu kelanjutannya
Daina :)
Ada apa thor, kok lama update updatenya? Aku berharap cerita ini tidak berhenti di tengah jalan.
khun :3
Thor, update dong! penasaran banget nih 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!